don't judge the book by a cover, don't judge humans by their looks.—-Argabilla.
[]
Arga menatap punggung kecil yang di balut dengan hoodie berwarna Army, Rambut yang tergerai bebas membuat mata Arga tak bisa lepas meski dalam satu kedip saja dari pemandangan ini.
Posisi Arga berganti, menjadi berhadapan dengan gadis itu, punggungnya menyender pada Rak yang di penuhi banyak buku.
"Apa serunya baca novel sih? Padahal lo disuruh berimajinasi gak jelas, bikin pusing. Mending langsung nonton aja tau gak, lo udah dikasih langsung visual nya tanpa harus lo susah payah bayang bayangin." Arga mulai memancing pembicaraan, ia bosan sendiri ketika dirinya dicuekin, dan orang yang menjadi objeknya malah sibuk dengan buku yang sedang ia pilih.
Mata zeyka berpaling dari buku yang tengah ia baca sinopsisnya. "Terus, gue harus banget sependapat sama lo? Setiap orang punya pilihan kali." Balas Zeyka yang sebenarnya kurang nyambung. Begini memang, Ketika Zeyka sudah fokus pada sesuatu, pikirannya akan tidak sinkron.
Arga memutar bola mata malas, tujuan awal dirinya membawa Zeyka keluar padahal ingin senang-senang. Tapi bukan nya senang-senang malah ia jadi kacang antara Zeyka dan dunia novel nya.
Sudah terhitung 30 menit Arga menemani Zeyka memilah novel, tapi Arga belum lihat satu pun yang Fiks dipilih Zeyka. "Sebenernya ni anak mau novel apa sih?!?" Arga bergelut sendiri dengan pikirannya.
Arga iseng, ia pun melihat buku di rak lain.. ketika ia mendapatkan satu buku yang berjudul—-Saatnya aku belajar pacaran. Ia tersenyum lebar, lalu mencari Zeyka yang masih tidak bosan memilih buku. Lalu tangan besar Arga yang memegang buku yang ia pilih tadi ia julurkan tepat di atas Rak yang tengah ditempati Zeyka untuk memilih Novelnya.
Zeyka berjinjit, dan membaca judul buku yang Arga sodorkan, lalu pandangannya berpaling menatap Arga yang tengah menatap Zeyka dengan cengiran lebarnya. "Gak waras lo." Ucap Zeyka pada Arga yang langsung cemberut.
Arga pergi meninggalkan Zeyka, biarlah gadis itu memilih sendiri keinginannya.
"Arga! Lo mau Kemana?!?"
Arga tidak dapat menahan senyumnya, sungguh apakah itu Zeyka? Apa gadis itu sudah mengingat namanya? Oh hell shit ya!! Tanpa menunggu lama Arga lantas berbalik, menatap Zeyka dengan cemberut yang ia buat-buat.
"Makan,Zey.. Gue bisa jadi busung lapar kalo nungguin lo pilih Novel yang gak ada titik terang nya." Arga keki sendiri melihat novel yang ada di tangan Zeyka.
"Tunggu elah, gue mau bayar ini." Ucap Zeyka, sambil merogoh saku hotpans warna brokenwhite nya. Kebiasaan Zeyka memang jika bepergian ia tidak suka membawa dompet, alhasil uangnya ia taruh disaku yang ada, baik di baju, maupun celana. Tidak seperti kebanyakan anak perempuan yang senang membawa tas, slingbag atau ransel kecil gitu.. Alasannya hanya satu, Ribet.
Arga memandangi kembali penampilan Zeyka yang membelakanginya, keduanya sudah berada di kasir karena Zeyka sudah fiks memilih novel yang sudah menjerat hati nya.
Zeyka mengenakan pakaian kelewat santai, Hotpans warna broken white, Hoddie Army—-yang agak kedodoran menurut Arga. Serta sepatu Convers berwarna putih dengan tinggi menutupi mata kaki. Lucu. Kesan yang terlintas di benak Arga.
Tapi ia agak gerah sendiri ketika melihat kaki jenjang Zeyka yang terekspose bebas.
"Udah, yuk!" Arga tersadar dari lamunannya, lalu langkahnya mengikuti Zeyka yang berjalan entah akan Kemana.
Setelah melihat pintu keluar Mall, Arga menarik tangan Zeyka. "Apa?" Tanya Zeyka.
"Kan gue laper Zey, makan dulu kek, pengertian dikit gitu sama gue.. Lima menit lagi aja nih perut gak dikasih makan, udah deh, gue jamin jadi busung lapar gue.." Arga memasang wajah yang meminta dikasihani.
"Gue tau tempat makan paling enak, tadinya gue mau ajak lo kesana.. Tapi kalo lo udah laper banget, Yaudah lo makan aja di KFC," Zeyka mengedarkan pandangannya, lalu jatuh di tempat makan yang ia sarankan, "Tuh, deket kan." Katanya, sambil menunjuk tempat itu.
Arga berpikir lagi, kalo sekarang ia makan lalu pulang, tidak ada kesempatan lagi untuknya berduaan dengan Zeyka. Oh No!! "Gue bukan anak piyik yang girang kalo diajakin ke KFC.. Yaudah yok! Kita ke tempat yang lo maksud."
Arga refleks mengamit lengan Zeyka, yang dua detik kemudian dihadiahi pelototan cantik dari Zeyka. "Gausah pegang-pegang! Gue bukan anak piyik yang bakal ilang kalo Lo gak pegangin!" Omel Zeyka.
[]
Arga melirik kesana kemari, lalu melirik Zeyka yang terlihat senang ketika meminta air minum pada penjualnya. Arga duga mungkin Zeyka sudah sering kesini, sampai ia terlihat akrab dengan penjualnya.
"Lo mau Pake lele, atau Pake ayam?" Tanya Zeyka pada Arga yang masih tidak menduga. "Kalo kata gue sih mending ayam, disini enak loh, apalagi Sambel nya." Timpal Zeyka, menyarankan.
"Samain aja, Zey." Zeyka menangguk dan kembali lagi pada si penjualnya, Arga melihat Zeyka tersenyum malu malu, mungkin penjualnya tengah menggoda Zeyka.. eitss—jangan salah paham, orang penjualnya bibi bibi kok.
Zeyka kemudian duduk di hadapan Arga, "Kenapa? Kayaknya lo aneh banget gue bawa kesini, gak biasa ya?" tanya Zeyka setelah duduk kembali di kursinya.
Arga menopang dagu, lalu menatap Zeyka dengan pandangan yang sulit di artikan. "Kenapa sih? Ketika cewek lain seneng gue Ajakin makan di restoran, lo malah Ajakin gue ke Pecel lele, lo meragukan isi dompet gue?" Ucap Arga dengan nada menggoda, sebenarnya ia benar benar kagum pada Zeyka.Karena disaat kebanyakan cewek senang diajak ke restoran mahal, Zeyka malah mengajaknya ke tempat makan yang ada dipinggir jalan raya. Arga tidak ada pikiran jika Zeyka akan semenarik ini, yang Arga lihat dari pertama bertemu juga Zeyka itu seperti anak yang jual mahal, dan mungkin gengsinya juga akan tinggi.. Tapi siapa yang tau?
"Gue bukan termasuk ke cewek cewek lo, lagian makanan di sini tuh enak, bikin kenyang lagi, kelebihan nya pun kenyang di perut, enak di dompet juga.." Arga tertawa mendengarnya.
Zeyka ini benar benar beda.
Zeyka pun tanpa sadar ia tertawa karena melihat Arga yang tertawa.. "Sesederhana itu bikin lo banyak ngomong, sama ketawa gini ya?" tanya Arga tiba tiba.
Zeyka mengulum senyum, malu malu.
"Oh ya Zey, ada yang mau lo ceritain gak? Kayaknya tadi pagi mood lo pas balik dari mana sih? Kok bisa langsung beda gitu? Kepo gue, Cerita dong.." Ujar Arga, mencoba mencairkan suasana. Ia tidak mau yaaa, setelah ketawa ketawa suasana jadi langsung Awkward!
"Apaan si, mood gue ancur juga gegara lo, Ar.."
Arga memasang kedua tangannya tepat di daun telinga miliknya, lalu bibirnya dibuat mencebik. "Sorry.." ucapnya, tapi tiba tiba tubuhnya kembali tegap, "Lah, lo kan gak tau Kalo sorry itu sebagian dari ungkapan maaf juga," Katanya, heran sendiri.
"Jadi bukan gitu dong cara minta maaf nya," Ulangnya, entah pada siapa ia berbicara, karena dia yang bertanya dirinya pula yang menjawab. Dan Zeyka yang memperhatikan itupun malah terkekeh geli.
"Yaudah, Gini.. Gini..." katanya, sambil menyatukan kedua tangannya. "Gimana?" Sela Zeyka.
Tubuh Arga membungkuk sedikit, seraya Bilang "Mohon Maaaff, baginda Ratu..." ucapnya, yang sukses membuat Zeyka tertawa.
"Garing lo!" Cibir Zeyka disela-sela tawa nya.
"Gapapa, yang penting bisa buat lo ketawa gini."
Arga memandang Zeyka lagi dengan pandangan yang sulit di artikan, "Gue kira lo sombong Zey, karena pertemuan pertama kita lo udah marah marah aja. Ternyata enggak ya, lo punya sisi lain, yang gue duga, pasti cuma orang orang terdekat lo aja yang bisa liat sisi itu." Ucap Arga, masih dengan kekaguman nya, pada Zeyka.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARUNA
Teen Fiction"Mengenalmu adalah takdir, berteman dengan mu adalah pilihan, dan mencintaimu itu di luar kendali, Zey." Tapi Ar, sekarang aku menyanggah, cinta memang tidak bisa di prediksi, tapi bukankah kita seharusnya hati hati dalam menaruh hati. Sekarang, ka...