04

886 174 14
                                    


"Aku boleh ikut panggil Yoya juga?"

"Ya---terserah kamu aja." Yoya tersenyum canggung, ia bingung mau menjawab apa. Karena panggilan Yoya hanya digunakan oleh orang yang dekat dengannya. Keluarganya, dan juga Raga. Dan sekarang Auriga mau ikut-ikutan manggil dia Yoya?

Padahal mereka baru saja kenal, Winda aja yang udah kenal Yoya dari awal kuliah tetap memanggil Aurora.

"Ya udah mulai sekarang aku panggil kamu Yoya ya?" Tanya Auriga lagi.

"Ya---udah."

"Ya udah, kamu istirahat gih. Makasih udah capek-capek nganterin aku." Auriga tersenyum sambil menyuruh Yoya untuk kembali ke kamarnya.

"Iya Ga, aku ke kamar dulu ya?"

"Iya."

Yoya pun berbalik dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Badannya terasa lengket karena keringat yang membasahi tubuhnya. Pengen mandi tapi masih gerah banget, akhirnya ia hanya duduk-duduk di teras kamarnya menunggu keringatnya mengering agar bisa segera membersihkan diri.

Yoya duduk sambil memperhatikan tanaman-tanaman kecil yang tumbuh di depan kamar kosannya. Tanaman itu ditanam oleh Budhe. Pada bagian depan kamar setiap anak ada sedikit lahan kecil yang memang digunakan untuk menanam berbagai tanaman. Kata Budhe biar ada hijau-hijaunya jadi seger diliatnya.

Beberapa waktu sekali mereka biasanya bekerja bakti membersihkan area kosan. Termasuk tanaman yang ada di depan kamar masing-masing anak. Yang sekarang ini sudah semakin meninggi karena sudah lama belum dirapikan lagi.

Yoya berniat mencabuti rumput yang ada di sekutar tanaman tersebut, tapi baru akan melangkah mata Yoya kemudian membelalak karena mengingat sesuatu.

Minggu ini adalah jadwalnya membersihkan kamar mandi. Ya Tuhan, abis capek-capek dari sunmor masih harus nguras bak mandi. Kapan tidurnya kalau gini?

Yoya menghela napasnya berat. Ia mengurungkan niat untuk mencabuti rumput dan memilih duduk kembali di depan kamarnya. Nasib amat hari Minggu gini malah dipake buat beraktivitas. Harusnya ia rebahan sejak pagi dan baru keluar kamarnya setelah dhuhur.

Kkrrkkk

Yoya menoleh ke arah gerbang yang terbuka yang bisa terlihat dari kamarnya. Dilihatnya Winda masuk ke dalam kosan sambil membawa bungkusan plastik. Winda yang melihat Yoya di depan kamarnya sedikit berlari menuju ke kamar Yoya.

"Nih buat kamu." Saat sampai di hadapan Yoya, Winda memberikan bungkusan plastik yang ia bawa dan ia serahkan pada Yoya.

"Apaan nih?"

"Jus mangga."

"Baik banget?" Yoya terkekeh sambil menerima jus pemberian dari Winda tersebut.

"Tadi dibeliin Tyo, katanya sekalian aja beliin kamu."

"Ya udah, makasih ya Mas Tyo sama Mbak Winda." Yoya tersenyum sambil mengambil sedotan dan mulai meminum jus yang dikasih sama Winda.

"Hahaha. Kamu dari mana? Abis pergi?" Tanya Winda sambil menunjuk Yoya yang bajunya lumayan rapi.

"Iya, dari Sunmor."

"Lah, aku juga dari sana? Kok nggak ketemu?"

"Nggak tau. Nyari apa kamu?" Yoya melihat Winda membawa bungkusan plastik lain, berarti dia dari Sunmor juga?

"Gorden, kemarin aku bawa pulang lupa nggak dibawa ke sini lagi." Winda menunjuk gorden kamarnya yang saat ini menggunakan gorden lama dari Budhe. "Kamu ke Sunmor sama siapa?"

"Auriga."

Alis Winda berkerut mendengarnya. "Kamu pergi sama Auriga? Kok bisa?"

"Iya, dia nanya tempat beli alat-alat rumah tangga. Aku bilang aja ke Sunmor tapi dia nggak ngerti ya udah aku nganterin sekalian." Yoya menjelaskan kenapa ia bisa pergi sama Auriga ke Sunmor.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang