Dua

5.6K 819 176
                                    

Sepak terjang Black Death mungkin banyak menjadi konsumsi umum. Terutama para remaja tanggung atau para wanita dewasa yang belum menikah. Rentan menyukai lagu-lagu bertemakan sendu sekaligus menyentuh hati.

Band ini memang jempolan. Diakui karena semua genre masuk dengan suara sang vokalis. Permainan gitar dan kemampuan Shimura Sai bersama Sasuke yang handal di atas piano, membuat segalanya lebih mudah.

Kairo tidak henti-hentinya mendesis. Kala matanya menatap poster yang mengajak para penggemar untuk hadir di mini concert The Darkside milik Black Death di salah satu aula privasi nan mahal. Satu jam sewa menghabisan ratusan ribu dolar. Tapi tidak apa. Karena penggemar mereka sama gilanya. Rela menghabiskan berapa uang pun demi bertemu idola.

"Kau ingin datang?"

Kairo menatap Ino. Menunggu Sakura yang membeli makanan di pedagang kaki lima. Trotoar Tokyo memang senggang karena hujan gerimis membuat rambut mereka basah.

"Serius? Kau mau membayar tiket itu untukku?"

"Membeli koleksi Christian Dior lebih menarik dibanding menonton Akasuna Sasori bernyanyi Again."

Sebenarnya Yamanaka Ino hanya membual. Dia mencintai Again sama seperti dia mencintai All Too Well milik Sakura. Apalagi menonton live accoustic saat pria itu bernyanyi Again sebagai penutup. Ino jatuh cinta pada suaranya.

"Kenapa kalian di sini?"

"Kairo ngidam ingin menonton mini concert Black Death. Pesankan tiket untuknya, Sakura. Dia butuh refreshing."

"Aku ingin bermain di Trans Snow ketimbang menonton empat Joker manggung," ketus Kairo. Merebut churros oreo dari tangan Sakura dan mencari tempat duduk.

Sakura menghela napas. Ikut duduk di salah satu bangku taman. Saat Ino mencari tempat kosong dan posisi mereka memutari meja.

"Aku serius. Kehidupan selebriti tidak semuanya menyenangkan, kan? Ada sponsor, ada kontrak mengikat dan lain-lain."

"You are lucky because you have money," sindir Kairo pada Sakura. Kairo dan mulut petasan jangwe tidak akan pernah lepas. "Orang-orang akan berpikir dua kali mencari gara-gara denganmu."

"Lana melakukannya."

"Abaikan saja kambing desa itu," ketus Kairo masam. Muram memikirkan si pencari sensasi yang sayangnya tetap terkenal karena koneksi keluarganya. Holy shit! Kairo benci padanya.

"For God's Sake! Lana adalah mantan Sasuke, kan?"

"Serius?"

Kairo nyaris tersedak krimnya sendiri. Sedangkan Sakura mengangkat alis skeptis. Memandang Ino dengan tatapan bertanya.

"Kau tahu darimana?"

"Quora," balasnya jujur. "Aku sering berselancar di sana. Beberapa orang bilang kalau Uchiha Sasuke sempat berkencan dengan Sulana Gusi. Alias Sugus."

"Kalau aku punya anak nanti akan kunamakan mentos."

Ino mendengus menahan tawa. Mendorong bahu Kairo yang sibuk menunduk menatap ponselnya. "Tapi di sini, Sasuke bilang dia netral. Dia tidak berkomentar banyak tentang klub pelangi."

Sakura menghela napas. "Aku pun sama. Aku tidak akan berkomentar."

"Beberapa negara melegalkan hubungan ini," bisik Kairo. "Kalau ditelaah dari ilmu kedokteran, mereka ini—,"

"Stop it."

"Oke."

"Aku menduga dia ini belok. Alias gay."

Ino dan Sakura mengernyit bersama.

"Spekulasi macam apa itu?"

"Menurut Sulana, Sasuke memiliki disfungsi seksual. Secara tidak langsung, gadis gila itu membuat publik heboh. Spekulasi tentang Sasuke yang biseksual, atau homo merebak luas bagai wabah. Dan bodohnya lagi, tikus sawah itu tidak memberi klarifikasi. Dor. Sudahlah. Dispass makan besar dengan berita ini."

I Knew You Were TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang