Pagi Dunia ❤

4.5K 434 15
                                    









Zimzalabim...zimzimzalabim...zimzimzalabim...zimzim...

Gue mencoba membuka mata begitu ngedengar suara alarm hape gue bunyi.

"Hooaaamm...", gue menguap begitu dengar bunyi berisik dari alarm dan mematikan suaranya. Gue merenggangkan otot-otot tubuh gue setelah tidur semalaman.

Gue singkap selimut yang gue pake tidur semalam dan bergerak menuju kamar mandi untuk gosok gigi dan mandi.

30menit kemudian gue keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Pergi mengganti pakaian dan segera turun kebawah menyiapkan sarapan untuk ketujuh orang yang tinggal bareng sama gue dirumah ini.


Oh iya perkenalkan gue Bae Irene si pemilik rumah yang gue, adik gue dan sahabat-sahabat gue tempatin bersama. Orang tua gue? Sayangnya mereka udah pergi ke surga bersama orang tua dari sahabat-sahabat gue yang tinggal sama gue disini 4 tahun yang lalu :)

Kami memutuskan untuk tinggal bersama karena kami cuma punya satu sama lain untuk saling menjaga dan bergantung, bukannya kami nggak punya kerabat tapi kami hanya mau menjaga dan meneruskan apa yang telah ditinggalkan oleh orang tua kami tanpa campur tangan orang lain :)

Gue mulai mengambil beberapa lembar roti dan memasukannya ke dalam panggangan. Sambil menunggu rotinya matang gue membuka kulkas dan mengambil beberapa butir telur, tomat dan sayuran untuk membuat omelet.

Saat gue sibuk berkutat didapur tiba-tiba gue dengar suara gaduh dari lantai 2.


"Kak Irene liat kaos kaki yerim yang abu nggak?", teriak adik gue Yeri dari lantai atas. Gue menghela napas begitu dengar teriakannya Yeri. Ini anak tiap pagi pasti aja kehilangan atau kelupaan naruh barang-barangnya.

"Cek dilaci no tiga lemari kamu Yer", balas gue teriak dari dapur.

"Oke ketemu kan, makasih kak", teriak Yeri kemudian.


Hilang teriakan dari Yeri nggak berapa lama kemudian gue denger teriakan lagi di lantai tiga tempat kamar si Krystal sama Jennie.

"Jennie!!! Buka pintu gue minta aseton!", teriak Krystal sambil menggedor pintu kamar Jennie brutal.

Gue cuma bisa menghela napas. Rumah ini akan selalu gaduh apapun rutinitasnya.


Tiffany POV

"Rene ada yang perlu gue bantu nggak?", tanya gue begitu masuk ke dapur dan ngeliat Irene yang lagi sibuk nyiapin sarapan.

"Nggak usah deh kak ini juga udah mau beres, kakak nggak mau mandi dulu?", tanya Irene begitu dia ngeliat gue yang ke dapur masih piyama.


Jadi, gue kebangun gara-gara kucing garong di rumah ini pada berisik pagi-pagi padahal gue baru pulang syuting jam 2 pagi.

"Nggak Rene, hari ini gue free jadi mau gue pake malas-malasan termasuk malas mandi pagi. Ntar juga habis sarapan gue balik tidur", balas gue ke Irene. "Oh iya sarapannya Solar taruh di kulkas aja tuh anak baru kelar siaran jam 8an, tadi dia nitip pesen waktu gue ketemu dia pas pulang soalnya", ujar gue lagi ke Irene.

"Oke kak", balas Irene










Jennie POV

"Berisik banget sih Tal gue masih ngantuk nih gue baru balik subuh tadi anjir!", balas gue ketus begitu gue buka pintu yang daritadi di gedor dengan brutal sama Krystal.

"Ya habis lo tumbenan amat pintu pake dikunci segala. Aseton gue habis bagi dong, gue mau ganti kutek buat shoot endorsean gue ntar siang", balas Krystal tanpa dosa.

"Cari sendiri sana dimeja. Gue mau tidur lagi, jangan lupa pintunya ditutup lagi kalau lo keluar", ujar gue sambil jalan ketempat tidur buat ngelanjutin tidur gue yang keganggu sama Krystal.










Irene POV

Selesai mengatur sarapan di meja makan, gue naik ke kamar buat siap-siap ke cafe karena pagi ini gue harus ngecek stok bahan makanan dan pesanan yang harus diselesaikan minggu ini.

Diantara sahabat-sahabat gue yang lain cuma gue doang yang berkutat dengan usaha kuliner karena ini adalah peninggalan orang tua gue yang harus gue jaga sampai kapanpun meski harus mengorbankan cita-cita gue di dunia broadcasting. Sebelum meneruskan usaha orang tua gue, gue sempat magang di sebuah stasiun televisi swasta sebagai asisten art director tapi belum sempat gue ngerasain posisi lain atau mengembangkan bakat gue dalam dunia broadcasting Tuhan punya rencana lain buat gue, gue harus banting stir ke dunia kuliner saat gue harus berhadapan dengan takdir dimana orang tua gue harus 'pergi' begitu cepat dan meninggalkan cafe dan resto yang telah mereka bangun bersama sejak zaman pacaran dulu. Cafe dan resto ini adalah sejarah keluarga gue dan gue akan mempertahankan apa yang sudah dibangun oleh orang tua gue.


Bersyukur gue dulu emang suka bantu mama sama papa untuk ngurus cafe jika ada waktu luang jadi gue nggak begitu kagok banget ketika dihadapkan dengan situasi ini. Tahun pertama masih terasa berat buat gue apalagi cafe dan resto orang tua gue punya beberapa cabang dan frenchise didalam dan diluar kota yang ngebuat gue harus mobile kesana kemari untuk ngecek keadaan cafe dan resto cabang serta meninjau kontrak frenchise. Beruntungnya gue masih dikasi Tuhan sahabat-sahabat yang mengerti dan saling menguatkan hingga di tahun kedua sampai sekarang keadaan cafe dan resto orang tua gue semakin baik dan berkembang.


Walaupun gue punya adik kandung, si Yeri, tapi gue nggak mau maksa dia untuk harus bantu gue meneruskan usaha orang tua. Gue pengen dia ngejalanin apa yang dia suka dan musik adalah cita-citanya dari dulu. Gue sebagai kakak dan pengganti sosok orang tua buat Yeri akan selalu mensupport apapun cita-citanya dan nggak akan membebankan dia dengan tanggung jawab ini karena udah tugas gue sebagai kakak yang harus mengalah, lagi pula Yeri satu-satunya yang gue punya sekarang dan harus gue jaga ketika orang tua kita sama-sama 'pergi'.


Setelah mengingat kembali kondisi gue dulu gue kembali fokus untuk memoles beberapa make-up tipis diwajah gue. Gue bergegas turun kebawah untuk sarapan lalu mengantar Yeri ke kampusnya karena hari ini anak itu akan mengikuti ospek dikampusnya.


"Yer bekal kamu buat makan siang nanti jangan lupa dibawa", ingat gue ke Yeri karena anak ini begitu ceroboh dan teledor. Terakhir kali saat ujian masuk universitas dia bahkan melupakan kartu ujiannya yang membuat dia harus menunda tesnya selama 30menit untuk menunggu gue kembali kekampusnya sambil membawa kartu ujiannya yang bikin gue jadi ikutan panik juga tapi syukurnya dia bisa lulus dan sekarang jadi mahasiswa jurusan musik di universitasnya.

"Iya kak udah aku masukin ke tas kok. Kak nanti Yeri pulang jam 3 sore jangan lupa dijemput", balas Yeri ke gue.

"Iya nanti kakak jemput. Yuk berangkat nanti kamu telat", ucap gue ke Yeri dan bangkit dari tempat duduk menuju garasi...






TBC


Update sebelum membusuk bersama revisian 😵

Tetangga Masa Gitu (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang