4. WA Kelas

1 0 0
                                    

Pagi itu begitu heboh dikelasku. Ada pengumuman dari BK bahwa tiap kelas harus ada group WA nya.

"Gimana ini Dho?" Tanya Dedy sambil mengelus dahinya.

"Ya gak papa lah, memang itu sudah menjadi kebutuhan," jawabku dengan santai.

"Iya kamu Dho, enak sudah punya HP. Sedang nasibku, Roni, Ahmad, Dewi dan Ani gimana? Satu kelas ini yang tidak memiliki HP hanya kami berlima," kata Dedy.

"Emang kalian gak punya HP?" tanyaku serius.

"Boro boro punya HP, kami bisa sekolah aja sudah sangat bersyukur," kata Dedy kelihatan sedih.

Ketika kami berenam sedang berkeluh kesah tiba tiba Michel datang.

"Cie gank miskin sedang berunding apa?" tanya Michel.

"Bukan urusanmu," jawab Dewi dengan ketus.

"Pasti masalah HP android ya?" ejek Michel. "Kupastikan kalian pasti tidak punya HP android ya."

"Bisa diam gak!" lama lama panas juga telingaku mendengar ejekan Michel.

"Memang kenapa, mulut mulutku sendiri," jawab Michel dengan mimik wajah memuakkan. "Usul nih, kalian patungan aja beli HP satu terus dipakai berenam."

Mendengar ucapannya aku sudah tidak bisa lagi menahan emosiku. Dengan cepat aku berdiri dan memukul perut Michel. Karena dia tidak menyangka menerima serangan dariku maka dengan telak pukulanku mendarat di perutnya. Dia terjatuh sambil mengerang kesakitan. Sebelum dia terbangun aku sudah menindih tubuhnya. Seisi kelas menjadi gaduh tidak karu karuan. Teman temanku sekelas berusaha melerai. Karena aku masih emosi maka Michel belum aku lepaskan.

"Sudah Dho, sebentar lagi ada Bu Etik," kata Dedy dengan cemas.

Mendengar suara Dedy lama lama emosiku reda, kutinggalkan Michel yang sedang kesakitan. Aku pergi ke Toilet sekolah. Merapikan pakaianku dan setelah selesai aku kembali lagi ke kelas.

"Assalamu 'alaikum," salamku setelah mengetok pintu. Kulihat Bu Etik sedang menerangkan di depan.

"Waalaikum salam," jawab Bu Etik. "Darimana Dho?"

"Dari toilet Bu, maaf terlambat," kataku segera menuju bangkuku.

Ketika aku melewati bangkunya Michel. Gubraakkkkk! Aku terjatuh karena kakinya Michel sengaja dipasang dijalan untuk menjebakku sedangkan aku tidak memperhatikan. Kelas menjadi heboh, semua tertawa kecuali teman temanku deretan paling belakang.

"Satu satu," kata Michel sambil tertawa mengejek.

"Michel, kedepan!" teriak Bu Etik dengan nada marah.

Ketika Michel sudah ada didepan Bu Etik melanjutkan marahnya.

"Kamu itu tidak ada kapok kapoknya ya. Bikin ribut aja," kata Bu Etik.

"Itu salah Ridho Bu, salah sendiri jalan gak pakai mata," jawab Michel sambil cengar cengir tak berdosa.

"Sekarang juga kamu membersihkan kamar mandi masjid, sampai jam pelajaran Ibu selesai," kata Bu Etik.

Jelas terlihat kemarahan Michel dari raut mukanya.

"Awas kamu Dho!" ancam Michel padaku.

"Sudah sana segera pergi ke Masjid," kata Bu Etik.

Aku hanya tersenyum saja mendengar ancamannya. Sukurin kamu, ucapku dalam hati. Pelajaran hari itu kulalui dengan sedikit galau, mengingat masalah Dedy dan temanku yang lain. Aku memutar otak bagaimana caranya membantu mereka. Inginku sih membelikan mereka berlima HP android baru, tapi tabunganku cukupnya cuma beli 2 HP. Dikarenakan kesedot untuk membeli mesin vespa kemarin. Mau minta mama belum waktunya, ini masih tanggal 15. Masak minta ayah, kemarin baru dibelikan mobil. Minta kakak apalagi, ultah aku dikasih terlalu banyak hadiah. Sepeda balapku aja harganya diatas sepuluh juta, belum lagi Iphone terbaru jelas banyak duitnya. Gimana nih. Kalau cuma beli HP untuk Dedy dan Ahmad sebenarnya sih cukup, kemudian Roni, Dewi dan Ani gimana.

TANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang