04. 00:00

1.1K 87 1
                                    

Tahun 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun 2018

Malam terasa dingin semakin membekukan hatinya, Soobin sudah tak sanggup lagi. Ia lelah, ia lelah dengan hidupnya. Dunia seakan tak mengijinkannya untuk berbahagia sedikit pun.

Di atas jembatan layang di bawah sana, ia dapat melihat arus sungai yang tenang. Namun, tampak sangat dalam. Soobin tidak bisa berenang itu sebabnya ia memilih cara ini. Cara mengakhiri hidupnya—mengakhiri akhir dari semua masalah selama ini.

Perlahan kaki menaiki pembatas jembatan, ia sudah siap. Siap melompat, menghela napas pelan ia mulai merendahkan tubuhnya yang sudah disambut terpaan dingin angin yang berhembus.

“Kenapa ingin melompat?” tanya seseorang yang berada tidak jauh dari Soobin saat ini hingga membuat Soobin terhenti sebentar tetapi tidak berbalik untuk menatap orang itu.

“Hanya ingin.”

Soobin pun melompat dengan bebas.

Byur

Matanya langsung tertutup, dingin serasa menusuki kulit. Napasnya seketika berhenti, ia sudah tidak dapat menghirup oksigen lagi, yakin sebentar lagi ia akan mati. Mati bersama rasa penderitaannya tetapi tidak secepat itu ia dapat dengan mudah mengakhiri hidupnya. Tangannya ditarik hingga membawanya ke tepian.

“Maaf aku mengagalkan keinginanmu,” ucap seseorang yang menolongnya itu yang tidak lain adalah orang yang sama yang bertanya padanya ketika di atas jembatan tadi. Jadi orang itu sengaja menjatuhkan dirinya untuk menolong Soobin.

“Nikmati hidupmu dan kamu akan bahagia,” katanya lagi.

Belum sempat Soobin mengatakan sesuatu, orang itu kemudian pergi begitu saja. Membuat Soobin terdiam seketika.

***

Tahun 2020

Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, ia gugup sekaligus takut. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kelas akselerasi. Jika ditanya apakah ia menginginkan hal itu? Maka jawabannya adalah tidak, jika bukan karena kedua orang tuanya yang memaksa—ia tidak akan mau bahkan hanya sekedar menginjakkan kaki.

Choi Soobin merupakan putera tunggal dari keluarganya menyebabkan kedua orang tuanya selalu menginginkan hal yang sempurna bagi Soobin dan karena itulah seringkali Soobin tertekan. Tertekan akan keinginan yang tidak berkesudahan dari kedua orang tuanya.

“Kelasmu ada di lantai dua,” kata Pak Jaebum selaku wali kelas yang akan di tempatinya.

Pak Jaebum mengantar Soobin sampai di depan ruang kelas, di sana kelas sangat tertib setiap murid memperhatikan guru yang menerangkan. Tidak ada suara ribut atau suara mengobrol seperti di kelas Soobin sebelumnya.

Ketika ia di persilahkan untuk masuk. Semua mata tertuju padanya, napasnya seakan berhenti mendadak.

“Namaku Choi Soobin.”

BIRTHDAY BOY : BEOMGYU [SooGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang