Si Cantik Aisyah.
Idaman semua pria."Mon." Panggil Tara duduk di sebelah Momon.
Momon diam tidak mendengar. Matanya selalu tertuju pada dua orang di pojok dekat pintu yang saling duduk berhadapan. Dari awal Halaqah matanya terus mengarah ke sana.
"Momon!" Seru Tara yang mulai kesal.
"Apa Sih!"
Tara memindahkan Al Qur'an yang ada di tangannya ke pangkuan Momon. "Ini giliran elo ngaji."
"Duluan deh, gua terakhiran," tolak Momon.
"Eh! Ini giliran lo! Kita semua udah tadi." Imam, ketua kelompok Halaqah angkat bicara.
Momon tertegun, semua mata menatap tajam ke arahnya. Tidak ada pilihan, ia harus mengaji saat ini juga atau namanya akan di coret dari kelompok Halaqah oleh ketua rese. "Iya - iya ... nyampe mana tadi?" kata Momon membuka Al Qur'an.
"Hah? Lo juga gak merhatiin dari tadi?" Tanya Imam kesal.
Momon berdalih, "Merhatiin kok ... ya gak Tar?" Momon melirik Tara. "Yang mana Tar?" lanjutnya pelan.
"Astagfirullah, Monica ... Lo merhatiin apa sih?" Imam benar - benar marah.
"Imam. Stop! Orang mau ngaji gak boleh di marahin."
"Tapi lo itu---"
"Ech! No no no. Jangan berisik."
Imam mendengus, dia mencoba menarik napasnya perlahan untuk menahan emosi. "Yang sabar yah Mam," kata Tara di sampingnya.
15 menit kemudian.
"Kita Akhiri, Assalamu'alaikum Wr. Wb." Imam menutup Halaqah.
Semua kembali ke tempat duduknya masing - masing. Mereka bersiap untuk jam kuliah berikutnya.
Momon masih memperhatikan dua orang yang saling berhadapan di pojok. Entah apa yang mereka lakukan di sana, padahal Halaqah sudah selesai, tapi mereka tidak beranjak dari tempatnya.
"Eh Tar," panggil Momon.
"Hmm?"
"Siapa cewek yang duduk di depan pangeran gue?" tanya Momon.
"Pangeran?" tanya Tara bingung, lalu dia ikut melihat arah mata Momon. "Ohh,, itu pangeran lo?"
Momon mengangguk, pandangannya tidak terlepas oleh dua orang yang membuat hatinya panas.
"Cih! jangan berharap deh, mau dapetin Diky," ujar Tara malas.
"Hah? Emang kenapa?" Tanya Momon melirik Tara.
"Gak ada satu pun yang pantes buat anak Profesor kecuali anak pak Ustad."
"Anak pak Ustad? Siapa anak pak Ustad?"
"Itu ... Yang di depan Diky," tunjuk Tara pada dua orang yang duduk di pojokan itu.
Momon ternganga. Tak di sangka saingannya berat juga, bahkan terlalu berat kayaknya. :)
"Gak! Gak boleh, gua harus bisa dapetin Diky." Momon meyakinkan dirinya.
Tara terkekeh, dia bangkit dari tempatnya lalu berjalan keluar. "Mon, sadar," ucapnya pergi.
Huft...
Momon menghela napas, untuk terakhir kalinya matanya menuju ke arah dua orang yang asik bermesraan. "Tunggu gue. Gue yakin akan mendapatkan lo. Diky," gumamnya sebelum pergi menyusul Tara.Kantin.
Tara, Oca dan Luna sudah mengambil tempat. Mereka menunggu Momon yang sedang memesan makanan.
Tak lama Momon datang dengan muka yang cemberut. Mereka bertiga melihat Momon bingung. "Lo kenapa Mon?" Tanya Luna.
"Abis kebakar liat Abi dan Umma kelas lagi mesra - masraan," celetuk Tara.
Braakkk
Momon memukul meja, gebrakannya hampir menumpahkan es teh Tara, Oca dan Luna. "Biasa geh, gak usah marah - marah juga," kata Oca.
"Lagian, lo gak akan mampu ngalahin Aisyah," ujar Luna menambahkan.
Momon makin merenggut, bibir bawahnya terlihat lebih maju kedepan. "Kok kalian jahat sih? Gue kan juga mau kayak kalian punya cowok. Gue juga bosen kali denger cerita kalian terus."
Melihat wajah Momon yang menyedihkan, membuat Tara menjadi tak tega. Dia lalu berkata, "Momon... Gua pasti akan banutuin apapun buat lo. Tapi, kalau incaran lo Diky, gua gak bisa bantu."
"Kenapa?"
"Tipe lo ketinggian," jawabnya cepat.
"Di tambah, saingan lo gak selevel sama lo," sambung Luna.
"Kalau ibarat kata yah, Lo sama Aisyah itu kayak Tanah dan langit. Yang satu kotor, yang satunya suci." Oca menambahkan.
"Tuhkan kalian Jahat banget!" Momon makin merekngek, temannya tidak satu pun mau membantu. Bahkan memberi semangat pun tidak.
Oca, Luna dan Tara hanya terdiam, mereka saling tatap menatap. Tak lama semua pandangan sekitar mulai mengarah ke arah mereka, beberapa orang juga mulai berbisik - bisik di belakang. "Sssttt. Mon! Jangan nangis di sini dong," Seru Oca.
"Gue gak nangis hiks. Gue kecewa sama kalian hiks - hiks."
"Ah ya udah deh. Gua bakal bantu lo," bujuk Tara terpaksa.
"Bantu ngapain? Bantu ngilangin harapan gue? Hiks hiks."
Tara menghela napas. "Gua bantuin lo deket sama Diky, tapi kalau buat jadiin dia pacar lo, kagak."
"Serius?"
"Iya," desah Tara.
"Aahh makasih Tara... Muaach" Seketika Momon berubah, dia kembali ceria dengan cepat.
"Iihh jauh - jauh jangan cium - cium gua, jijik tau gak!" kata Tara risih.
"Iya... Makasih cayang."
Oca, Luna dan Tara hanya mendengus malas, sebenarnya mereka juga merasa bersalah mendengar kata - kata Momon tadi. Mungkin memang sudah saatnya mereka membatu Momon dari ke jombloannya. Walau mungkin tidak akan berhasil, setidaknya sudah mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALEM? Cih!
RomanceWhy semua cowok pengen banget cewek pendiem? Emang kita - kita yang 'brutal' ini gak pantes diharapin yah? -(Momon) - Perjuangan cewek bobrok melawan cewek kalem yang gak pernah menyerangnya, demi mendapatkan pangeran kodok. Yang jelas absurd banget...