Sweet seventeen! Ahai.......... akhirnya datang juga. Siapa sih yang tidak menunggu usia yang sangat menyenangkan. 17 tahun, serasa lama menungu usia itu. Begitupun aku. Dulu aku bercita cita, ketika aku berumur 17 tahun aku akan merayakan dengan pacarku. Pergi berdua saja ke pantai, minum es degan di pinggir pantai menikmati semilir angin laut. Bermain pasir di pantai sambil bercengkerama, mandi di laut, naik satu ban untuk berdua. Betapa bahagianya. Jadi pingin tertawa sendiri kalau ingat hayalan waktu kecil dulu. Sekarang ini, boro boro punya pacar teman dekat aja gak punya. Apa gara gara aku naik vespa ya, jadinya gak ada cewek yang melirik aku.
Tak terasa sudah pukul 06.00, selesai sudah persiapanku untuk pergi ke sekolah. Waktunya sarapan bersama ayah, mama dan kak Fachri. Di meja makan mereka semua sudah siap siap untuk sarapan. Kulihat menunya sangat special. Ada nasi goreng, ada acar, telur ceplok kesukaanku.
"Wah menu special nih," kataku dengan penuh semangat sambil melihat nasi goreng kesukaanku.
Kami pun makan bersama-sama dengan diawali do'a sendiri sendiri.
"Iya memang, kan hari ini adalah hari special untukmu," kata mama. "Kamu minta hadiah apa, Dho?"
"Makasih Ma, Ridho mau hadiahnya 25 paket sarung, baju koko, kopiah, alat tulis, sembako, dan uang ya Ma untuk panti asuhan di kampung sebelah," jawabku. "Rencananya mau Ridho bagikan dengan Pak Benn dan teman scooterist yang lain."
"Iya, Mama dan Bi Inah nanti yang siapkan. Maksud Mama, hadiah yang untuk kamu," kata mama.
"Gak usah Ma," jawabku sambil menikmati nasi goreng kesukaanku.
"Masak gak pingin apa gitu?" Tanya Kak Fachri.
"Pingin punya sepeda balap kak, biar tambah sehat," kataku.
"Seperti milik ayah?" Tanya ayah.
"Jangan Yah, yang merk Polygon aja lebih murah," kataku.
Selesai sarapan bersama aku berpamitan pada mereka semuanya dan berangkat ke sekolah dengan scooter kesanganku. Sekali starter langsung nyala. Biasanya pakai manasin dulu. Alhamdulillah sekarang dah lancar.
Sesampai di kelas, aku duduk di bangkuku. Kulihat Dedy sudah datang dan mengobrol dengan Ahmad, Roni, Ani, dan Dewi.
"Assalamu alaikum teman teman," salamku pada mereka sambil kuletakkan tas ranselku di meja.
"Waalaikum salam," jawab mereka serempak.
"Dho, selamat ulang tahun ya. Ini sekedar hadiah kecil dari kami," kata Dedy sambil menyerahkan bungkusan kecil padaku.
"Ya Allah, terima kasih. Dari mana kalian tahu kalau hari ini aku ulang tahun," jawabku sambil menerima kado dari mereka.
"Ya tahulah, kamu kan sahabat kami," kata Ahmad yang disertai jabat tangan dari mereka bergantian.
"Cie.........cie....... Orang miskin lagi ulang tahun, pasti deh hadiahnya hasil patungan," tiba tiba Michel datang dengan teman temannya.
"Bukan urusanmu," jawab Dewi dengan ketus.
"Pasti murah itu," ejek Michel diiringi tawa teman temannya.
"Yang penting perhatiannya Chel, bukan hadiahnya. Dari pada kamu kurang perhatian," kataku dengan santai. Sekarang giliran teman teman sekelas yang tertawa.
"Kurang ajar, kamu ini anak baru suka bikin ulah," kata Michel sambil emosi.
Tanpa menghiraukan ucapan Michel kami berenam langsung bubar duduk dibangku masing masing karena bel masuk sudah berbunyi.
Disela sela pelajaran aku mengbrol sama Dedy.
"Ded, nanti istirahat pertama kita ke kantin ya berenam,"kataku. "Tidak usah kawatir, aku yang traktir deh."
