Saat sampai di gerbang sekolah, banyak sepasang mata yang melihatnya. Sebetulnya Raya risih dilihat banyak orang seperti itu. Tapi mau gimana lagi.
Eh ya, Raya baru inget. Si Farich kan udah punya cewek nih, bisa-bisa nanti Raya di labrak sama cewenya nihh.
Saat di parkiran, "Farich?" panggil Raya pelan.
"Iya kenapa?" Jawab Farich.
"Aku bonceng kamu gini, cewemu ga marah kan? Aku gamau kena masalah yaa" kata Raya.
"Aelah apaan sih kamu, santai aja kalik."
"Hm oke deh, makasih ya" kata Raya.
"Yaudah ayok ke kelas" ajak Farich.
Mereka berdua jalan beriringan menuju kelas.
Tiba-tiba saat di kelas, "lah Ray, kok kamu bisa berangkat sama si Farich sih. Kmu bilang kmu ga sukak ke dia karena dia yang nyebelin. Hm.. keknya ada yang lagi pdkt an nih."
"Apaan si Nasy. Ini terpaksa kalik, motor ku lg ada di tempat tambal ban" kata Raya yang sedikit jengkel karena Nasya.
"Lah terus apa hubungannya, kenapa kmu bisa sama si Farich?" Lanjut Nasya yang semakin heran dan bingung.
"Uuuuh, udah deh Nasy, nanti aja ku ceritakan. Ga mungkin aku pdkt an sama si dia. Kan dia sudah ada ceweknya. Gimana sih kamu" kata Raya yang kesel karena Nasya banyak tanya.
"Eh ngga, dengar-dengar dia udah putus tuh sama ceweknya ."
"Oh" jawab Raya sengaja singkat.
"Iiiih kamu nih ya, gausah gitu juga kalik. Singkat bener. Awas ntar jangan-jangan kamu suka bener sama si Farich_-" kata Nasya.
Tanpa banyak menjawab Raya tidak mendengarkan Nasya lagi. Tidak peduli apa yang Nasya katakan. Ia lebih memilih untuk mempersiapkan buku untuk pelajarannya.
-
Seperti biasa,Raya mengikuti pelajaran seperti biasanya. Bel pulang yang selalu dirindukan murid-murid itu telah berbunyi. Semua segera memberhentikan kegiatan belajar di sekolah itu dan segera pulang ke rumah.
Seperti janji kemarin, motor Raya dijemput sepulang sekolah. Dan sekarang Raya sudah bersama Farich di atas motor. Dan segera menuju ke tempat tambal ban kemarin.
Entah kenapa, Farich ga banyak bicara. Yang biasanya ia suka nyebelin. Tapi sekarang dia ga banyak bicara.
Setelah sampai, Raya tak langsung turun dari jok motor belakang itu. Ia tetap berada di bocengan Farich. Ia sibuk membuka helmya yang susah sekali untuk dibuka dan sepertinya tali pengunci helm di bawah dagunya itu sedikit bermasalah.
"Eh ngapain sih kamu lama amat yang mau turun. Gabisa turunnya yah?" kata Farich. Kemudian ia menoleh ke belakang yaitu ke Raya.
"Ah, bentar dulu, cerewet banget sih," jawab Raya yang masih sibuk membukanya itu.
Tanpa banyak bicara, tangan Farich segera membantu Raya membukanya. Yah memang sedikit susah. Tapi akhirnya Farich bisa membukanya itu.
"Halah, gitu aja susah. Dasar anak kecil. Udah turun cepet gabisa turun dari motor? Mau aku yang turunin kamu? Hmmm??" kata Farich.
"Uuuh apaan cobak. Udah. Aku bisa sendiri."
Ku kira anak ini udah ga bakal nyebelin lagi tuh. Tapi ternyata masih sama aja.
Tanpa banyak bicara mereka segera mengambil motornya. Setelah semua urusan itu selesai. Mereka berdua segera pulang ke rumah.
Bersambung~