Part 16

1K 72 0
                                    

Di sinilah aku sekarang, menatap langit malam di atap balkon rumah Vita. Ya, bentuk rumah Vita memang unik. Ayahnya merancang lantai atas sebagai ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk menjemur pakaian dan terhubung langsung ke atap rumahnya. Aku pun sudah beberapa kali ke bagian rumah ini saat menemani Vita menjemur pakaian.

Kebetulan besok sudah hari Sabtu, yang artinya sekolah libur sampai 2 hari ke depan. Setelah tadi siang aku memperingati Bian dengan serius untuk tidak lagi memainkan drama seolah Vita yang mengejarnya dan berujung membuat gebetan dan mantan-mantan si brengsek itu geram dan meneror Vita, akhirnya aku memutuskan untuk mengantar Vita pulang dan meminta izin pada mamaku untuk menginap di rumah Vita.

Aku menatap sekilas ke arah Vita yang juga sedang merebahkan badannya di atap ini. Mata sembabnya masih terlihat meski kini tangisnya sudah berhasil aku reda. Ku genggam hangat tangan Vita di sampingku. Kami sama-sama diam, tak ada suara sedikitpun di antara kami. Masing-masing dari kami terlalu menjadi pengecut untuk menjelaskan maunya hati kami. Ya, mungkin diam seperti ini akan lebih baik, akan membuat kami lebih lama bersama. Kini aku berusaha menerima semuanya, aku paham Vita terlalu takut untuk mengakui perasaannya padaku, takut akan mengacaukan semuanya....

Udara malam makin dingin, akhirnya aku mengajak Vita untuk kembali ke kamar.

"Ta, masuk yuk, nanti kamu masuk angin"

Sesampainya di kamar, ku selimuti badan Vita yang terasa kedinginan karena udara malam di atas atap tadi. Sedetik kemudian Vita menarikku dan memelukku erat.

"Jangan tinggalin aku" pintanya dengan suara yang masih parau.

"Iya, aku ga akan tinggalin kamu Ta. Aku janji. Sekarang istirahat ya"

Ku kecup keningnya cukup lama. Meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ku usap-usap kepalanya sampai Ia tertidur. Akhirnya aku pun ikut tertidur lelap dengan ditemani hembusan nafas halus Vita yang sedang tertidur pulas di sampingku.

****************

Pagi ini aku dihujani kecupan-kecupan hangat dari Vita di seluruh wajahku. Begitulah cara Vita membangunkanku saat ini.

"Pagi Aii" seraya tersenyum manis di depan mataku.

"Pagi kesayangan aku" balasku dengan mengecup pipinya lembut

"Jam berapa sih?" Tanyaku karena masih sedikit mengantuk

"Jam 6"

"Lah masih pagi kok udah bangunin aku?" Protesku padanya seraya membalik badan dan membungkus kembali badanku dengan selimut.

"Ishh jangan tidur lagi Aii, ayok anter aku ke pasar, aku mau masak" ucapnya

"5 menit ya..." ucapku meminta waktu tidur sedikit lagi

"Ih kamu kebiasaan dari dulu ngomongnya 5 menit entar ujungnya sejam deh baru bangun lagi" protes Vita

"Hmm" jawabku

Aaaaaakkkkkkkk... teriakku kesakitan saat Vita menggigit lenganku.

"Iya iya ini bangun, emang aku roti apa digigit begitu" gerutuku sambil mengusap lenganku yang kesakitan digigit Vita.

"Hehe.. abisnya kamu gemesin sih" candanya sambil tersenyum centil padaku.

"Buruan sana cuci muka, aku tunggu di depan"

"Iya iyaa, boskuu"

Aku tersenyum bahagia pagi ini. Vita-ku yang periang sudah kembali. Begitu tersiksanya aku saat kemarin seharian melihat wajah murungnya. Apalagi sudah beberapa lama ini aku juga sudah tidak menginap di rumahnya karena kesibukanku dengan Zahra. Aku pun belum sempat berniat untuk menghubungi Zahra lagi saat ini. Aku tidak ingin menyakiti Vita kembali. Apalagi ini sudah mendekati Ujian Nasional, aku tau persis Vita mudah terganggu konsentrasi belajarnya kalau sedang ada masalah hati. Aku pun yang sudah diminta oleh orang tuanya Vita merasa ikut bertanggung jawab atas hasil UN nya nanti, agar kami bisa lulus dengan hasil baik dan melanjutkan ke perguruan tinggi bersama.

Kala Biru Menggoda (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang