Dokter Kandungan (3)

23.1K 4.1K 616
                                    

Jaehyun

Kurenggangkan ototku yang rasanya hampir mati rasa. Baik, intinya, pasien hari ini membludak dan aku benar-benar lelah. Jam menunjukkan pukul sepuluh dan aku masih ingat kalau aku belum makan malam. Pantas, cacing di perutku meronta minta diberi asupaㅡ

Dak!

Aku tersentak mendengar pintu ruanganku terbuka sedikit kasar. Kukira orang itu adalah Suster Jiwon mengingat dia memiliki jadwal yang sama denganku. Ternyata aku salah.

"Jaehyun..."

Nafas memburunya berhasil membuatku bangkit dari kursiku. Aku mendekatinya lalu memegang kedua bahunya erat.

"Lo kenapa? Sakit?"

"Nggak...bukan...gue..."

"Doyoung!"

Kupanggil namanya lantang, dan benar saja, dia langsung menatapku dengan mata merah serta peluh menetes dari dahinya.

"Jae, gue harus gimana..."

"Gimana apanya? Ngomong yang jelas, Doy! Lo sakit? Abis kecelakaan? Atauㅡ"

"Dia hamil."

"Apa?"

Tanpa sadar tanganku bergerak meraih kedua kerahnya sebelum mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Kutatap matanya tajam. Kuharap aku salah dengar...

"Dia hamil, Jae. Dia hamil anak gue!" Doyoung menghempaskan tanganku kasar sebelum mengusap wajahnya frustasi. "Gue harus gimana? Minggu depan gue udah pindah ke Jepang buat naik jabatan."

Kutatap dia tajam. "Lo nggak bilang kalau lo pindahㅡ"

"Kenapa harus sekarang sih? Gue kerja siang malam biar dapet posisi itu, Jae! Lo tahu kan kalau salah satu syaratnya nggak boleh berkeluarga? Shit, gue frustaㅡ"

Bugh!

Sebelum Doyoung menyelesaikan kalimatnya, sebuah pukulan keras melayang begitu saja di atas pipi kanannya hingga dia tersungkur. Doyoung memegang sudut bibirnya sambil menatapku tajam.

"Apa-apaanㅡJae!"

Dia memekik begitu aku mencengkram kembali kerahnya. "Brengsek lo, Doy! Gimana bisa kalimat itu yang muncul pertama kali dari mulut lo?"

"Gue bicara kenyataan, Jae! Gue nggak bisa ngorbanin karir gue cuma buat bayiㅡ"

"Cuma? Cuma lo bilang? Dia bayi lo, bajingan! Dia anak lo! Darah daging lo!"

Doyoung berdecak kasar sambil menutup mukanya dengan kedua tangan. Aku bisa mendengar dia terisak kecil. Bahunya sedikit bergetar.

"Gue nggak siap, Jae. Gue nggak siap jadi suami. Gue nggak siap jadi bapak," lirihnya. Sebelum sebuah bogem kembali melayang di wajahnya, akupun buru-buru menghempaskan kerahnya kasar lalu mengambil kunci mobilku.

"Kalau lo nggak siap, biar gue." Doyoung mengangkat kepalanya hingga mata kami bertemu. "Gue nggak akan biarin dia dan anaknya hidup sama laki-laki brengsek kayak lo."

"Jaeㅡ"

"Lo bisa pergi ke Jepang. Secepatnya. Dan jangan pernah muncul di hadapan dia lagi. Atau lo bakal mati di tangan gue."

🖤

Persetan dengan jalanan yang ramai, akupun melajukan mobilku secepat kilat, berharap rumahnya yang cukup jauh dari rumah sakit itu bisa cepat-cepat aku jangkau. Bayangan Doyoung kembali muncul di otakku, membuatku tanpa sadar meremas setir mobil kuat-kuat.

Kim Doyoung bajingan! Harusnya kurebut dia dari awal! Perempuan itu terlalu baik untuk Kim Doyㅡ

Sreeet!

Tanganku reflek banting setir ke kanan begitu melihat siluet yang sangat aku kenal. Tubuh kecilnya bergetar hebat di bawah halte yang sepi. Dia bahkan hanya menggunakan sweater tipis di tengah dinginnya musim gugur.

Sialan!

Tanpa berpikir dua kali, akupun keluar dari mobilku lalu berlari menghampirinya. "Ayo pulang."

Kalimat pertama dari bibirku berhasil menyentaknya. Perempuan itu menatapku sedikit kaget dengan mata sembabnya. "Jaehyun?"

"Ayo pulang. Saya antar."

Kini giliran aku yang dibuat tersentak saat dia menghempaskan tanganku sedikit kasar. "Pergi."

"Nggakㅡ"

"Pergi, Jaehyun!"

Mataku tanpa sadar melihat sebuah koper tergeletak di samping tubuhnya. Setelah menghela nafas panjang, akupun melepas jasku lalu menyampirkan di kedua bahunya.

"Ayo pulangㅡ"

"Saya diusir dan sekarang saya nggak punya rumah! Pulang? Kamu sana yang pulangㅡ"

"Malam ini tidur di tempat saya dulu. Besok saya carikan tempat tinggal baru."

Dia menatapku dengan sisa air matanya. Demi Tuhan, jika aku brengsek, maka aku tidak akan segan mendekapnya erat. Aku benar-benar ingin memeluk perempuan ini.

"Saya tahu semuanya. Jadi mana koper kamu, biar saya yang bawaㅡ"

"Kalau kamu tahu semuanya, kenapa kamu masih datang kesini? Kenapa kamu bantu saya? Kenapa kamu bantu perempuan hina iniㅡ"

Tuhan, maafkan aku. Kali ini saja, izinkan aku jadi laki-laki brengsek.

🖤

Siapa ni minta lanjot hmmm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa ni minta lanjot hmmm

Jaehyun AsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang