1. New School New Problem

20 1 0
                                    

"Dho, Ridho. Bangun nak, waktunya shalat subuh. Itu, sudah ditunggu ayah dan kakakmu itu lho,"suara ibuku sambil mengetok pintu kamarku. "Iya bu," jawabku segera bangun dan melipat selimut tidurku. Kulihat jam menunjukkan pukul 04.00 pagi. Kucari remot AC setelah ketemu segera ku pencet tombol OFF dan aku segera menuju kamar mandi di dalam kamarku. Kurasakan masih agak mengantuk. Dikamar mandi tidak segera melakukan apa apa. Aku masih agak malas, segera kupaksa diri segera menggosok gigi. Selesai menggosok gigi aku langsung mengambil wudhu dan mengeringkannya dengan handuk. Aku menuju almari baju yang terletak disamping tempat tidurku dan mengambil sarung dan kopiah, tidak lupa aku berganti baju khusus untuk shalat. Setelah selesai berdandan aku segera menghampiri ayah dan Kak Fachri, kakakku satu satunya sudah menunggu diteras. Sudah menjadi kebiasaanku dan keluarga bangun pagi berjama'ah subuh di masjid komplek perumahan. Aku dan kakakku selalu dibiasakan bangun pagi oleh ayahku dan diajak berjama'ah.

Setelah dekat mereka segera, aku menyapa mereka," Assalamu 'alaikum Yah, Kak!"

Mereka serempak menjawab,"Waalaikum salam."

"Ayo segera berangkat, nanti keburu iqomat," kata ayah.

"Iya Yah," jawabku sambil membuka pintu gerbang, "Kak, tolong ditutup ya."

"Siap," jawab kakakku. Setelah ayah keluar dibelakangku kakak segera menutup kembali pintu gerbang rumahku.

Kami bertiga berjalan beriringan karena jalanan masih sepi. Jarak rumahku dengan masjid hanya 100 meter makanya kami kalau ke masjid cukup berjalan kaki. Setelah selesai shalat berjama'ah aku segera pulang duluan. Ayahku seperti biasa masih ngobrol dengan para tetangga sedang kakak masih ikut diskusi dengan para remaja pengurus masjid. Biasanya membicarakan tentang program program yang ada kaitannya dengan masjid. Sesampai di rumah aku segera menuju kamarku. Di garasi aku bertemu Bi Inah, pembantu ku yang sudah puluhan tahun ikut keluargaku.

"Bi, masak apa?" tanyaku.

"Hari ini menunya, ayam goreng, sambal terasi, sayur lodeh. Apa Den Ridho mau nambah menu? Nanti Bibi masakkan," tanya Bi Inah.

"Iya Bi, tolong ditambah sayur sawi dan mentimun ya Bi. Seperti biasa saya mau jogging, jangan lupa buatkan jus wortel, apel dan tomat ya Bi," pesanku.

"Siap Den," jawab Bi Inah.

"Makasaih ya Bi," kataku segera berlalu menuju kamarku tanpa menunggu jawaban dari Bi Inah. Aku menuju kamarku yang terletak disebelah garasi, lalu masuk ke kamarku. Segera ku buka jendela kamarku yang mengarah ke taman rumah sebelah timur. Dari jendela kamarku kulihat Mang Udin, suami Bi Inah, sedang menyirami bunga bunga dan merawat semua tanaman di taman. Aku menuju almariku mencari kaos olah raga dan celana untuk jogging. Setelah ketemu aku menuju kamar mandi dan berganti pakaian. Setelah siap, aku keluar menuju garasi dan mencari sepatu joggingku. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 5 pagi.

"Ma, Ridho jogging dulu ya!" teriakku kepada mama yang sedang membantu Bi Inah di dapur.

"Iya, jangan terlalu lama. Hari ini kamu sekolahnya baru, jangan sampai terlambat," pesan mama.

"Iya, Ma. Assalamu 'alaikum," salamku untuk mama. Tanpa menunggu jawaban dari mama aku sudah berlari menuju pintu gerbang dan keluar menuju jalan perumahan. Sekitar 30 menit aku olah raga pagi, kemudian kembali ke rumah. Aku langsung menuju dapur dan membuka kulkas mencari jus kesukaanku.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Bi, segar sekali," kataku sambil meneguk jus kesukaanku.

"Sama sama Den," jawab Bi Inah. "Mau nambah lagi?"

"Cukup Bi, terima kasih," jawabku sambil membawa jus yang belum habis ke taman dan duduk di samping kolam renang. Kulihat mama sudah selesai senam pagi dan siap siap mau mandi. Aku harus segera persiapan nih, pikirku. Setelah jusku habis kutaruh gelasku di dapur, lalu aku menuju garasi ngecheck vespa kesayanganku. Kuambil lap, pelan pelan ku lap vespaku dari depan ke belakang sampai semua bagian bersih. Vespa oranye ini merupakan vespa tua keluaran tahun 65 yang aku beli dari uang tabunganku sendiri selama sekolah SMP. Waktu itu harganya tidak semahal sekarang, itupun aku harus mati matian meyakinkan ayah dan mama untuk meminangnya. Kedua orang tuaku ngotot mau membelikan sepeda motor yang baru untuk bersekolah di SMA, tapi aku menolaknya. Selesai mengelap vespa oranyeku aku memanasi mesinnya. Segera ku bunyikan vespaku sekali dua kali starter akhirnya bunyi juga vespaku. Setelah 5 menit kumatikan lagi.

TANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang