06

792 184 51
                                    


“Ga? Ayo.”

Suara Aurora menyadarkan Auriga yang sejak tadi memperhatikan foto Yoya yang memeluk lengan seorang cowok tersebut, ia kemudian menoleh dan mengangguk. Auriga pun berjalan lebih dulu keluar dari kamar Yoya karena ia harus mengambil motor terlebih dahulu.

Setelah Auriga keluar, Yoya lalu mengunci pintu kamarnya. Ia meletakkan kunci kamar di tempat sabun yang ada di teras kamarnya.

Yoya kemudian berjalan ke bagian depan kosan di mana Auriga sudah menunggu di atas motornya.

“Ini di mana tempat servisnya?” Tanya Auriga saat Yoya sudah naik ke boncengan motornya.

“Ada di deket kampusku, aku biasanya di situ Ga.”

“Oke. Arahin aja jalannya ya?” Auriga mulai melajukan motornya pelan, karena kata Yoya tempatnya nggak begitu jauh dari kosan. Ia belum begitu mengenal daerah ini, hanya jalan menuju kantornya dan beberapa tempat yang pernah Mas Adib tunjukkan padanya.

“Itu, Ga.” Tangan Aurora menunjuk ke sisi kanan jalan. Auriga pun mengangguk dan segera membelokkan motornya menuju ke tempat yang Aurora tunjuk.

Yoya turun dari motor Auriga, ia menatap tempat servis laptop tersebut. Pemiliknya adalah mantan mahasiswa yang satu kampus dengan Yoya, ia membuka usaha servis laptop semasa kuliah dulu dan berlanjut sampai sekarang. Dulu saat awal buka pegawainya hanya satu orang yaitu si pemiliknya, tapi sekarang sudah ada empat orang pegawai yang semuanya adalah mahasiswa.

Yoya tau tempat ini karena temannya yang merekomendasikan, biaya servis di sini nggak begitu mahal karena masih di lingkungan mahasiswa.

“Mas.” Yoya mengetuk kaca etalase yang terdapat di bagian depan tempat servis tersebut.

“Iya, gimana Mbak? Ada yang bisa dibantu?” Salah seorang pegawai menghampiri Yoya.

Yoya pun membuka tas punggungnya kemudian mengeluarkan laptopnya, ia menunjukkan laptop pada pegawai tersebut. “Ini laptopku nggak bisa nyala, kenapa ya Mas?”

Oleh pegawai tersebut laptop Yoya dinyalakan namun tetap nggak bisa nyala. “Nanti tak liat dulu ya Mbak?”

“Nggak bisa langsung ya Mas?”

“Lagi banyak itu Mbak.” Pegawai tersebut menunjuk ke belakangnya di mana terdapat beberapa laptop yang sepertinya juga mau diservis. Yoya pun mengangguk maklum. Mas pegawai servis laptop tersebut kemudian menyerahkan secarik kertas berisi nama dan nomer telepon untuk diisi. “Silakan Mbak, diisi dulu ya?”

Yoya pun mengisi kertas tersebut lalu menyerahkannya kembali pada Mas-nya. “Kira-kira lama nggak Mas?”

“Nanti kita lihat dulu kerusakannya di mana baru kita hubungi Mbak-nya.”

“Mas, diusahain cepet ya? Lagi skripsi nih aku.” Yoya merajuk pada pegawai tersebut, membuat Auriga tersenyum kecil.

“Siap, Mbak. Tunggu kabar aja ya?”

“Okee.”

Setelah menyerahkan laptopnya, Yoya dan Auriga pun keluar dari tempat servis laptop tersebut. Yoya berjalan menuju motor Auriga sambil manyun. Tangannya fokus ke hape karena tadi ia sedang menghubungi Raga. Menceritakan kalau laptopnya nggak bisa nyala.

Nuraga : Gimana laptopnya?

Aurora : nggak tau, mau diliat dulu kata mas-nya

Nuraga : ya udah ditunggu aja

Aurora : ada aja sih ya lagi ribet skripsi gini

Nuraga : sabar ayang

Nuraga : tapi bimbingan kamu gimana?

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang