Sakura merebahkan diri di pasir pantai dengan napas terengah. Dia baru bisa bernapas lega setelah kakinya menginjak daratan. Tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga. Ketegangan yang dia rasakan membuat tubuhnya kaku. Ketakutannya sangat nyata dan dia menduga bila bisa saja mati setiap saat. Semua ini benar-benar membuatnya gila.
Sasuke yang melihat Sakura kelelahan mengangkat sudut bibirnya tipis. Ini semua diluar dugaan, gadis yang dia selamatkan itu ternyata mempunyai kemampuan yang menarik. Dia sempat berpikir untuk menenggelamkan Sakura bila dia merepotkannya. Tapi ternyata justru sebaliknya, Sakura bisa membantu dirinya kabur dengan baik. Meski tidak seahli para bawahannya yang lain, kemampuan Sakura cukup untuk menghalangi para pengejarnya. Ah, dia semakin penasaran dengan gadis ini.
Sasuke mendekat ke arah Sakura santai. Dia melepas pakaiannya yang basah. Membuang jasnya pada muka Sakura. Membuat gadis itu bangun dengan decakan kesal.
"Apa Anda tidak tahu jika aku sedang mengumpulkan nyawa yang hilang separuh?" gerutu Sakura sembari menurunkan jas Sasuke yang menutupi wajahnya. Sikap formalnya kembali hilang karena kekesalan. Ia menggulirkan matanya menatap Sasuke yang berdiri di depannya. Bola matanya pun membulat melihat apa yang dilakukan pria itu, "Dasar gila!!" teriak Sakura sembari menutup wajahnya kembali. Yang benar saja, pria itu tengah membuka pakaiannya tepat didepan Sakura. Memamerkan tubuh putih yang kekar dan keras. Sehingga wajah Sakura perlahan memerah.
Ah tidak, Sakura tidak merasa malu atau apa yang biasa dirasakan oleh gadis polos saat melihat pria kekar bertelanjang dada. Sakura sudah terbiasa dengan itu. Akan jadi hal aneh jika dia merasa malu-malu. Yang Sakura lakukan saat ini adalah menahan diri. Ya, menahan diri. Menahan agar tidak menerjang pria dihadapannya ini.
Sial, sisi jalang Sakura berteriak ingin lepas dan menjelajahi tubuh Sasuke. Tangannya gatal ingin meraba kotak-kotak diperut pria itu.
Sasuke berjongkok di depan Sakura. Meraih tangan gadis itu yang terluka. Ia merobek kemejanya dan membebatkan sebagian kain itu pada lengan Sakura yang masih mengeluarkan darah meski tidak sebanyak sebelumnya. Dia memandang wajah Sakura yang memerah. Entah karena air laut atau hal lain.
"Kita harus pergi dari sini. Mereka pasti masih mencari keberadaan kita."
Sakura yang sebelumnya melihat tangannya yang dibalut Sasuke mendongak menatap pria itu. Ia terpaku untuk beberapa detik, dalam pantulan sinar matahari, pria ini berkali lipat lebih tampan, "Aku lelah. Kau pergi saja. Sepertinya yang mereka incar itu dirimu, bukan diriku." Ia kembali merebahkan diri karena tidak sanggup menahan gejolak jiwa jalangnya. Tubuh Sasuke benar-benar menggoda iman.
Memikirkan para komplotan yang menyerangnya dan Sasuke, sudah jelas jika orang-orang itu mengincar pria penolongnya tersebut. Tidak mungkin juga kan Tsunade mencarinya hingga melakukan hal yang menguras kantong itu? (Menyewa pembunuh bayaran)
"Oh baiklah," Sasuke berdiri, dia mengambil jas yang tergeletak dipangkuan Sakura. Menyampirkannya di pundak, "Asal kau tahu, mereka tahu kau bersamaku dan melarikan diri. Apa menurutmu sekarang kau tidak diincar?"
Mata Sakura yang sempat terpejam kembali terbuka. Benar juga, dia pun sudah mencelakai orang-orang itu. tidak mungkin jika mereka akan membiarkannya.
"Aarrgghhh siaaall!!" teriak Sakura frustasi, dia mencengkram rambut panjangnya yang basah dan terkotori pasir pantai. Gadis itu meratapi hidupnya yang tidak juga bisa tenang.
Sasuke menyeringai melihat kefrustasian Sakura. Dia melangkah meninggalkan Sakura. Toh gadis itu mau tidak mau pasti akan mengikutinya. Dirinya sudah menyeret gadis itu dalam masalahnya walau secara tidak sengaja. Dan yang pasti, musuhnya juga akan mengincar Sakura. Ah, dia merasa sedikit bersalah pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Mafia : I'm Yours, Sir. |SasuSaku|
FanficUntuk 21+ Dijual oleh ayah tiri, di perkosa oleh pria dewasa yang lebih pantas di sebut ayahnya, dan di aniaya oleh 'rekan' pelacurnya, Haruno Sakura tak pernah menyangka akan mengalami hal seperti itu. Hidupnya yang dulu tenang dan damai, kini ber...