I

652 106 9
                                    

  JULIA berlari menyusuri lorong rumah sakit, air mata yang membanjiri seluruh wajahnya membuat pandangannya menjadi sedikit buyar— ini semua karena berita yang ia dapatkan dari Joanne sendiri melalui ponsel Lucy.

  Sebelum Julia sempat membuka pintu ruangan dimana Lucy dirawat, ia terlebih dahulu melihat sosok jangkung dengan gadis yang jauh lebih pendek dari sosok itu tengah saling berpelukan erat— Julia yakin bahwa mereka adalah Hussey dengan tunangannya, Joanne.

  "Joanne? Hussey?" Panggil Julia dengan begitu parau, menyiratkan tanda kesedihan yang mendalam. Joanne sontak menoleh, mendapati Julia tengah menatapnya dengan mata sayu yang menyedihkan. Hal itu membuat Joanne semakin merasa bersalah, apalagi ia baru saja mengetahui fakta bahwa Julia adalah kekasih dari Lucy.

  "Julia, aku tahu ini bukan kabar yang menyenangkan bagimu tapi-"

  "Kenapa kau lakukan ini, Hussey?" Kedua mata Joanne sontak membulat sempurna, merasa terkejut dengan ungkapan Julia yang tiba-tiba pada tunangannya. Hussey yang berdiri dibelakangnya hanya terus menunduk, seolah mengekspresikan bahwa ia benar-benar menyesal atas apa yang terjadi.

  "Aku tahu Hussey salah dalam hal ini, tapi aku mohon maafkan dia. Hussey tidak sadar saat ia melakukan tindak agresif itu pada kekasihmu, aku mohon-"

  "Tapi kau tahu kalau aku begitu terpuruk setelah mendengar berita ini? Setelah Lucy mengalami cedera pada otaknya? Bagaimana denganmu, Joanne? Bagaimana jika Hussey yang mengalami ini? Apa kata maaf cukup untuk menyembuhkan Lucy dari sakitnya?! Jawab aku!" Tangis Julia, Joanne hanya bisa terdiam; tidak ada seorangpun yang mau jika pengisi hati mereka mengalami kecelakaan. Sama halnya dengan Joanne, tentu saja ia tak pernah ingin Hussey terluka.

  Joanne menolehkan wajahnya, menatap Hussey yang masih menunduk. Terus terang, hatinya sakit. Sakit menerima kenyataan bahwa Lucy justru mencintainya disaat ia sudha memantapkan hatinya untuk gadis dermawan dihadapannya. Hussey adalah gadis yang baik, penyayang, sabar, komedian, sangat cocok dengan kriteria Joanne yang hangat.

  Namun, Joanne juga merasa kecewa setelah melihat adegan Hussey yang menghantam Lucy dengan begitu keras. Membuat nyawa gadis itu seolah hampir melayang karena pukulan Hussey yang tidak main-main.

  Masalahnya, Joanne tidak pernah bisa membenci Hussey. Husseynya begitu tulus, ia tak mungkin mendustai ketulusan orang lain. Dan ia tak juga bisa menyangkal bahwa jauh dalam lubuk hatinya, masih tersisa ruang rahasia untuk Lucy yang kini terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.

  Joanne memeluk Hussey, ia letakkan wajah gadis itu diatas bahunya yang rendah. Membiarkan Hussey menangis, menumpahkan segala kelemahannya disana setelah Julia pergi meninggalkan mereka.

  "Tidak apa, sayang. Percayalah, Julia gadis yang sabar. Dia pasti memaafkanmu, dan Lucy akan bertahan deminya."

Oh, Julia 」

  Julia menarik kursi untuk dijadikannya tempat peristirahatan dan menunggu kesadarannya Lucy. Bagaimanapun juga, Julia tetap menaruh rasa prihatin pada gadis belia yang tengah terbaring tak sadarkan diri itu.

