Villain Hunter

LEBAH-2

Dua sosok lelaki mendatangi meja makan mereka. Dua sosok lelaki itu menghentikan suasana tawa riang cewek-cewek itu. Dengan santai salah satu lelaki itu menaruh makanan di atas meja dan duduk disebelah Bee. Sedangkan Oskar yang masih terpaku melihat temannya. Bee hanya melirik tanpa menggubris.

“Oskar! Mending kamu duduk disebelahku!” bentak Margareta sambil menunjukkan kursi disebelahnya yang masih kosong.

Oskar hanya clingak-clinguk menatap bingung kepada temannya.

“Kamu itu dengar nggak sih aku ngomong?!” bentak Margareta kembali.

Oskar yang terkejut dengan bentekan Margareta, langsung merespon tanpa berkata-kata apapun. Disebelah nampak salah satu lelaki yang fokus menikmati makanan yang ia ambil. Tiba-tiba meja makan itu hening sejenak. Hanya suara sendok yang bergesekan dengan piring.

“Oh iya Bee, kamu jangan terkejut ya melihat tingkah mereka berdua,” suara Ardelia yang memecah keheningan.

“Iya nggak masalah,” jawab Bee disertai senyuman tipis. Jujur dari hati Bee yang paling dalam, ia tak memerdulikan hal itu sama sekali. Tapi, Bee tetap menghargai kebaikan mereka.

“Ngomong-ngomong, kalian berdua belum kenalan lho,” bujuk Viany.

“Kenalin aku Oskar. Cowok paling ganteng di kelas,” sambar Oskar sambil menodongkan tangannya dan berkedip menjijikkan penuh goda. Memang, posisi duduk yang diambil Oskar tepat berhadapan langsung dengan Bee.

Bee hanya menjabat tangannya dan memberikan senyumannya.

“Cowok paling ganteng itu Bintang, buka kamu. Please deh! Ayo Bin giliran kamu, ” sahut Viany tak terima.

“Kenalin aku Bintang,” ujar cowok disebelah Bee. Bintang tak seramah Oskar. Dia tak menodongkan tangan untuk sekedar berjabat tangan. Bukan hanya itu, bahkan Bintang sama sekali tak menatapnya.

Sebenarnya ini bukan sifat asli yang diberikan Bintang kepada Bee. Bintang adalah cowok yang pintar, ramah, baik, keren, dan seperti lelaki sempurna. Dia juga termasuk dalam kategori lelaki paling tampan di sekolah itu. Banyak cewek yang mengidamkan untuk bersanding dengan Bintang. Sejujurnya jika Bee dan Bintang menjadi pasangan, mungkin mereka adalah pasangan yang cucok meong. Sudah pasti banyak yang cemburu melihat mereka menjadi pasangan kekasih. Itu hanya halu saja. Entahlah bagaimana kedepannya. Tapi, sifat yang dimiki Bee kurang mirip dengan sifat yang dimiliki Bintang. Sifat yang dimiliki Bee adalah dingin dan penuh rahasia. Tak ada yang bisa menebak seperti apakah keaslian Bee yang sebenarnya.

***

“Aku pergi ke kamar mandi dulu. Kalian langsung aja ke kelas, nanti aku nyusul,” pinta Bee kepada ketiga teman barunya, Bintang, dan Oskar.

“Kamu tahu letak tempat kamar mandinya?” tanya Mergareta.

“Tahu kok,” jawab Bee tenang.

“Ya udah kamu hati-hati ya,” jawab Margareta kembali.

Bee menuju kamar mandi tanpa takut salah masuk. Sebelum Bee memasuki kamar mandi, dia mendengar pembicaraan beberapa guru yang sedang berjalan tepat di depannya. Bee menyimak baik-baik apa yang sedang dibicarakan oleh beberapa guru tersebut. Hanya beberapa obrolan saja, tetapi menurut Bee itu adalah sebuah informasi yang penting.
Bee memasuki toilet perempuan dan duduk di kloset, lalu mengaktifkan ponsel. Bee terlihat sibuk untuk menghubungi seseorang.

“Halo paman! Pak Baskara sedang di luar kota untuk beberapa hari,” ujar Bee.

“Kamu tahu, dia di kota mana?” jawab Marshon.

“Tadi, kalu nggak salah di Kota Carmey,”

“Tidak terlalu jauh dari sini. Nanti setelah paman pulang dari kantor, kita menyusun rencana!”

“Ya,”

“Oh sampai lupa, nanti paman jemput kamu. Tapi, setelah itu paman kembali ke kantor,”

“Iya,” balas Bee dan langsung menutup ponselnya.

“Jadi gitu, aku tahu semua apa yang kamu bicarakan tadi. Aku nggak akan tinggal diam. Dasar brengsek!”

Tiba-tiba suara cewek dari luar terdengar jelas dari dalam bilik kamar mandi yang ditempati Bee. Suara itu membuat Bee terkejut. Sebab, Bee tak ingin ada yang mendengar pembicaraannya dengan pamannya yang menyangkut Pak Baskara. Bee sudah menyiapkan rencana, jika cewek itu berani bertindak sesuatu.