Tsukishima x Roppi

39 6 0
                                    


Minna, Vote ʕ•ﻌ•ʔ ♡

Pov: Tsukishima.

'Aku, tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya. '
.
.
.
.
.

Bahkan saat Ibu dan Ayah meninggal pun, aku tak pernah setakut ini
.
.
.
.
Karena aku tahu, bahwa mereka sudah bahagia disana.

***

Langkah itu sangat halus. Hampir tidak terdengar. Ringan bagai bulu, menyatu dengan dinginnya malam. Tapi itu menyakitkan.

Bagai tertelan.

Terlupakan.

Menghilang.

Tapi, juga indah.

***

"..." Kuperhatikan langkah mereka. Entah kemana tempat yang mereka tuju. Yang pasti, itu sangatlah penting. Kuyakin begitu. Buktinya, mereka tidak menjawab pertanyaanku dari tadi.

Kota ini tidaklah besar. Hanya beberapa gedung besar dan pertokoan. Tidak sulit untuk menemukan alamat seseorang. Tapi itu tidak berpengaruh padaku.

Kalian mengerti maksudku?

"Ano, aku mau tanya--"

"Aah, aku harus cepat-cepat, kau tanya orang lain saja. " Pria itu mempercepat langkahnya.

Tanganku mengambang di udara. Lagi? Tidak adakah yang bisa membantuku? Aku hanya butuh beberapa detik--menit mungkin, tapi itu tidak akan berpengaruh bukan?

"Bagaimana sekarang... " Aku berjalan lunglai. Syal putihku berkibar terkena angin malam. "Mungkin aku bisa mencari telpon umum dulu, lalu... "

"Apa kau butuh bantuan? Aku melihatmu berputar-putar di daerah ini terus-menerus. Kupikir ada baiknya aku menghampirimu. " Kata seoramg pria dewasa.

Mataku berbinar, akhirnya ada orang yang mau menolongku. "Ah, iya. Sebenarnya aku sedang tersesat. Baterai hp-ku mati dan aku terlalu ragu naik taksi, oleh karena itu... " Aku menyerahkan selembar catatan kecil dari sakuku. "Bisa tolong beritahu aku alamat ini? Aku tersesat. "

Pria itu memandangi kertas dengan cermat. Lalu memandangiku beberapa detik, lalu kembali ke kertas itu lagi.

"Apa kau orang baru di kota ini? " Tanyanya. Aku menggeleng pelan.

"Aku lahir disini... Tapi, untuk jalannya agak... "

"Baiklah, akan kuantar. Kau percaya padaku kan, dik? " Pria itu menyungging kan senyum. Manik merah darahnya mengkilap di bawah sinar rembulan.

"Tentu saja. Kakak sangat baik. " Aku tersenyum. Kami berjalan bersama menuju alamat yang ada di catatan.

***

"Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Izaya Orihara, mahasiswa. Kau? " Tanya pria yang mengantarku-Orihara-san, aku harus mengingatnya.

Shizaya (Shizuo X Fem! Izaya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang