7.Teman masa kecil

55 17 0
                                    


Assalamu'alaikum semuanya, senang bisa melanjutkan cerita yang sudah berhenti berbulan-bulan,, karya ini aku lanjut karena mungkin saja banyak yang menunggu, dan ada yang masukin ke daftar list, jadi semoga semakin senang yah, jangan lupa vote, ken juga ya, makasih semuanya..

******

Aku tidak sebaik wanita diluar sana, tapi aku berusaha untuk menjadi wanita yang sholihah seperti mereka yang istiqomah.

*****

Aku berusaha menjadi wanita baik, tapi tidak ada yang instan, semua butuh proses untuk mencapai hasil yang sesuai.

Kali ini aku akan datang kembali ketempat Rena bekerja, sembari menunggunya di rumah makan, walau aku kurang nyaman berasa disana karena pelayan itu, yang sering melihatku dengan tatapan aneh.

Aku menduduki meja bawah lantai, dan memesan dua minuman seperti biasanya, untukku dan Rena.

Pelayan itu memberikan minuman, namun pelayan ini langsung duduk dihadapanku, dan mengajakku untuk berbincang.

"Maaf, apa kamu Riri? " Ucap pelayan itu dengan nada santun.

" Ya benar?  Kenapa kamu tau saya?  Memangnya kamu siapa?" Tanyaku heran.

" Tuhkan bener,, kamu ga inget aku?  Aku Farhan? Teman yang dulu sering main bareng pas rumahnya satu kampung " Pelayan itu dengan asik berbincang.

"Farhan? Ohhhh aku tahu,,,  Farhan yang pernah nangis gara-gara aku pukul kan? Yang cengeng itu?  Ganteng ya kamu sekarang" Ucapku mengejek.

Farhan teman masa kecilku, ia sering aku ejek dan ia sering menangis lalu mengadu kepada ibunya. Dan saat ini kami dipertemukan untuk bersilaturahmi.

"Assalamu'alaikum, loh ko bang Farhan di sini berdua? " Rena tiba-tiba datang mengejutkan.

"Iya, jadi Farhan ini teman masa kecil aku Ren, pantesan ajah kemarin kamu ngeliatin aku kaya aneh" Aku menceritakan ketidaknyamanan kemarin.

"Aku lanjut kerja ya," Farhan pergi untuk menyambung pekerjaannya.

Rena memasang wajah sedih, sepertinya ia sedang ada masalah.

"Maaf ya Ri aku belum bisa temenin kamu dulu,, sekarang aku harus pulang" Rena meminta izin untuk pulang.

"Iya, tidak apa-apa,, " Ujarku dengan sedikit kecewa.

Rena Pamit pulang dan mengucap salam, prilakunya sedikit aneh, aku tidak terlalu berani untuk bertanya kepadanya.

Aku membayar minumanku, dan bicara kepada Farhan, minuman yang sudah kupesan untuk Rena, aku berikan untuk Farhan, dan aku pamit untuk pulang kepadanya.

Saat kecil kami selalu bersama, bermain, bahkan selalu berkelahi. Saat itu aku pernah memukulnya sampai timbul benjolan di kepalanya, ibunya datang menemuiku dan memaki ibuku.

Aku dianggap tomboi dan terlalu berani, padahal Farhan sendiri yang sering mengejekku terlebih dahulu. Saat emosiku sudah meluap aku langsung menyerang diam-diam.

Tapi di tempat yang berbeda kami dipertemukan kembali dalam usia yang berbeda dari sebelumnya, kami sudah dewasa dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, wajah Farhan masih sama, manis dan tampan menurutku.

Mungkin dari masalahku saat bersamanya bisa diperbaiki di pertemanan yang terjalin di usia dewasa saat ini.

|||||||||||||||||||

Jangan lupa vote, jangn pelit komen ya,,, makasih happy Reading.

JIKA KARENANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang