siji.

603 54 7
                                    

"He,su."

"Asu kok manggil asu. Gobloknya dirawat seperti anak sendiri.Lagian gua tuh kelinci tolol."

"Sak enakmu."

Ini adalah secuil percakapan penuh akan formalitas, yang sepintas begitu tidak pantas, antara kuda dan kelinci Yokohama. Siapa lagi kalo bukan Samat sama Jujut.

"Ada apa manggil-manggil?" tanya Jyuto, selaku polisi femes se kecamatan Yokohama.

"Kemarin kan ya, gua—",

"Palingan ceritamu, cerita bucin. Udah keliatan tuh dari lobang idungmu yang kayak lobang hitam kesesatan."

"Bacot cok, gua belum selese ngomong nih njir." biasa Samat, kata mutiaranya suka keluar kalo lagi kesel. Jyuto pun menjawab, setengah kesal "Kemarin lu ngapain? Sambang ke wibu kecamatan sebelah?".

"gagitu cok, aduh—" Samat usek-usek kepala sendiri. Satu dipisi kok gaada yang bener, gitu batinnya."Gua mau cerita dulu nih, aduh! Jangan dipedhot kek hubungan gitu ah!".

"Tuh kan, cerita bucin."

"Ngomong lagi, kacamata lu pecah cuk."

"Iye iye, kemarin lu ngapain?" tanya Jyuto yang sebenernya males pake banget. Samat mulai angkat bicara.

"Gua kemarin ga ngapa-ngapain."

Seketika suasana menjadi hening.

Riou lagi masak-masak di dapur, menyiapkan makanan delisiyus buat kedua sohib satu dipisinya. Apalagi tadi habis berburu di amazon yakan.

"Samatoki, Jyuto, nih shokan udah bikin—",

"—kok Samatoki gosong gitu?".

"Yha gimana ga gosong, wong habis gelut pake hipmik. Lagian, si Samat ngeselin anjir." ujar Jyuto sembari merapikan kacamata dan jasnya yang agak kusut. Sementara Riou hanya ber- 'oh' datar. Lelah sebenarnya ngurusin temen sengklek.

"Oalah jangkrek, gosong aku cuk."

Hypmic misuh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang