Bukk!! Kena!
Satu tinju keras berhasil Ainsley layangkan pada salah satu dari segerombolan orang yang menyerangnya.Satu tendangan kembali dilayangkan, dengan sigap Ainsley menangkisnya, pukulan dilayangkan kembali menuju wajahnya, rahang, perut, dan kakinya, semua menjadi sasaran orang orang yang menyerangnya dengan buas secara bersamaan, tapi untungnya Ainsley dapat bergerak dengan gesit, sehingga dapat menangkis semua serangan.
Ainsley merasa sedikit kewalahan dengan jumlah mereka yang sangat banyak sedangkan dirinya hanya sendiri. Kurang fokus sedikit saja, maka dia sudah babak belur dari tadi.
Bukk!Satu pukulan telak mengenai pipi kiri Ainsley. Terasa menyengat sekali, nafasnya mulai terengah, energinya mulai terkuras, rambutnya sudah tergerai sejak tadi, entah sejak kapan benda yang menahan rambutnya itu lepas. Orang orang ini tak ada habisnya, menyerang dari berbagi arah seolah benar benar ingin membunuhnya.
Ainsley kesal sekali. Dia tak tahu apa salahnya, dia hanya berjalan dengan santai menuju sekolah, tapi tiba tiba saja segerombolan orang menyerangnya, tapi Ainsley kenal siapa mereka, musuh bebuyutannya dari SMA Cyber, mantan sekolahnya.
Beberapa orang berhasil Ainsley tumbangkan, tapi jumlah mereka tetap tak berkurang.
Bukk!! Satu pukulan mengenai rahangnya.
Sial! Ainsley merasa sangat kesal sekali, wajahnya adalah aset terpenting. Dia tidak tahan lagi, dan ketika dia sudah mulai mengamuk, suara pluit yang sangat nyaring terdengar.
Priiiiiiiiitttttt!!!!!
Dua polisi berlari ke arah mereka, sepertinya sedang berpatroli. Perhatian orang orang itu teralihkan, mengambil kesempatan, Ainsley dengan cepat menyerang mereka kembali, memukul sekuat tenaga, melampiaskan seluruh emosinya.
Bukk!! Bakk!! Bukk!! Bukk!!
Suara pukulan terdengar nyaring, Ainsley asik menyerang orang orang ini dengan beringas, begitu merasa cukup, Ainsley membalikkan badannya dan berlari pergi secepat mungkin. Bukannya Ainsley takut menghadapi mereka, tapi jumlahnya sangat tidak sebanding, mereka berjumlah lebih dari duapuluhan orang sedangkan dia hanya sendiri, dia juga malas berurusan dengan polisi, sangat merepotkan dan jika mamanya sampai tahu maka dia akan dimarahi habis habisan.
Ainsley tepat berhenti berlari didepan gerbang sekolah, napasnya ngos ngosan. 'Orang orang Sial' umpatnya dalam hati, lalu kemudian berjalan pelan memasuki gerbang sekolah.
'Menyebalkan, rahang dan pipiku perih sekali!'
.
.
.
.
.
.
.Ainsley menatap guru BP yang duduk didepannya datar, tak memperdulikan ocehan dan pertanyaan yang dilayangkan kepadanya sejak tadi, sangat tidak peduli dan tetap terdiam.
"Jadi, kau tidak ingin menjelaskan ya"
"....."
"Raven Ainsley... "
Ainsley benar benar tidak berminat untuk menjelaskan, entah siapa yang melaporkannya, dia tidak tahu. Tapi tiba tiba saja dia dipanggil ke ruang BP, bahkan sebelum dia sempat mengobati lebam diwajahnya.
Guru BP itu menghela napas pelan, jengah menghadapi Ainsley yang sejak tadi mengunci mulut. "Baiklah, kau boleh keluar sekarang, pergilah ke UKS dan obati lebammu"
Ainsley mengangguk pelan, kemudian beranjak dari tempat duduknya, berjalan menuju pintu keluar, tangannya memegang gagang pintu, membukanya dan seketika berhenti.
"Apapun yang Guru tau tentang kekacauan yang kuperbuat. Tolong jangan memberi tahu ibuku, terima kasih. " katanya, sebelum benar benar menghilang dibalik pintu.
.
.
.
.
.
.
.Ainsley berjalan santai dilorong sekolah, tujuannya sekarang untuk menegangkan diri ditaman belakang. Ditengah perjalanan, dia berpapasan dengan Aziel, ada dua cewek di samping kiri kanannya, Aziel yang melihatnya seketika berhenti, tapi Ainsley tidak peduli dan tetap berjalan.
Melihat Ainsley, Aziel mengusir dua cewek yang mengekorinya sejak tadi, berbalik arah dan mulai mengekori Ainsley. Dengan cepat mensejajarkan jalan dengannya, memperhatikan wajah Ainsley, Aziel dapat melihat beberapa lebam disana.
"Hei apa yang terjadi?"
"....."
"Siapa yang berani memukulmu?"
"....."
"Ainsley.. "
Ainsley tetap terdiam, tidak menggubris orang yang bejalan disampingnya. Hingga ahirnya dia sampai ditaman belakang dan mendudukkan diri dikursi, Aziel ikut duduk disampingnya.
"Apa yang terjadi? " Aziel bertanya lagi
"....."
"Lu boleh cerita"
"Gak minat. "
"Lu habis berkelahi ya? "
"Bukan urusa-"
"Urusan gua"
"....."
Aziel menelisik wajah gadis disampingnya, 'cantik sekali' pikirnya, rambutnya dibiarkan tergerai, tumben sekali, tapi bukan itu intinya, ada dua lebam berwarna ungu disana, terlihat jelas habis dipukuli dengan keras.
"Hei, kenapa tidak ke UKS?"
"Tidak ingin saja"
"Lebam lu perlu diobati"
"....."
"Kalo lu emang gak mau, tunggu disini gua ambilin obat"
Setelah berkata begitu, Aziel beranjak dari duduknya dan melangkah pergi, meninggalkan Ainsley dengan pikirannya yang berkecamuk. Dulu, dia tidak pernah dipedulikan dengan orang lain, bahkan dia pernah di keroyok sampai babak belur tapi tak seorangpun yang perduli. Dan sekarang, ada cowok aneh yang tiba tiba saja bersikap baik padanya, Ainsley jadi curiga.
Beberapa menit berlalu dan Aziel kembali dengan kotak p3k. Dia mendudukkan diri kembali disamping Ainsley. membuka kotak p3k itu, Aziel mengambil kapas dan menuangkan obat merah disana.
"Hadap sini, gua obatin."
Ainsley menggerakkan badannya kaku, menghadap Aziel. Meletakkan tangannya di pipi kanan Ainsley yang tidak terluka, Aziel memajukan wajahnya, mengamati lebam itu dan mengobatinya dengan teliti, menggosokkan kapas itu dengan perlahan.
Ainsley mengamati wajah Aziel yang sangat dekat dengannya, terpaan napasnya dapat Ainsley rasakan di wajahnya, membuat pipinya menghangat.
"Hei, lebam lu merahnya menyebar"
"....."
Ainsley hanya terdiam, bahkan ketika tanpa sengaja Aziel menekan lukanya pun dia tetap terdiam, sampai dia menegakkan wajahnya dan memandang lurus kedepan, membuat pandangan mereka bertubrukan.
"Gua...... gak mau berantem, tapi mereka yang menyerang duluan"
"Hah? "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. Tbc :)Di adegan berantemnya gak nge-feel banget ya? :'
Gua belum terlalu bisa nulis adegan action huhu:''''''
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
RomanceCinta dalam diam. Suci tampa tersentuh. Melindungi dan menatap dirinya dari dekat namun tak pernah disadari. Tapi bagaimana jika Tuhan berkata lain, Cinta suci itu beralih menjadi lembah dosa terbesar, dia telah salah melabuhkan hati. ...