5

77 10 6
                                    


Ai's pov

Huft pagi ini, gue harus nahan ngantuk gue karena mata gue sembap banget sekarang. Mata gue berat dan tadi malem gue baru bisa tidur jam 12 malem. Dan parahnya lagi, pagi ini pelajaran sejarah yang bener-bener bikin muak.

Gurunya udah tua, bikin gue makin gak enak buat nampakin muka ngantuk gue.

Gue berusaha mencatat semua ucapannya yang hampir 90% beda banget sama yang ada di buku.

Huft.. Apa gak ada yang bikin gue semangat apa?

Drrtt...

Handphone yang gue taruh di kantung kemeja gue bergetar. Gue melihat sekilas ke guru gue, kemudian berdiri.

"Pak, saya izin ke kamar mandi"

Beliau cuma mengangguk. Gue segera berjalan cepat menuju toilet.

Gue mengeluarkan hp gue, nomor yang gak gue kenal. Siapa ya kira-kira? Gak pernah ada yang nelpon gue jam segini.

"Halo?—"

"Hai Ai!" Suaranya,, suara yang selama ini gue tunggu. Suara yang pengen gue denger dari kemarin.

"Haruto?" tanpa sengaja air mata gue jatuh.

"Eh—ehh Ai?? Lu nangis yaa? Jangan nangis dongg"

Suaranya, walaupun gak sampe setahun gue gak ketemu dia, tapi rasanya gue udah rindu banget sama dia.

"Lu kenapa baru hubungin gue sih?!" tanya gue yang berusaha meredakan suara tangisan itu.

"Sorry ya, gue ganti nomor gak bilang elu" Haruto terkekeh. Gue hanya bisa senyum walaupun dia gak liat gue.

"Eh— Ai? Gue vidcall ya"







Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hei Ai, udah lama gak liat ya" ujar Haruto sambil mengeluarkan senyumannya itu. "Jangan nangis dong, gue cuma bisa sebentar nihh. Lagi istirahat soalnyaa—"

Tangisan gue semakin keras.

"Jangan nangis dong, gue gak bisa meluk lu nih"

Pipi gue seketika memerah, sejak kapan Haruto jadi suka gombal gini?

"Makanya cepet pulangg—" ucapan gue terpotong dengan suara teman disampingnya.

"To? Ayo latihan lagi!" teriak seseorang entah siapa.

Haruto mengangguk. Lalu menghadap kearah gue lagi.

"Ai, gue janji bakal hubungin lu lagi, bye!"

Layar seketika mati. Wajah yang selama ini gue tunggu sudah hilang lagi. Gue memasukkan handphone gue ke kantung kemeja gue, menangis lagi.

Akhirnya dia balik ke gue.

Arisa's pov

Gue berjalan mengendap-endap keluar dari gedung sekolah, menghindari bertemu dengan ai. Kalo gue ketemu dia sekarang, dia pasti bakal narik gue buat ikut ekskul. Apalagi gue udah ada janji sama beomgyu.

Duh mana sih tuh orang?? Katanya nunggu depan gerbang!

Gue terus mencari orang itu dari kerumunan anak-anak yang ingin pulang. Gue merasa ada seseorang yang memegang pundak gue.

"Hei"




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Maap ya bikin nunggu" ucapnya lalu gue menggeleng. "gapapa kali, ayo mau minta tolong apa?"

Wajah beomgyu tampak berpikir. "hmm, sebenernya gue gak mau minta tolong apa-apa"

Dahi gue berkerut, "Jadi??"

"Temenin gue makan aja yuk! Lu udah makan belum?" tanyanya. Hmm sebenernya gue udah makan sih, tapi yaa gue boong aja kali ya. Itung-itung jalan sama beomgyu.

"Belum, gue ikut deh"

Beomgyu tersenyum lalu berjalan bersampingan sama gue. Menuju restoran yang dia mau.

Maap mashi, cuma sekali ini aja kok.

always (disarm 2) | treasure 13Where stories live. Discover now