15. Doctor Kim [1]

1.1K 165 52
                                    

Sarah benar-benar bosan karena aktivitasnya seharian hanya menonton, makan dan tidur. Puas tidur seharian, wanita itu duduk di sofa dan menyaksikan acara televisi yang ternyata membosankan juga baginya.

"Argh, aku bosan!" teriak wanita itu akhirnya.

"Berisik, Sarah!" sembur Naomi dari dapur.

"Aku bosan!" pekik Sarah lagi, mengabaikan kemarahan temannya yang sedang menyiapkan makan malam itu. "Bisakah kau menyelesaikan pekerjaanmu lebih cepat? Aku butuh teman untuk mengobrol!"

Tepat setelah Sarah menyelesaikan ucapannya, bel berbunyi. Lagi, wanita itu berteriak, "Naomi, ada tamu!"

Naomi mendatangi Sarah sambil mengentak langkah dan bersedekap. "Aku tahu, aku tidak tuli!"

Sarah cengengesan melihat ekspresi sebal manajernya. "Kalau begitu, cepat buka pintunya. Siapa tahu tetangga tampan tadi—"

"Sarah, ingat obrolan kita tadi? Dia sudah punya istri, jadi jangan bersikap genit pada suami orang dan jangan lupakan statusmu sebagai seorang idol!"

Sarah mendecih tidak suka mendengar omelan Naomi. "Bisa saja dia seorang duda, kan." Wanita itu menggumam begitu Naomi pergi menuju pintu utama.

"Siapa, Naomi?" Sarah yang penasaran bertanya tidak sabaran.

"Pria tadi," jawab Naomi tidak senang, berkebalikan dari Sarah yang langsung berbinar.

"Apa anak kecil tadi juga ada?" imbuh Sarah penuh antusias. "Mungkin mereka ingin meminta tanda tangan, jadi cepatlah buka pintunya!"

"Tidak, mana mungkin—"

"Naomi aku mohon!" teriak Sarah dari ruang tengah. "Please, Naomiku yang cantik!"

Bel rumah kembali berbunyi, merasa didesak dari dua arah, akhirnya Naomi terpaksa membukakan pintu dan menyambut baik dua orang yang nekat bertamu malam-malam.

"Selamat malam, Nona ...."

"Naomi Kim," sahut Naomi saat menyadari orang di hadapannya bingung harus memanggilnya apa.

"Oh, kita punya marga yang sama, Nona Kim," balas Noah ramah diiringi senyuman manis. "Aku Noah dan putraku, Kai. Maaf, tadi aku sama sekali lupa untuk memperkenalkan diri, padahal kita sudah mengobrol cukup banyak."

Naomi tersenyum tipis dan mengangguk. "Ada apa?"

Wanita itu menurunkan pandangan, mencari foto atau album yang mungkin saja dibawa ayah dan anak itu karena ingin meminta tanda tangan sesuai tebakan Sarah. Namun, alih-alih benda yang bisa ditandatangani seorang artis, Naomi malah mendapati kotak makanan di genggaman Kai.

"Kami mau memberikan ini pada Bunda!" Kai berseru penuh semangat sembari mengangkat kotak makan dua tingkat di tangan.

"Kai ...." Noah menegur putranya dengan suara pelan, mencoba mengingatkan sang anak pada percakapan yang mereka lakukan sebelum kemari.

"Oh, maksud Kai, Bibi Sarah," koreksi Kai malu.

"Naomi, suruh tamunya—"

"Iya, Cerewet!" Naomi yang geram sampai lupa kalau dia harus bersikap sopan di hadapan tamu di hadapannya.

"Ah, maaf," kata Naomi cepat. Wanita itu membungkuk sekilas, lalu menyilakan ayah dan anak itu masuk agar Sarah berhenti bersikap menyebalkan.

"Kai!" Sarah yang duduk menyelonjor di sofa langsung melebarkan pupil begitu melihat sosok anak kecil yang tadi siang memanggilnya bunda berjalan masuk dengan ekspresi riang. "Apa yang kau bawa, Kai?"

Kai berdiri di depan Sarah, lalu menyodorkan kotak makan bawaannya kepada wanita itu. "Untuk Bunda—eh, Bibi Sarah."

"Terima kasih, Kai." Sarah langsung menerima dan meletakkannya di pangkuan sebab tangan yang masih sakit belum cukup mampu untuk mengangkat benda terlalu lama.

Being Parents (SOWJIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang