Dua hari setelah Arga meminta Zeyka untuk menjadi temannya, Arga menjadi semakin dekat dengan Zeyka. Terlihat ketika Arga menjahili Zeyka, lalu Zeyka merajuk, dan Arga meminta maaf dengan tertawa dahulu sebelumnya.
Bil juga sudah tahu akan hal itu, karena Zeyka bercerita padanya. Dan memang Bil liat sendiri kelakuan Arga yang memang selalu membuntuti dirinya dan Zeyka. Awalnya ia senang karena wajah Arga yang Good loking membuat matanya diberi energi Positif dengan adanya asupan Cogan. Tapi semakin kesini, ia juga jengkel sendiri karena ulah Arga yang sering tebar pesona, selain itu tingkah Arga yang senang membuat Zeyka kesal sampai Bil juga yang harus merelai keduanya Fyuhh.. membuat Bil harus mengeluarkan tenaga saja.
Seperti saat ini, Bil sudah lelah meneriaki keduanya untuk diam.
"Udah dong, Stop!!"
Zeyka masih berlari mengejar Arga yang dengan usil mengambil satu sepatu miliknya. Arga lari terbirit guna menghindari Zeyka yang masih mengejarnya memutari ruangan kelas.
"Balikin Gak lo!" Zeyka menghadang langkah Arga, sementara Arga mengejeknya dengan berucap "Gak mauu... wleee.. ambil aja sendiri, nih" Arga menjulurkan lidahnya, meledek Zeyka. Lalu, ia mengangkat tangannya yang memegang sepatu Zeyka dengan tinggi tinggi.
"BALIKIN DONG KAMPANG!!" teriak Zeyka dengan mencoba meraih sepatunya dari tangan Arga.
"Nama gue tuh Arga, bukan kampang! Enak aja lo manggil gue seenak udel," Arga menenyor kepala Zeyka dengan tangannya yang lain.
Zeyka mendengus sebal, ia menatap Arga dengan tatapan galak dan tajam, membuat Tubuh Arga seketika merinding.
"Gue tuh udah baik mau jadi temen lo! Tapi lo usilin terus! Lo tuh maunya apa sih! Lo punya masalah apa sama gue!" Zeyka berteriak tepat di depan wajah Arga. Ia sudah benar benar kesal dibuatnya.
Bil yang melihat situasi sudah tidak kondusif lantas mendekati keduanya, "Ga, udalah kasih, lagian lo usil banget dah." Tegur, Bil.
Arga menggaruk belakang telinganya, "Ya maaf, gue kan becanda niatnya." Ia memberikan sepatu milik Zeyka, lalu dengan cepat Zeyka merebutnya dan memakainya. Setelah itu ia meninggalkan Arga sama Bil dengan perasaan Dongkol.
[]
"Zeyka!"
Zeyka menoleh, matanya menangkap Guma yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Ia menghela nafas panjang tadi Arga, sekarang Guma. Kuatin mulut gue supaya gak mengeluarkan ungkapan yang Nyebelin Ya Tuhan. Batin Zeyka.
"Eh, elo Gum.." Sapa Zeyka. Tanpa Permisi Guma sudah duduk disamping Zeyka.
"Tumben sendiri, Si Nabilya Kemana?"
Zeyka membuat senyum yang dipaksakan, "Emang harus ya, Kemana gue pergi dia selalu ikut?" Guma menggeleng sambil tersenyum simpul.
"Lo ngapain disini? Bukannya masih jam KBM." Zeyka terdiam, ia mencari alasan, tapi juga untuk apa, memang ia ingin ke tempat ini karena ia ingin menenangkan dirinya.
Ya, jadi setelah kejadian Zeyka ngambek pada Arga dan keluar dari kelas, Zeyka memilih pergi ke lapangan basket yang ada di belakang sekolah untuk menghalau kekesalannya. Ia memilih tempat ini, karena memang jarang sekali orang yang datang ke lapangan ini, karena lapangan ini jarang sekali digunakan, palingan juga ketika ada Tournament antar sekolah lain.
Kalau Hanya latihan biasa, anggota basket akan menggunakan lapangan utama, yang berada didepan sekolah.
"Lo sendiri ngapain kesini? Katanya mau berubah." Bukannya menjawab, Zeyka malah bertanya balik pada Guma yang juga mencari alasan ia kemari.
"Ternyata berubah gak segampang yang di ucapin ya, Zey. Ada,,, aja gangguan nya."
Zeyka malah menyeringai mendengarnya, "Karena Alasan lo berubah bukan buat diri lo sendiri"
Guma terdiam. Pikirannya melayang pada ucapan teman temannya yang bilang jika Zeyka tidak mau padanya karena Guma yang banyak dilihat orang, dan Zeyka tidak suka berbagi.
Lama mereka terdiam, hanya angin yang mendominasi diantara keduanya.
Guma tiba-tiba meraih tangan Zeyka yang terbebas diatas pahanya. Zeyka tersentak, tapi setelah itu biasa lagi. Karena Guma hanya mengambil Scrunchy milik Zeyka yang berwarna cokelat lucu di pergelangan tangan gadis itu.
"Sini Gum, Balikin." Pinta Zeyka.
"Kenapa harus Dibalikin?"
"Ya kan itu punya gue..." Balas Zeyka.
"Jadi lo gak mau berbagi gitu? Ngasih pinjem doang juga gak mau?" Kata Guma, sambil memakaikan scrunchy itu di pergelangan tangannya, ada maksud lain dalam ucapan Guma, yang hanya cowok itu yang tau.
"Iya, karena gue orangnya gak suka berbagi, apalagi sesuatu yang udah jadi milik gue! Jadi sini, balikin." Desak Zeyka.
Guma tersenyum mendengarnya. Lalu ia menyuruh Zeyka untuk membelakangi dirinya. "Ngadep belakang dulu, nanti gue Balikin, serius deh." Katanya, sambil mengacungkan dua jari membentuk 'V.
Zeyka menurut saja, toh ia juga ingin cepat balik lagi ke kelasnya, karena sudah waktunya pulang, dan bel akan berbunyi beberapa menit lagi.
Guma mengambil helaian demi helaian rambut milik Zeyka, lalu dengan gemulai tangannya mengikat rambut Zeyka menjadi satu dengan menggunakan Scrunchy milik gadis itu. Guma menyisakan beberapa helai agar terjuntai bebas di sisi kanan dan kirinya.
"Madep sini, Zey." Zeyka menoleh dan langsung membuat Guma merasa puas dengan hasil tangannya.
"Lo tambah cantik kalo di ikat begini rambutnya." Guma berucap dengan tulus.
"Bisa aja lo,"
Guma melihat semburat garis merah di pipi Zeyka ketika ia bilang Cantik. "Zey, gue mau jadi salah satu, dari sesuatu yang lo gak mau bagi ke orang lain. Karena lo mengklaim sesuatu itu milik lo."
[]
"Zeyka Maafin gue..." Arga terus mengejar Zeyka yang dengan sengaja berjalan dengan cepat.
"Zey ih! Gue lagi minta maap Elah... Maafin gue, Zey..."
"Gue jajanin Eskrim deh, biar lo Maafin gue."
Zeyka menghentikan langkahnya, lalu ia menoleh pada Arga yang langsung mengunjukan rentetan giginya yang rapih.
"Tuh kan, cewek mah gitu, dibujuk sama eskrim aja mood nya langsung ambyar." Gumam Arga.
"Gue bukan cewek menye-menye ya! Gue gak bakal terima maaf lo, apalagi sogokan lo kalo cuma eskrim.. lo pikir gue gak kesel sama tingkah lo yang sering gangguin gue belakangan ini?!?" Zeyka meluapkan emosi nya. Ia heran, kenapa Arga betah sekali dengan sikap Zeyka yang sering mengomel.
Arga mensejajarkan tubuhnya. "Yaudah, lo mau Kemana? Gue temenin."
"Gramedia." Ketus Zeyka.
"Satu buku buat nerima maaf gue ya?" Arga menaikan kedua alisnya, menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Zeyka.
"Hm." Zeyka berlalu mendahului Arga yang tengah dengan senyum sendiri, seperti orang gila.
Setelah itu keduanya pergi meninggalkan sekolah, Arga membuat janji untuk menebus kesalahannya dengan mengantar Zeyka ke toko buku nanti malam. Lagian, jarak dari rumah ke Mall yang ada di wilayah Tasik tidaklah jauh. Hanya beberapa Km saja.
Nanti gue telpon, lo harus udah siap. Arga mengirim pesan itu lewat aplikasi WhatsApp, dan hanya di lihat oleh Zeyka. Karena simbol 2 garis biru yang terpampang di layar ponsel nya.
Jam 7 malem ya, Solat dulu. Arga mengirim satu pesan lagi. Dan hanya dibaca lagi.
*Dan semenjak itu, tepat pada pukul 7 malam Zeyka selalu menerima panggilan yang terkadang membuatnya merasa senang, meski dengan perbincangan kecil lewat media ponsel..
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
PRARUNA
Teen Fiction"Mengenalmu adalah takdir, berteman dengan mu adalah pilihan, dan mencintaimu itu di luar kendali, Zey." Tapi Ar, sekarang aku menyanggah, cinta memang tidak bisa di prediksi, tapi bukankah kita seharusnya hati hati dalam menaruh hati. Sekarang, ka...