Part 22

977 76 8
                                    

Pagi ini, badanku terasa sedikit pegal karena semalaman tidur di bawah dengan hanya beralaskan selimut, begitu pun Zahra. Dan aku merasa Zahra pun masih mengantuk karena mungkin semalam tidurnya tidak nyenyak. Aku merasa sedikit canggung padanya saat semalam aku yang tidak sengaja memeluknya karena kebiasaan tidurku yang memeluk guling. Entah sudah berapa lama aku memeluknya, aku baru tersadar saat merasakan sesuatu yang ku peluk itu bergerak.

"Eh maaf, kebiasaan meluk guling soalnya"

"Eh iya gapapa, aku.. ga biasa dipeluk soalnya, berasa geli pinggang aku kalo dipeluk"

"Lah kok gitu? Kasian amat suami kamu nanti yah hahaha" candaku padanya.

"Iya juga ya hehe"

Dan kami pun akhirnya melanjutkan tidur kami dengan posisi aku membelakanginya agar tidak memeluknya kembali.

"Za, aku mandi duluan ya biar seger" ucapku padanya yang saat ini sudah berpindah posisi tidur ke kasur atas.

"Oh yaudah kalo gitu, aku tiduran bentar ya, ngantuk" izinnya padaku.

Selesai mandi, aku lihat Zahra masih tertidur lelap di atas kasur. Aku ikutan tidur di sampingnya untuk meregangkan ototku yang agak kaku. Ku perhatikan wajah Zahra yang saat ini sedang tertidur pulas. Hidungnya yang mancung, bibir bawahnya yang sedikit tebal, bulu matanya yang panjang, alis matanya yang rapih, sempurna sekali ciptaan Tuhan yang satu ini. Entah keberanian darimana, tanganku tergerak untuk membelai rambutnya, mengantarkan tidurnya semakin lelap.

Selang satu jam kemudian, Zahra terbangun dan meminta maaf kepadaku karena ketiduran dan selanjutnya izin untuk mandi. Sambil menunggunya mandi, ku perhatikan seisi kamar Zahra yang banyak berisi buku-buku mulai dari buku ilmiah hingga fiksi. Pantas saja wawasannya luas, ternyata Zahra hobi membaca buku.

Sebelum mandi tadi, Zahra juga meminjamkan laptopnya untukku mainkan agar tidak bosan katanya karna selepas mandi nanti, ia mau siapkan sarapan untuk kami. Setelah beberapa saat aku mainkan laptopnya, aku tertarik dengan salah satu file berjudul "orang terbaikku" yang belum ditutupnya. Aku penasaran dan akhirnya membuka file tersebut. Aku sedikit terkejut saat ternyata aku termasuk dalam daftar orang terbaik dalam hidupnya. Aku ada di urutan ketiga setelah Ayahnya dan Ka Fatih. Namun, Ka Fatih dituliskan sebagai kakak terbaik untuknya, sedangkan aku ditulis sebagai seseorang yang penuh perhatian dan penyayang. Aku sedikit terpaku untuk mencerna arti tulisannya tersebut. Namun, langsung buru-buru ku tutup file nya takut ketahuan Zahra. Bagaimanapun, tindakanku barusan termasuk tidak sopan bukan? Tak lama kemudian aku melihat Zahra kembali ke kamar dengan membawa nampan berisi makanan untuk kami sarapan.

"Loh, kok dibawa ke kamar sarapannya?"

"Di sini aja ya sarapannya sambil ngobrol" katanya.

"Oh gapapa? Aku mah bebas aja hehe" ucapku pada Zahra.

Kami menikmati sarapan bersama di kamar Zahra dengan banyak obrolan tentangnya. Zahra bercerita padaku kalau Ia ingin sekali punya kakak laki-laki, itu kenapa Ia sangat dekat dengan Kak Fatih. Dia pun sempat bercerita bahwa Ia tidak terlalu akrab dengan Ibunya karena Ibunya agak sedikit bersikap keras padanya. Beda sekali dengan Ayahnya yang bersikap lembut. Terlihat wajah sedih saat Ia menceritakan sikap Ibunya padanya. Namun, aku menguatkannya dengan memberikan masukan mungkin saja karena Zahra anak tertua dari dua saudara perempuan lainnya, maka Ibunya ingin Zahra menjadi seorang kakak yang baik.

Hari sudah semakin siang, akhirnya aku pamit pulang padanya dan juga pada Ibunya.

"Kok buru-buru sih? Minggu depan ke sini lagi ya.. Ibu rencana mau buka salon rumahan, nanti kamu mau creambath atau potong rambut, Ibu kasih gratis deh" ucap Ibunya ramah padaku.

Kala Biru Menggoda (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang