LEBAH-1

27 6 2
                                    

Mentari bersinar memancarkan keindahannya di ufuk timur. Hari pertama, Bee memulai sekolah barunya. Tentunya, di sekolah baru maka semuanya juga baru. Memulai dari lembaran cerita baru, sekolah baru, teman baru, dan guru baru. Surat pindahannya sudah diurus baik oleh pamannya. Sebut saja Marshon.

Dimulai dari sarapan dan berangkat menuju tujuan masing-masing. Di dalam mobil hanya terdengar alunan musik pop yang merdu. Tak ada obrolan yang mereka perbincangkan atau sekedar bertukar cerita dihari pertama Bee sekolah. Bee dan Marshon sudah layaknya anak dan ayah yang saling menyayangi dan melindungi. Entah mengapa pagi ini layaknya orang yang baru bertengkar. Padahal mereka tak lagi bertengkar. Mungkin saja, memang tak ada hal yang ingin disampaikan.

15 menit berlalu. Sampailah Bee tepat di depan pintu gerbang.

“Kamu langsung aja menuju kantor yang kita datangi kemarin. Bilang aja kamu murid baru,” ujar Marshon.

“Iya,” balas Bee singkat dan dingin.

Bee memulai langkahnya menuju kantor guru. Bak disambut layaknya artis. Banyak siswa yang menatapnya terkagum dengan kecantikan Bee. Banyak pula, siswi yang menatap benci karena cemburu kepada Bee. Bee tak menggubris dan melanjutkan langkahnya menuju kantor guru.

“Tok tok,” suara ketukan yang dibuat oleh Bee.

“Oh kamu murid baru itu kan?” tanya salah satu seorang guru yang cantik dan bersuara lembut.
Sebut saja Ember.
Bee mendatangi guru itu dengan sopan dan santun.

“Iya bu. Saya Bee Nana,” jawab Bee dengan singkat tanpa ekspresi.

Ember tak kaget dengan ekspresi dingin Bee. Beruntung Marshon memberitahu tentang sikap dinginnya Bee kepada Ember. Beruntung pula Ember memaklumi hal itu.

“Nanti kamu ikut saya ke kelas. Kebetulan saya ini juga wali kelas di kelas baru kamu,” ajakan hangat dari Ember kepada Bee.

“Iya bu,”

***

Tepat pukul 06.45 bel tanda masuk berbunyi. Semua murid berhamburan menuju kelas masing-masing. Bee berdiri santai di depan kelas 11, menunggu Ember mempersilahkan ia masuk ke dalam.

“Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan siswi baru. Jadi tol ...”

“Oh jadi cewek cantik itu murid baru? Dan dia kelas sini?” tiba-tiba suara itu memotong penjelasan Ember.

“Iya Oskar. Jadi tolong ya anak-anak kalian anggap dia seperti saudara sendiri. Ayo silahkan masuk!” ujar Ember mempersilahkan Bee memasuki kelas.

“Silahkan memperkenalkan diri!” ujar Ember lagi.

“Selamat pagi semua. Perkenalkan saya Bee Nana. Panggil saja Bee. Saya bera ...” tiba-tiba perkataan Bee terputus.
“Tidak ada yang boleh tahu aku berasal dari mana,” suara hati Bee berkata demikian.

“Saya ‘bera’ apa cantik?” goda Oskar dengan diikuti tawa teman-temannya yang lain.

“Ada apa Bee?” tanya Ember kebingungan.

“Saya berasal dari negeri dongen,” canda Bee membuat seisi kelas tertawa, termasuk juga Ember.
Tapi, Bee hanya nyengir dan bersikap biasa saja.

“Ya sudah sekarang kamu duduk di bangku paling belakang sendiri ya. Tepat dibelakangnya Margareta,” ujar Ember sambil menunjukkan bangku itu.

Margareta langsung merespon Ember dengan menunjukkan bangku kosong itu kepada Bee. Bee hanya membalas dengan senyuman ciut.

“Oke anak-anak sekarang kita akan belajar,” terang Ember.

Tak terasa waktu istirahat telah tiba. Margareta, Ardelia, dan Viany adalah teman baik. Mereka kemana-mana selalu bertiga. Tetapi, melihat Bee termenung sendirian, membuat mereka untuk berpartisipasi mengajak Bee ke kantin. Tidak seperti biasanya mereka hanya bertiga, kini mereka menjadi berempat. Setelah mengambil makanan yang sudah disedian ditengah kerumunan murid yang kelaparan lainnya. Mereka langsung mengambil bangku favorit mereka yang berada dipinggir candela.

“Ngomong-ngomong kita belum kenalan. Aku jadi bingung mau manggil kalian gimana?” ujar Bee memulai obrolan. Kalau tidak karena kebaikan dan mengurangi rasa curiga, mungkin Bee tidak akan mengajak mereka ngobrol.

“Oh iya, kenalin aku Margareta,”

“Aku Ardelia,”

“Aku Viany,”

Respon dari mereka sontak membuat Bee agak terkejut.

Margareta adalah sosok teman yang bijaksana dan pemikiran yang lebih dewasa daripada Ardelia dan Viany. Margareta juga adalah ketua kelas yang disegani di kelas itu.

Ardelia adalah sosok teman yang lemah lembut. Dia bukan orang yang gampang naik pitam. Tetapi jangan salah, jika ada yang membuat kesabarannya habis, dia akan berubah menjadi sosok harimau yang mengamuk.

Viany adalah sosok teman imut dan menggemaskan. Faktor utama yang menjadikan dia imut dan menggemaskan adalah tubuhnya yang mungil dan pipinya yang cabi. Di kelas, Viany adalah cewek idaman Oskar, si mulut penyambar. Ya, walaupun Oskar sedikit menggoda Bee saat perkenalan tadi. Dan itu tak membuat hati kecil Viany cemburu. Malahan Viany tak pernah menggubris Oskar. Dia hanya menganggap Oskar sebagai teman lama ketika SD, dipisahkan waktu SMP, dan dipertemukan kembali di SMA.

Hanya anggukan dan senyuman tipis yang diberikan oleh Bee. Dan kemudian terdengar suara langkah kaki yang mendekati meja mereka.

Villain HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang