09

718 131 24
                                    

"Kalo aku suka sama kamu, gimana?"

"Ha?" Yoya cuma bisa menatap Auriga dengan wajah bingung. Saat ia lihat, Auriga malah tersenyum padanya. Yoya mengerjap kemudian menelan ludahnya sebelum kembali berucap. "He, becanda aja Ga. Hehehe."

Yoya tertawa ringan, ia berusaha menanggapi ucapan Auriga dengan santai dan menganggap bahwa Auriga cuma asal ngomong aja. Tapi Auriga kembali menatap Yoya dengan lebih intens, membuat Yoya tiba-tiba menjadi gugup.

"Nggak becanda Yoya, aku beneran suka sama kamu."

Tawa Yoya terhenti dan dirinya langsung terdiam, perkataan Auriga barusan membuatnya semakin gugup karena Auriga berkata sambil menatapnya dalam, seakan serius dengan apa yang ia ucapkan.

"Aku punya pacar, Ga." Yoya berkata lirih. Ia bingung harus menanggapi apa pada kalimat Auriga itu. Auriga kan tau kalo Yoya udah punya pacar. Kenapa tiba-tiba bilang suka sama dia?

"Aku tau."

"Ya terus?" Kening Yoya berkerut. Kalo udah tau kenapa dia bilang suka?

"Pacar kamu di Semarang kan? Sekarang malah di Surabaya."

"???" Sudut bibir dan ujung hidung Yoya terangkat naik, membuat alisnya juga ikut naik karena nggak ngerti sama maksud Auriga.

"Di Jogja kan nggak ada pacar?" Tanya Auriga lagi.

"Ga---"

Auriga tersenyum melihat Yoya seperti kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapannya. Bahkan Yoya tidak melanjutkan kalimatnya dan hanya menghela napasnya. Auriga mengamati wajah Yoya yang masih terlihat nggak percaya dan bingung. Lucu banget menurut Auriga.

"Fuuuh." Yoya tiba-tiba membuang napas kasar kemudian menatap Auriga lagi. "Pacar aku emang jauh Ga, tapi mau dia di Semarang atau di Surabaya, pacar aku ya Raga."

Auriga tersenyum tipis mendengar jawaban Yoya. Ia mengangguk-angguk ringan dan kembali menatap Yoya. "Maaf ya, Yoya?"

"Ya nggak papa."

Keduanya kemudian terdiam. Yoya udah nggak fokus lagi, bingung banget kenapa tiba-tiba Auriga bilang suka sama dia. Ia jadi inget apa yang Winda bilang sejak Yoya cerita soal Auriga yang beberapa kali nolongin dia. Winda bilang kalo kayaknya Auriga naksir dirinya. Saat itu Yoya nggak mikir kalo Auriga beneran naksir dia. Baru saat Yoya seminar dan Auriga belain dateng nganter makanan dan ngasih cokelat, Winda semakin yakin kalo Auriga naksir Yoya dan itu bikin Yoya lumayan kepikiran.

Ia masih menerka-nerka apa Auriga beneran naksir dirinya, tapi ia nggak pernah kepikiran kalo Auriga sampe bilang suka kayak gini. Apalagi Auriga tau kalo Yoya udah punya pacar. Obrolan mereka seelumnya juga masih membahas tentang Raga.

"Hhh." Yoya mendengus kecil, ia teringat kalo sekarang mereka berdua masih di tengah perjalanan, menuju Jogja. Pasti bakalan awkward banget sepanjang jalan nanti.

Duh, ada-ada aja sih?

"Udah belum minumnya? Ayo lanjut jalan lagi." Ucapan Auriga membuat Yoya menoleh kaget. Yoya lihat cup yang tadinya berisi kopi sudah kosong dan Auriga pun udah berdiri untuk menuju mobil. "Yoya, masih mau di sini?"

Kembali Yoya menatap Auriga yang sekarang udah di dekat mobil. Yoya hanya menggeleng kemudian beranjak dan menuju mobil.

Auriga mulai melajukan mobil meninggalkan pom bensin yang mereka singgahi. Di dalam mobil suasana sangat awkward. Sejak masuk ke dalam mobil Auriga hanya terdiam, Yoya pun ikut terdiam karena nggak tau harus gimana.

"Tidur aja Ya, ntar kalo udah sampe Jogja aku bangunin." Auriga membuka suara sambil menoleh singkat. Setelahnya ia kembali fokus menatap jalanan di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang