Semar

6.4K 185 8
                                    

Semar iku/ Pamomong satriya tuhu/ Ing njero lan njaba.
Tansah gumolong nyawiji/ Kehing lamis lawan cidra swuh kabrasta

(Semar itu/ Pamomong ksatria utama/ Hati dan raganya
Selalu menjadi satu/ Seluruh dusta dan khianat habis terkikis)

- Heru Harjo Hutomo

Semar dipuja oleh dewa dari sebutir telur. Dari kulitnya terciptalah Antaga. Dari dagingnya yang putih terciptalah dirinya. Dan dari kuning itu telur terciptalah adiknya, Manikmaya.

Syahdan, setelah beranjak dewasa, terbitlah ambisi di antara ketiganya. Mereka berebut tua. Maklum, seperti lazimnya, yang tertua akan menjadi sang pengganti ayahanda. Sayembara dimulai: menelan kemudian memuntahkan kembali sebuah gunung.

Antaga tak berhasil, mulutnya sobek. Gunung itu tak dapat ditelannya. Ismaya, putera kedua dari Sang Hyang Tunggal ini, berhasil menelannya. Tapi celaka, gunung itu tak dapat dimuntahkannya. Perutnya buncit, mengandung itu gunung.

Mereka berdua, Antaga dan Ismaya, nggege mangsa (terburu-buru), menyebabkan murkanya sang ayahanda. Sudah jelek terkutuk pula. Keduanya dibuang ke dunia. Antaga bertugas memomong para ksatria berwatak jahat. Dan Ismaya memomong para ksatria utama, trahing witaradya (keturunan manusia utama).

Tinggallah Manikmaya, ketiban beja (beruntung), ambisi tak terlampiaskan tersebab gunung telah terbenam dalam perut Ismaya. Maka atas nama beja (peruntungan) jadilah ia sang penguasa Triloka yang jika dirunut menurunkan para ksatria utama.

Siapa di antara ketiganya yang sesungguhnya paling tua? Manikmaya, karena ia tak kebagian pamer. Tapi tak sesederhana itu sebenarnya. Jawa nggone semu, jawa itu tempatnya kiasan, yang tak mudah ditelan mentahan.

Alkisah Tanah JawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang