Setelah kejadian itu, Zeyka pergi ke lorong tempat dimana ada satu ruangan yang di penuhi oleh loker, kebetulan Prawita memang menyediakan loker untuk semua murid. Akan tetapi, per-angkatannya terpisah ruangan. Seperti, kelas 11 di ruangan ini, dan kelas 10 dan 12 di ruangan lain.
Zeyka membuka loker menggunakan kuncinya, lalu mengambil kemeja seragam cadangan yang memang sengaja ia simpan di lokernya. Takut ada hal yang harus membuatnya mengganti pakaian, seperti kejadian tak terduga seperti ini misalnya.
"Zeyka!"
Zeyka menoleh, ia melihat Guma yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Kenapa gak hati-hati sih, sampe tinta spidol bisa nempel di baju segala." Katanya, sambil memperhatikan bercak noda hitam yang lumayan banyak di kemeja putih Zeyka.
Zeyka tersenyum, "Gum, gue duluan ya, takutnya keburu bel bunyi," Kakinya sudah akan melangkah melewati Guma yang terdengar menghela nafas berat.
"Itu cuma alesan lo buat bisa ngehindar dari gue kan, Zey" kata Guma. Zeyka sudah akan membuka mulut, tapi Guma terlebih dahulu membuat nya bungkam. "Itu bukan pertanyaan, lo gak perlu jawab, karena Emang selalu itu yang lo lakuin ketika gue ngedeketin lo.. —Emang salah gue apa sih, sampe lo kayaknya jijik banget gue deketin."
Zeyka membisu, bukan seperti itu kenyataannya, bukan ia jijik di dekati Guma, tapi ia hanya menjaga jarak dengan nya, untuk keselamatan nya juga. Tapi, jika Zeyka memberinya pengertian pun, Guma pasti akan salah paham, Zeyka pernah memberinya pengertian, dan memang seperti itu adanya.
"Guma,, tapi ada banyak cewek yang mau sama lo, bahkan dengan rela ngejar-ngejar lo.." Ungkap Zeyka, setelah sejenak berpikir bagaimana kalimat yang baik dalam penyampaiannya.
"Tapi gue mau Lo, Zeyka." Sela Guma, tegas, seperti benar-benar kukuh.
"Kita beda Guma, jelas banget, Lo dikenal banyak orang, semua orang tau sama lo, Guma si mostwanted Prawita. Siapa yang gak tau lo? ... Beda sama gue, cewek yang punya tujuan sekolah, belajar, pulang." Ujar Zeyka.
"Karena itu gue jadi pemikir, dan ragu kalo gue bisa ngimbangin lo, Ngimbangin dunia lo, dengan tujuan gue yang mungkin menurut sebagian orang monoton." Imbuh nya.
Guma mengusap wajahnya, gusar, "Jadi lo gak mau sama gue?"
Zeyka terdiam, Guma memperhatikan.
"Tapi gue mau Lo, Zeyka." Guma mengulang kalimat itu, dengan menatap mata Zeyka lembut, dan dalam.
Guma bereaksi seperti baru mengingat sesuatu, dengan cepat ia merubah posisinya. Menjadi tegap, "Atau gini aja, Gue bisa berubah demi lo.."
[]
"Kenapa kamu baru masuk setelah jam istirahat pertama? —-Baru pertama sekolah kok sudah telat!" Butet, (semua murid memanggilnya seperti itu) padahal namanya bagus,—-Teti Nurul Iman guru sejarah, yang kebetulan tengah mengajar dan Wali kelas 11 IPS 1. Sekarang ia tengah memarahi Arga, karena keterlambatan nya.
"Tadi saya di suruh dulu sama Bapak Kepala sekolah, Bu." Arga beralasan. Padahal kenyataannya, ia pergi ke kantin dulu sebelum nya.
Butet menilik manik Arga dengan sinis, beberapa saat ... Sampai akhirnya, "Ya sudah, perkenalkan dulu diri kamu."
Arga tersenyum jahil, lalu ia berdiri menghadap ke arah teman-teman barunya, senyuman di bibirnya terus mengembang, meski terlihat agak aneh karena terlihat seperti senyum mengejek.
"Assalamu'alaikum... Saya sering di sapa Arga, meski nama panjang saya ARGABILLA PRABESWARA, Tapi ya cukup panggil Arga aja, biar gak kepanjangan.."
Serempak ketika Arga mengucap salam, semua murid membalas dengan ucapan Waalaikumsalam, dan ketika ia memperkenalkan dirinya, semua orang menyorakinya.. membuat Kelas seketika gaduh, terlebih banyak di antaranya murid perempuan yang langsung berbisik bisik membincangkan nya.
Berbeda dengan Zeyka yang menatapnya garang, di sisi nya, Bil tengah tak henti hentinya memuja Arga. "Astaga, sumpah ganteng banget, Zey.. Gilak kali yak," puji nya, sampai beberapa kali ia menyebut astagfirullah.. karena saking senang nya ia melihat Cogan yang tengah berdiri di depan kelas nya.
"Gak bakal bosen nih kelas sekarang, orang cogan nya nambah satu.." Kata Bil.
"Muka tengil gitu lo bilang ganteng," cibir Zeyka. Ia masih kesal pada cowok itu, karena dia, Zeyka harus mengganti kemeja nya, lalu harus berurusan dengan Guma.
"Zey! Astagaa... Gue ragu ya, kalo mata lo itu normal!!" pekik Bil, membuat Zeyka harus menutup kedua telinganya, karena suara Bil yang nyaring dan masuk semuanya ke telinga Zeyka.
Kembali lagi pada Arga, yang kini tengah benar benar tersenyum, matanya menangkap gurat Masam Zeyka, dalam hati ia bertekad untuk berkenalan dengan cewek itu. Karena ada sedikit perasaan penasaran, karena Hanya Zeyka yang terlihat tidak senang, disaat semua orang tengah seperti memuja nya.
"Cukup, Arga. Silahkan duduk kembali!" Kata Butet. "Gara gara kamu, jam saya terpotong beberapa menit!" lanjutnya, kesal.
"Ya hiburan kali kali perlu, Bu. Inget masa lalu terus itu yang bikin gagal move on." Jawab nya, becanda.
Seketika semua orang tertawa, terkecuali Zeyka yang malah merasa gemas karena ucapan Arga bisa di bilang kurang sopan, meskipun nada nya bercanda.
[]
Sudah beberapa menit yang lalu bel berbunyi, akan tetapi Zeyka masih sibuk menyapu lantai kelas sendirian, tidak ada yang membantunya. Karena begitulah teman-temannya, mereka sangat anti untuk membersihkan kelas, padahal kelas bersih juga membuat mereka nyaman belajar.
"Rajin bener... kelas sepi masih di huni, gak takut ada yang nemenin? Mana sendiri lagi." Ocehan itu tak lantas membuat Zeyka mengalihkan perhatiannya. Ia tahu, tidak mungkin ada hantu di jam yang masih terbilang cerah ini. Lagian, kalaupun ada Zeyka tidak takut, malah ia akan berniat untuk mengajaknya berfoto—yash, karena bagi Zeyka hantu itu tidak ada.
"Hallow!! Disini ada orang loh yaa.." Ujar nya, agak berteriak.
"Berisik!" Tegur Zeyka, hanya itu.
"Kenalin, gue Arga." Cowok itu masuk kedalam kelas, mendekati Zeyka yang masih sibuk menyapu, dan mengabaikan keberadaan Arga.
Merasa dihiraukan Arga kian mengganggu Zeyka, ia menghadang langkah Zeyka yang tengah menyapu sampah dengan mengikuti arah Zeyka, jika Zeyka ke kanan, maka Arga menghadang nya, begitupun sebaliknya jika Zeyka berjalan ke kiri.
"Gue manusia loh, bukan hantu.." Ucap Arga.
Zeyka menatapnya jengah, "Terus?"
"Ya nyaut kek, kan gue ngomong sama elo bukan patung Pancoran, hehe." Balas Arga, cengengesan.
"Gue tau lo, jadi tolong minggir ya, supaya gue bisa cepet pulang" Kata Zeyka, sambil memintanya untuk menyingkir dari hadapannya.
Arga membuat raut kaget yang di buat-buat. "Oh yaa?!? Gue kira lo gak tau, karena pas gue perkenalan di depan, lo gak minyak." Ucapnya, dengan candaan kata yang ia pleset kan di akhir kalimat nya.
"Lo pikir gue budek?" Tanya Zeyka, ketus. "Meskipun gue gak lihat lo, tapi kuping gue masih berfungsi, meski buat denger ocehan lo yang gak bermutu pun." Lanjut Zeyka. Entah kenapa Arga menjadi senang ketika melihat raut zeyka yang seperti ini, ketus, tidak bersahabat. Tapii.. Gemesin! Dan entah kenapa juga, Zeyka jika berurusan dengan Arga rasanya ia selalu ingin meluapkan emosi nya.
"Gak ada niatan buat minta Fotbar, Gitu? Gue selebgram loh..." Arga masih memancing reaksi Zeyka yang terkadang membuatnya gemas sendiri.
"Gak ada niatan buat minta bogem? Gue anak Karate loh!" Zeyka menirukan logat bicara Arga, ia benar benar dengan ucapannya, sekali lagi Arga mengoceh, ia tak segan segan untuk menawarkan bogem geratis untuk Arga.
Arga tertawa ngakak, baru kali ini ia mendapati cewek seperti Zeyka. Biasanya cewek-cewek akan langsung tergugah jika Arga goda, malah lebih ada yang seperti pensil Inul, di colek dikit langsung letoy.
"Lo beda, Zey."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARUNA
Teen Fiction"Mengenalmu adalah takdir, berteman dengan mu adalah pilihan, dan mencintaimu itu di luar kendali, Zey." Tapi Ar, sekarang aku menyanggah, cinta memang tidak bisa di prediksi, tapi bukankah kita seharusnya hati hati dalam menaruh hati. Sekarang, ka...