TMS 5

563 68 10
                                    


Itachi menahan perih dihatinya dengan senyum terukir dibibirnya. Berbalik dan meninggalkan gadis yang sangat dicintainya. Melompati pagar dan terus berjalan lurus tanpa menoleh kebelakang. Karena dia tahu, jika dia menoleh kebelakang, maka dia ragu apakah hatinya sanggup pergi dan melangkahkan kakinya.

Mengeratkan tali tasnya, ekor matanya melihat salah satu sosok sahabatnya diakademi berdiri ditembok kediaman Naruto.

Menundukkan kepala sedikit dia berujar, "karena Anda tidak ada dirumah, saya pikir saya bisa menemui Anda disini, Pangeran."

Itachi tersenyum dan mengisyaratkan Neji untuk berjalan bersamanya. Menelusuri jalan yang sudah sepi itu. Mengantarkan kepergian Itachi untuk berkelana kembali.

"Saya mendengar tahap pertama pemilihan sudah selesai dilaksanakan. Kenapa Anda tidak memohon pada Baginda Raja, Pangeran?" Ucap Neji yang ditangkap apik oleh Itachi.

Mata gelap Itachi menerawang jauh, "pada suatu hari, ada seorang pria bernama Jeung Sam menemui Konfusius dan dia berkata, 'Guru, tolong puji saya. Hari ini, ayah saya memukul saya tanpa alasan dan saya dengan patuh menerima pukulannya. Bukankah tindakan saya patut dipuji?' dank au tau Neji apa yang dikatakan oleh Konfusius?" jeda Itachi sambil tersenyum lembut membuat Neji bisa merasakan perih yang sahabatnya rasakan.

"-'kau bodoh. Jika kau dipukuli sampai mati, maka ayahmu akan berdosa karena membunuh anaknya sendiri. Betapa durhakanya anak itu. Bila ayahmu memukulmu tanpa alasan yang jelas," Itachi menghentikan langkahnya dan mimic wajahnya menyendu.

"-'kau harus melarikan diri." Neji menimpali, "Jadi Anda berencana untuk pergi?"

Itachi tersenyum hambar. "Sebuah pohon berharap dapat berdiri tegak, tapi angin tidak akan pernah berhenti menerpanya. Apa lagi yang bisa kulakukan? Bukankah lebih baik menghindarinya sebelum rusak atau tumbang?"

Itachi menghela napasnya sebelum melanjutkan, "atau, ini jalan keluar yang paling buruk, ya?"

Perlahan Itachi mendongakkan kepalanya menatap sang rembulan dilangit. "Tapi, bulan itu-" Neji ikut mendongakkan kepalanya.

"-mungkin akan selalu mengikutiku kemanapun aku pergi."

.

.

.

Sepuluh hari kemudian, tahap kedua pemilihan Putri Mahkota.

Pemudi yang dipilih hanya ada tiga orang. Wanita muda, cantik, dan pintar. Mereka adalah Hinata Hyuga, Sakura Haruno, dan Naruto Namikaze.

"Dipilih pada tahap pertama dan mencapai tahap akhir ini, kalian bertiga pasti sudah melalui banyak kesulitan." Raja Fugaku terkekeh membuat ibu Suri Sara yang duduk disebelahnya hanya mendengkus pelan tak suka.

"Tampaknya kalian semua terlalu gugup." Timpal Raja.

"Istana sesungguhnya tempat tinggal juga. jadi jangan terlalu takut." Lanjutnya lagi.

"Karena Yang Mulia berpartisipasi langsung seperti ini, bukankah wajar jika mereka ketakutan?" Sindir Ibu Suri Sara yang penuh ketidaksukaan.

Raja menyeringai tipis dan menghiraukan Ibunya.

"Hari ini, aku punya sebuah pertanyaan untuk kalian."

Ketiga gadis muda itu duduk tak tenang dan menahan kegugupan mereka.

Raja Fugaku menarik napas, "Aku adalah Raja Negara Konoha. JIka kalian menilaiku dengan uang, berapa banyakkah nilaiku?"

Hinata, Sakura, dan Naruto bersama memebelalakkan matanya. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Raja akan memberikan pertanyaan sensitif seperti itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Moon that Embraces The Sun (SasufemNaru Version)Where stories live. Discover now