  "Lucy, apa kamu bisa mendengar aku? Ini aku, Julia. Kekasihmu. Aku tahu mungkin kamu tak pernah mengharap kedatanganku dalam harimu, tapi ini juga bukan keputusanku untuk menjadikan pertemuan kita sebagai titik balik dari kehidupanku. Aku harus menjadi kekasihmu, dan kamu harus hidup dalam dusta cinta." Bisik Julia lemah tepat di telinga Lucy, tangannya menggenggam tangan Lucy yang dipasang selang infus.

  Semuanya terlihat biasa saja, tapi peristiwa ini begitu luar biasa bagi Julia. Sang minor dalam hal cinta. Mungkin, hari ini adalah hari yang tak mungkin Julia lupakan. Mungkin, Julia akan mematrikan hari ini sebagai hari pertamanya merasa sakit dan hilang karena cinta. Karena Lucy.

  Air matanya yang semula mengering, kini kembali menggenang— membentuk aliran bak sungai yang deras. Julia tak ingin kehilangan Lucy, tentu saja. Tidak untuk sekarang, tidak untuk besok, dan selamanya.

  "Hiks.. hiks.. hiks.. Lucy, please wake up. Jangan tinggalkan aku sendiri. Kau tahu kalau kau kuat, kau pasti bisa melewati ini. Bangunlah Lucy!" Desah Julia frustasi, tangannya makin menggenggam erat tangan Lucy yang sama sekali tidak menunjukkan adanya kehidupan.

  Julia terus menangis, menangis, dan menangis. Seolah, tangisnya mampu Lucy dengar. Kenyataannya tidak, Julia menangis karena ia lemah. Ia lemah tanpa hadir Lucy bersamanya. Ia akan mati jika Lucy pergi selamanya, dari hidupnya. Julia akan menyimpan duka yang hebat jika Lucy tak mampu membuka matanya, mungkin untuk yang terakhir kali.

  Julia hanya ingin bertemu dengan kedua pupil gelap nan tajam milik Lucy, tidak lebih. Setelahnya, Julia bisa mati dengan damai. Dan mengikhlaskan Lucy memilih jalur hidupnya kedepan.

  Julia terhenti dari isakannya, tangannya yang semula merasakan kehangatan kecil; kini hangat itu telah sirna sempurna dari telapak tangannya tangannya. Ini bukan mimpi untuk melihat Lucy tak lagi membuka matanya, dan ini bukan ilusi Julia untuk melihat tanda garis pada mesin yang diletakkan disamping ranjang.

  "Tiiiitt—"

  Nyaring bunyinya, namun tak senyaring jeritan Julia yang mengisi seluruh ruangan.

Oh, Julia 」

  Julia berjongkok, kedua matanya terfokus pada sebuah nisan yang berpahatkan nama yang begitu familiar— yang mengambil alih segala kewarasannya, dan seluruh isi hatinya. LUCY HWANG, tulisnya.

  Julia hanya diam. Tak ada lagi sisa air mata yang mampu membubuh keluar dari pelupuk matanya, tak ada lagi teriakan dan isakan yang keluar dari bibirnya setelah mengetahui fakta menyakitkan itu. Dan tak ada lagi jiwa yang hangat yang melekat pada dirinya.

  Julia menyentuh nisan itu dengan begitu gemetar, menatap sosok dalam figura yang terbentang di depan makam membuat Julia hampir pingsan. Sakit, tidak ada air mata yang keluar. Hanya kepedihan yang menyekik, melahap napas Julia yang kian menyendat.

  Sebuket bunga mawar merah dengan selingan putih pucat ia letakkan diatas tanah segar itu, Julia hanya menatap sejenak kesunyian tempat penuh duka itu sebelum memutuskan untuk segera pergi.

  Kata orang, Lucy berakhir disini, maka Julia juga akan berakhir disini. Julia, berakhir disini bersama-sama dengan Lucy.

Oh, Julia 」

eit kurang satu lagi :>

JULIA. [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang