Spesial Part

172 16 7
                                    

POV RANGGA

Bel pulang sekolah telah bunyi beberapa menit yang lalu.

Gue udah janji sama Disi buat bantuin dia belajar gimana ngeracik masker di rumahnya dan di sinilah kamar mewah Disi menjadi tempat praktek kami.
Gue menatap Disi sementara tangan gua sedang mengaduk masker dalam mangkuk.

"Udah jadi nih, sekarang gua pakein ya di muka lo. Pasang dulu tuh bandananya"

Disi memakai bandana bewarna pink lalu menyodorkan mukanya siap untuk dipakaikan masker gelatin untuk menghilangkan komedo. Dengan telaten gua memakaikan makser dengan kuas.

Udah 2 minggu dan wajah Disi sudah menunjukkan perubahannya di mana minyak udah tidam terlihat lagi dan jerawat yang mulai menghilang, tinggal komedonya yang masih ada. Tapi wajahnya udah tampak lebih baik dari sebelum ketemu gue.

Disi tidak bisa diam dia terus menggoyangkan badannya mengikuti alunan musik di kamarnya.

"Jangan gerak-gerak napa dah"

"Yee-"

"Udah gak usah jawab"

Disi langsung diem ingin protes tidak jadi. Gue pun selesai dan membersihkan wadah maskernya lalu duduk di samping Disi.
Gue sama Disi pernah sekelas, jadi pas pulang sekolah denger ucapan Disi gua berniat bantu. Karena anak ini tuh kulitnya putih mulus cuman wajahnya aja yang perlu diperbaikin.

Gua juga tau tentang temennya yang manfaatin dia cuman gua gak perduli sih. Soal temen deket? Gua gak punya karena males aja, ada sih temen cuman ya gak akrab suka ngobrol atau ngantin bareng.

Membosankan memang tapi itu lebih baik daripada gue pusing mikirin masalah orang lain nyatanya masalah gua lebih mengerikan.

Gua melihat jam tangan gua udah 20 menit dan masker Disi sudah kering gua ngeliat ke samping eh anaknya malah tidur.

"Dis bangun, bersihin dulu tuh makser lo"

Disi pun bangun dan menatap gua dengan mata yang masih terpejam.

"Gue ngantuk tau, mana lo gak mau ngajakin gue ngobrol lagi"

"Iya dah, kupas dah tuh masker"

Disi mengupas kulit maskernya dengan pelan-pelan. Mukanya tampak meringis, gak tega kan gue ya udah gue bantuin dengan menarik secara keras.

Disi memukul tangan gua
"Njiiir! RANGGA SAKIT"

Guepun melepasnya, kasian sih mukanya tampak merah malah. Disi menatap gue kesel dan dilemparkannya guling namun tidak kena.

"Maaf Dis, gue cuman mau bantuin aja"

"Mata lo tuh bantuin"

Disi mengambil kaca dan melihat wajahnya sambil mengelus pipinya.
Lalu dia menatap gue datar.

Gue parno sih takutnya karena kesel gua mau dibunuh.

"Lo kenapa sih mau bantu gue?"

Hmm ini pertanyaan yang sebenarnya gua juga bingung jawabanya.
"Gimana ya, reflek aja gitu"

Disi memicingkan sebelah matanya menatap gue gak yakin

"Ya mungkin karena jiwa kemanusiaan gua tuh muncul liat wajah lo waktu itu"

"Maksud lo muka gua kayak orang susah gitu!"

Anjir salah ngomong lagi
"Bu bu bukan gitu Dis, ya susah deh"
"Emang kenapa sih?"

Disi menghembuskan nafasnya pelan
"Ya gue sebenarnya bingung aja ada yang mau bantuin gue buat merawat wajah gue dengan sabar" Disi menatap gua sebentar habistuh menatap jam dinding.
"Apalagi yang ngajarin gua tuh lo, sang most wanted sekolah"

SKINCARE-AN DONG!  (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang