6

83 11 1
                                    


Ai's pov

Kalian tau apa arti rindu? Iya, itu yang lagi gue rasain. Gue rindu dengan candaan Haruto kalo gue lagi sedih, pusing, ataupun pas lagi ngambek sama dia. Semua kesibukan gue di sekolah belum cukup buat ngilangin pikiran gue tentang dia.

Tapi gue bukan siapa-siapanya, apa boleh ya gue begini?

Tiba-tiba ada yang menyentuh bahu gue pelan, gue menoleh kebelakang. Oh Arisa.

Dia tersenyum lebar kearah gue. Senyumnya yang manis itu tidak menghilangkan rasa kesal gue karena kemaren dia tidak hadir ekskul tanpa izin.

"Hai Ai!" sapanya yang kemudian duduk dikursi samping gue. Gue hanya menoleh sekilas, lalu melanjutkan membaca buku. Arisa mendecak kesal, "Ai, liat gue dong, jangan dikacangin"

"Kemana lu kemaren?" tanya gue pelan yang masih fokus ke buku dihadapan gue. Dia tersenyum kikuk lalu menjawab, "Gue jalan sama Beomgyu"

Mata gue yang melebar ini pasti sudah kebaca sama dia kalo gue kaget denger nama cowok lain dari mulut gue. "Truss Mashiho lu kemanain Ris?" tanya gue sedikit kencang, yang kemudian dia tutup mulut gue. Takut seisi kelas mendengarnya.

"Gue cuma makan bareng, gak pacaran diem-diem Ai" selanya.

Gue memutarkan mata gue, "Mashiho bakal sedih Ris" yang dituju hanya diam. "Lagian kenapa dia gak pernah ngabarin gue sih Ai" Ekspresi Arisa langsung lesu. Gue ngerti, dia pasti kangen Mashiho. Tapi cara dia salah dengan ngelampiasin jalan sama Beomgyu.

"Lu udah coba telpon dia?" tanya gue.

Dia mengangguk, kemudian menunjukkan layar handphonenya. Dia udah nyoba berkali-kali nelpon Mashiho ternyata. Tapi gak ada satupun yang dibalas. Gue menarik nafas panjang.



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


 "Yaa apapun yang lu lakuin ris, jangan pernah jalan sama cowok lain selain Mashiho. Posisi lu sekarang itu pacarnya. Lu udah sadar pasti sama posisi lu. Jangan lu ancurin sendiri ris"

Dia menaruh handphonenya ke kantungnya, lalu melirik kearah arloji kecilnya. "Iya Ai, gue ke kelas dulu ya" ucapnya lemas. Gue gak pernah tega liat Arisa kayak gini. Apa gue tanya Haruto ya? Buat bantuin Arisa?

"Ris" panggil gue. Dia menoleh ke gue, dengan raut wajah yang masih lesu.

" Jangan pernah ancurin perasaan Mashiho ris, walaupun dia belum ngehubungin lu. Tapi kita sama sekali gak tau apa yang dia rencanain buat lu"

Arisa tersenyum kemudian mengangguk, lalu berjalan keluar dari kelas gue.

****

Gue berjalan kedalam toilet, melihat layar handphone gue. Haruto? Iyap. Kenapa dia jadi suka nelpon gue disaat gue masih jam pelajaran sih?

"Hai Ai"

Senyumnya itu yang selalu bikin gue kangen, walaupun mukanya keringetan banget sih. "Hai juga, lu kenapa keringetan gitu?" tanya gue sambil terus fokus memperhatikan wajahnya.

Dia terkekeh, "Biasa, abis latihan gue Ai, lu lagi apa?" tanyanya balik yang membuat gue ingin tertawa. "Gue? Ngapain? Kabur dari pelajaran karena ada telpon dari laki-laki rese" Yang dituju menunjukan wajah kagetnya sambil tertawa.

"Ohh maaf yaa Ai, gue gak tauu, apa mau gue matiin aja?" tawarnya. Tawa gue langsung terhenti.

"Jangan!"

Haruto menunjukkan ekspresi bingungnya, "Lah? Kenapa? Bukannya tadi lu bilang—"

"Jangan dimatiin dulu" sela gue. Haruto kemudian tersenyum jahil. " Kok gak mau dimatiin? Masih kangen ya sama gue?" tanyanya sambil terus menunjukkan muka jahilnya. Gue yang ditanya malah bertanya balik, "Emang lu gak kangen sama gue?"

Haruto diam.

"Ohh berarti beneran gak kangen ya? Yaudah lu matiin aja" ujar gue dengan wajah lesu. Haruto masih diam memperhatikan wajah gue.

"Eh Ai"

Gue mengangkat sebelah alis gue, "Apa?"

Haruto kemudian menarik nafas panjang, "Lu masih suka sama gue?"

Seketika detak jantung gue berhenti, kenapa dia tiba-tiaba nanya kayak gitu ke gue. Apa dia udah berubah perasaan sama gue?

Gue menelan ludah beberapa kali, "Ke-kenapa emangnya, kok tiba-tiba nanya?" tanya gue gugup. Gue takut dia ngebicarain sesuatu yang sama sekali gue gak mau denger sekarang.

Melihat reaksi gue yang gugup bikin dia tertawa. "Gapapa, kalo masih, berarti kita masih ngerasain hal yang sama"

Deg!

Gue yakin seribu persen kalo Haruto ngeliat warna wajah gue udah berubah kayak kepiting rebus. Yang kayak gini yang gue kangenin dari Haruto. Dia selalu bisa buat gue seneng walaupun dia gak ada disamping gue.

"Tunggu gue ya Ai, kemungkinan 2 minggu lagi gue bakal pulang buat istirahat dirumah, yaa walaupun cuma beberapa hari gue dirumah, gue harap bisa seneng-seneng sama lu nanti" ujarnya sambil tersenyum simpul.

Gue dengan cepat mengangguk. Gak lama gue mendengar bel istirahat berbunyi, gue dengan sigap langsung melihat ke arloji gue. Gawat! Udah 20 menit gue berdiri di toilet.

"Eh-eh kenapa Ai?" tanya Haruto khawatir melihat raut wajah gue berubah tegang. "Hmm to, kayaknya gue harus balik ke kelas deh" Haruto mengangguk mengerti.

"Yaudah, gue matiin ya Ai"

"Eittss tunggu!!" pekik gue. Gue baru inget kalo gue mau ngomongin masalah ini sama Haruto, aduh gue kebawa baper sih daritadi jadi lupa nyampein.

"Besok lu telpon gue lagi gak?" tanya gue. Gue membentak diri gue sendiri dalem hati, gue seperti perempuan yang terlalu mengejar laki-laki gak sih?

Haruto tersenyum lebar, "Of course, why you ask like that?" tanyanya.

"Hmm gue mau ngomongin sesuatu"

"Tentang?"

"Mashiho sama Arisa"

always (disarm 2) | treasure 13Where stories live. Discover now