Tiga

5.1K 742 139
                                    

Bel apartemen yang berbunyi heboh lekas membuat Sakura bangun. Dari tidur pulasnya semalaman suntuk, menemukan dirinya terbaring dengan pakaian lengkap dan bersama Serafina yang mengisi kekosongan di sisi ranjangnya.

What the hell? Kemana pria itu?

Tak ubahnya seperti sang kekasih yang gemar menghilang dan datang sesuka hati seperti dedemit, Sakura lantas melompat dari tempat tidur. Membuka pintu kamar setelah menekan sandi dan melihat raut murung Regan Kairo di depan pintu.

"Heh! Kau ini bersemedi atau apa? Lama sekali membuka pintu."

Sakura mendesah. Menutup rapat pintunya dan membiarkan Nyonya Kairo masuk. Menginvasi seluruh ruangan dengan sarapan pagi yang mengunggah selera.

"Aku bawa ayam goreng dan bir. Yuk, cus. Minum-minum sampai mabuk."

Bir memang tidak asing untuk mereka. Terutama manusia-manusia dewasa yang menginjak usia nyaris tiga puluh. Di antara Kairo dan Ino, Ino adalah peminum yang baik semasa mereka kuliah dulu. Disusul Sakura dan Kairo yang benar-benar sok untuk urusan bir.

"Aku tidak bisa. Memikirkan harus nongkrong di kamar mandi selama berjam-jam membuat perutku mual."

Ini alasan klasik yang bagus hanya agar Kairo tidak menyerangnya dengan umpatan karena Sakura mengelak alias menolak ajakan minum. Demi Tuhan! Ini masih pagi. Kalau ibunya tahu, Kairo sudah didorong jatuh dari lantai dua puluh kamarnya berada.

"Really? Ah, kau tidak seru. Mana si bitchy itu harus bekerja. Ajakan minum bir jelas akan dia tolak."

"Dasar dokter bodoh," maki Sakura. "Kau tahu kalau alkohol tidak bagus di pagi hari. Kenapa harus mabuk, sialan!"

"Aku sedang setres!"

Kairo kembali membidik pertanyaan Sakura dengan jawaban menohok. Dia setres. Karena pangkatnya masih dokter umum, bukan dokter spesialis seperti sepupunya yang telah lama memegang jabatan itu sejak bertahun-tahun lalu. Untuk ukuran usia Kairo yang hampir menyentuh kepala tiga, dia terhitung lamban.

Hidung Kairo mengendus sesuatu. Terutama dari sofa mahal yang sedang ia duduki. Saat pria itu mencibir, mengusap pangkal hidungnya dan mengangkat alis. "Siapa yang bertamu sebelum aku, Sakura?"

"Papa."

"Hah?" Kairo tergelak tak percaya. "Papamu? Sejak kapan Papa Kizashi memakai parfum anak muda begini?"

"Kau ini ahli parfum?"

Kairo mendesis. "Sebelum aku berpindah ke pabrik Christian Dior, aku memakai parfum ini sebelumnya. Ini milik satu brand besar Giorgio Armani. Bau kayu dan citrusnya tidak jauh berbeda dari milikku."

Sakura memutar mata. Tak ayal itu membuatnya cemas. "Papa semalam datang. Bersama Mama. Dan duduk di sana."

"Yah, masa kau membiarkan ayahmu duduk di lantai? Dia bukan si burung kecil alis Lei itu. Kalau dia di lantai, aku tidak terkejut. Lagipula satu-satunya sofa hanya ada di sini, ruang baca dan kamarmu."

Sakura lekas bangun. Sebelum Alana, manajernya kembali mengoceh karena dia terlambat datang dan melewatkan omelan penting dari bos agensinya. Membiarkan Alana jadi bahan semprotan pedas mulut bon cabe atasannya.

"Sudah. Aku mau mandi."

"Ikut!"

Sakura melotot. Dan Kairo melipir ke dapur. Punya jam terbang setelah jam makan siang membuatnya menjadi pria paling gabut sejagad!

I Knew You Were TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang