Prolog

20 3 0
                                    

Gadis berambut cepol itu tersenyum lebar, senang sekali dirinya dinasehati oleh ibunya, tapi dia sedang di marahi sebenarnya.

Mendesah pelan, ibunya berbicara dengan nada lelah "Ini sudah yang ketiga kalinya kau di keluarkan dari sekolah, ibu lelah, cobalah serius sedikit, berhentilah mempermalukan ibu". Gadis berambut cepol itu masih tetap tersenyum meskipun hatinya serasa tertusuk mendengar perkataan sang ibu.

Melihat anaknya hanya tersenyum, sang ibu memijat pelipisnya lelah "Sekali lagi kau di keluarkan di sekolah barumu sekarang, ibu akan memindahkanmu ke Amerika. Ke tempat ayahmu". Perkataan ibunya mebuat gadis cepol itu memudarkan senyumnya. Terlalu tidak sanggup tersenyum kalau mendengar 'ayahnya'.

Menyadarinya reaksi anaknya sang ibu terdiam sebentar, berdiri kemudian mengambil tasnya, ibunya berkata lagi, "kalau kau tidak mau, jangan membuat reputasiku jelek, pikirkan juga masadepanmu cobalah serius dan berhentilah bertingkah, Ainsley". Lalu kemudian melangkah pergi.

Menatap kepergian ibunya gadis itu mengulum bibir bawahnya kemudian sebuah isakan kecil terdengar.

"Hiks.... Gue gak mau.... Gue gak mau...."

.
.
.
.
.
.
.
.

Ainsley VOP

Gue Raven Ainsley biasa di panggil Ainsley. Sekarang dalam perjalan menuju sekolah baru, setelah di skors lagi untuk yang ke tiga kalinya si kelas 10 semester satu, dan mungkin akan menjadi yang ke empat kali nanti di sekolah baru haha, toh guru guru itu ga bakal bisa ngatur murid se nakal gua, orang tua? Mereka hanya sibuk menumpuk harta tampa memperdulikan pertumbuhan anaknya. Dunia memang seperti itu, sebagian orang di manja dengan berlimpah kasih sayang dengan harta yang pas pasan dan sebagian lainnya di manja dengan setumpuk uang tanpa kasih sayang, dan hal yang menyedihkan bagi gua berada di kategori kedua.

"Non, sudah sampai". perkataan Bi El membuat gua seketika tersadar, lalu kemudian gua segera turun dari mobil, melihat apartemen mewah bertingkat di depan gua, gua menghela nafas jengah, ini sudah yang kesekian kalinya tempat tinggal gua berpindah pindah.

"Bi barang gua, udah semua kan?"

"Iya non, udah disiapin semua di apartemen"

Melirik bi El gua bertanya kapan ibu berkunjung

"Tenaga saja nyonya akan berkunjung kalau tidak sibuk nanti" tersenyum, bi El kemudian mengelus pelan pundak gua, tersenyum kecut gua mengalihkan pandangan. "Ibu gak bakal pernah kesini kalok nunggu pekerjaannya abis"

"Non Raven tenang saja, bibi usahain setiap minggu mampir kesini". Perkataan bi El membuat gua tersenyum, yah bi El selalu mengerti gua, bi El pembantu turun temurun keluarga gua, sejak kecil bi El yang selalu ngerawat gua, dan terkadang gua merasa lebih nyaman dengan Bi El ketimbang ibu gua sendiri.

"Yaudah semoga betah di apartemen barunya, bibik cuma bisa nganter sampe sini, bibik mau balik ke rumah sekarang". Gua cuma bisa mengangguk, melihat kepergian bi El gua kemudian mendongakkan kepala menatap bagunan bertingkat di depan gua.

"Lantai 8 yah.. Hahhh"

.
.
.
.

TBC GUYS;)

Silent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang