17

89 12 2
                                    


Ai's pov

Hari ini lagi ada pelajaran sejarah yang dimana kita sekelas disuruh mencatat semua penjelasan yang disampain sama guru kita hari ini. Semua temen-temen gue keliatan fokus banget mendengarkan orang yang lagi menerangkan materi di depan, kecuali gue. Semenjak Haruto balik lagi ke Jepang, gue jadi sering gak fokus setiap ngelakuin sesuatu. Terlalu sering kepikiran tentang dia.

Guru gue tiba-tiba meneriakan nama gue kencang sambil menyuruh gue untuk membawa catatan gue kehadapannya. Dia sadar kalo gue ngelamun selama dia nerangin pelajaran tadi. Gue dengan malu bangkit lalu menyerahkan buku tulis gue yang kosong itu. Dia segera menyuruh gue untuk lari keliling lapangan sendiri karena yaa memang hanya gue yang tidak memperhatikan saat itu.

Dengan menghela napas panjang, gue langsung berjalan keluar kelas menuju lapangan. Lapangan hari ini sepi, bagus saja jadi tidak ada yang akan melihat gue disini. Tapi udara hari ini terik banget, emang gue lagi gak beruntung banget hari ini.

Udah 10 puteran gue mengelilingi lapangan yang bisa dibilang luas ini, gue menunduk dengan napas terengah-engah. Kedua tangan gue mencengkram kedua lutut gue. Capek banget yaampun, ini cuma gara-gara gue kepikiran Haruto sebentar aja, dihukumnya sampe setengah mati.

Dengan posisi gue yang masih membungkuk dengan napas yang terengah-engah, tiba-tiba ada yang menyodorkan sebotol air putih persis di depan wajah gue. Gue yang bingung langsung bangkit perlahan melihat seseorang di hadapan gue.

"nih minum, nanti malah pingsan lagi"

Wajahnya datar dan dia sama sekali tidak memandang kearah gue, sikapnya dingin sekali. Mata gue beralih kearah name tag dia, Choi Soo Bin. Kayaknya bukan orang jepang, dari nama dan wajahnya dia lebih ketara seperti orang Korea.

"Makasih"

Gue meraih botol itu, lalu meminumnya dengan cepat. Dia hanya memperhatikan gue dengan wajah datarnya. Tanpa basa basi, dia langsung pergi dari hadapan gue. Awalnya gue ingin memanggilnya lagi, tapi yaa untuk apa juga.

"Ai!"

Dari lantai dua, guru sejarah gue ternyata memperhatikan gue sendari tadi. "Kok malah istirahat? Cepet lari lagi!"

Gue mendecak sambil menaruh botol minum pemberian si cowok datar tadi, kemudian gue melanjutkan berlari untuk yang kesebelas kalinya.


Arisa's pov

Oke mulai sekarang gue harus fokus ekskul lagi, gimana pun caranya.

Gue menggeser pintu kelas musik, disana udah ada Ai dengan gitarnya. "Hei, Ai!" Yang dipanggil kemudian tersenyum, lalu mendekat kearah gue.

"Ayo langsung mulai aja" serunya, gue pun mengiyakan sambil berjalan menuju piano di deket gue.

Kita berencana menghabiskan waktu sejam untuk ekskul hari ini, tapi baru aja setengah jam berlalu, Ai agak merusak permainan kita hari ini. Dia sepertinya lagi sering melamun dan memikirkan sesuatu. Gue kemudian menghentikan permainan gue, dia yang menyadari gue berhenti bermain langsung menaruh tatapan bingung.

"Ayo Ris, kok malah berhenti?" tanyanya.

Gue menghela napas, kayaknya gak mungkin juga gue nyuruh Ai cerita sekarang kan, kalo ada masalah apa-apa dia pasti bakal cerita ke gue, apapun itu. Gue kemudian memutuskan untuk membiarkan Ai sendiri dulu hari ini. Gue bangkit dan mengangkat tas ransel kecil gue.

"Eh Ris, kok udahan sih?" tanyanya semakin bingung.

Gue yang sudah berdiri di ambang pintu kemudian menoleh kearahnya. "Ai, entah lu lagi kenapa, tapi lu selesain dulu masalah lu kalo emang ada. Gue duluan ya"

Ai hanya terdiam, dia sama sekali tidak mencegat gue untuk tetap disana. Sepertinya dia benar-benar lagi memikirkan sesuatu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

always (disarm 2) | treasure 13Where stories live. Discover now