Sakura membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatan. Pandangannya yang buram mulai terlihat jelas. Dan dia menahan napas saat melihat wajah seseorang tepat berada di depannya.
Sakura bangun. Sedikit meringis akibat rasa pening di kepalanya. Setelah reda dia kembali menatap seseorang yang tidur dengan damai di sebelahnya. Wajahnya terlihat linglung. Bingung kenapa pria yang membuat badannya sakit berada disana.
"Oh, kau sudah sadar?"
Sakura berkedip. Dia tadi melamun sehingga tidak tahu jika Sasuke juga sudah bangun. Ia pun mengalihkan pandangan. Rasa tak nyaman menyeruak begitu saja setelah dirinya kembali teringat kejadian beberapa waktu lalu.
Tubuh Sakura sedikit kaku saat merasakan sentuhan ringan di dahi dan lehernya. Dia kembali menoleh menatap Sasuke. Memandang wajah datar yang terpaut beberapa jengkal di sampingnya.
"Sudah tidak terlalu panas. Sepertinya aku tidak jadi membunuhmu." kata Sasuke datar.
Sakura cengo, apa-apaan itu? Jika dia masih sakit akan di bunuh, begitu?
Tak mendapat respon dari Sakura, Sasuke turun dari ranjang. Berjalan menuju jendela kamar dan menyingkapnya. Cahaya matahari menerobos masuk. Hari ternyata sudah lumayan siang. Dia yang kemarin hanya niat tidur sebentar ternyata malah tidur sampai hampir siang. Tidak mengherankan sih, karena Sasuke sendiri beberapa kali terbangun karena mendengar rintihan Sakura.
Sasuke tidak ingin tidur dikamar Sakura sebenarnya. Tapi mendengar pembicaraan perawat khusus Sakura ketika dia berada di dapur membuatnya mau tak mau tidur dikamar gadis itu.
"Lapar?" tanya Sasuke sembari melihat Sakura lewat bahunya.
Sakura mengangguk. Tidak bisa dipungkirinya jika perutnya keroncongan. Tenggorokannya pun sangat kering. Dia kehausan.
"Haus." suara Sakura serak ketika mengucapkan itu. Terdengar sangat buruk.
Sasuke berjalan keluar. Dan Sakura memandang pria itu dengan penuh tanya. Apa perbuatan terakhirnya yang membuat pria itu kesal tidak berhasil? Jika kejadian dirinya tidur dengan Sasuke malah membuat pria itu menginginkannya sebagai pelacur bagaimana? –meski dirinya juga mantan pelacur. Usahanya membuat pria itu jijik padanya apakah akan sia-sia?
Pintu kamar Sakura terbuka. Sasuke kembali dengan dua pelayan dan satu orang lagi yang diyakini Sakura seorang perawat. Pria itu segera menyuruh dua pelayan yang dibawanya untuk merawat Sakura. Membersihkan tubuh gadis itu dengan peralatan yang mereka bawa. Setelah selesai dan menggantikan baju, kedua pelayan itu keluar. Dan perawat suruhan Sasori tersebut mengambil alih.
"Demamnya sudah turun. Saya akan menelpon dokter Sasori agar dibuatkan resep obatnya. Jangan makan makanan kasar dan dingin dulu." Kata perawat itu.
Sasuke yang sedari tadi diam berdiri dan bersedekap mengangguk. Mata elangnya menatap lurus kearah Sakura yang tengah memandangi punggung tangannya. Gadis itu sepertinya baru sadar jika dirinya di infus.
"Saya keluar dulu, Tuan."
"Hn."
Sasuke mendekat ke ranjang setelah pintu kamar Sakura tertutup. Dia mendudukkan diri di sisi ranjang yang kosong. Meraih nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih yang dibawa oleh pelayan tadi. Memberikannya pada Sakura yang masih terdiam dan tampak bergelud dengan pikirannya sendiri.
"Apa demamku cukup parah sampai harus di infus seperti ini?" tanya Sakura saat tersadar dengan keberadaan Sasuke di sampingnya.
"Kata Sasori seperti itu." Sasuke menatap intens Sakura yang tampak kesulitan makan. Tenaga gadis itu masih lemah, "Kondisi tubuhmu lemah dan kau tak sadarkan diri sehari semalam."
![](https://img.wattpad.com/cover/180207538-288-k326439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Mafia : I'm Yours, Sir. |SasuSaku|
FanfictionUntuk 21+ Dijual oleh ayah tiri, di perkosa oleh pria dewasa yang lebih pantas di sebut ayahnya, dan di aniaya oleh 'rekan' pelacurnya, Haruno Sakura tak pernah menyangka akan mengalami hal seperti itu. Hidupnya yang dulu tenang dan damai, kini ber...