"Bicara apa si? "Ucap Jennie.Lalu lisa beranjak dari tidurnya. Menghampiri Jennie. Dan berdiri di belakang Jennie.
"Aku tau nini. Kamu ke Paris samperin om Chyun kan?! ... buat apa? Cari tau gitu massa lalu aku dulu. Gak guna buat apa. "Ucap lisa, agak sedikit menaiki intonasi nada bicara.
Lalu Jennie beranjak dari Bangku Rias.
Berbalik arah ke lisa. Sambil melipat lengan mulusnya di depan dada.
"Buat apa kamu bilang?! Ya buat cari tau, massa lalu kamu gimana. Aku khawatir kamu ngigo kaya lagi tersakiti, kaya lagi di lukai. Selalu bilang ampun. Aku perduli. Dan lagi kamu bilang tidak ada yang harus di rahasia rasiakan di hubungan kita, di massa kini maupun di massa lalu. Terbuka semua nya, tapi apa? Kamu yang buat perjanjian kaya gitu. Tapi kamu juga yang rahasiain massa lu kamu. "Ucap Jennie tak kalah sengit dari lisa sang kekasihnya.
"Iya aku tau. Aku yang buat perjanjian itu. Tapi tolong jangan bahas hal itu. Misalkan aku cerita massa lalu aku ke Nini ... nini pasti tanya tanya terus dan bahas itu terus ... tolong jangan bahas massa lalu aku. "Ucap lisa dan emosinya semakin memuncak sungguh benci membahas prihal hal ini.
"Kok kamu, marah sih?! Aku cuma pengen tau. Lagian, aku gak bakal nanya nanya tentang prihal ini. Aku bakal tunggu lili siap buat Cerita. "Ujar Jennie, tak kalah sewot. Matanya mulai berkaca kaca, di pelupuk mata mulai mengenang air mata. "Dah sana, Keluar tidur di luar, Lili jahat. Sana "Timpal Jennie, sambil mendorong dorong tubuh jangkung lisa.
Setelah berhasil mendorong lisa, sampai keluar. Menguncinya lalu Jennie langsung mengulingkan tubuhnya di kasur king size. Ekspetasinya buyar tidak sesuai dengan ekspetasi rencanannya. Ini menyebalkan. Seharusnya lisa tidak menyusul ke paris.
Satu air mata lolos begitu saja. Tidak kuat lagi untuk membendung. Jennie masih seperti anak kecil, tidak bisa di bentak. Dan misalkan satu bentakan lolos bisa membuat matanya berkaca kaca.
Sedangkan di luar sana....
Lisa terus saja mengetuk pintu kamar. Berharap Jennie kekasihnya ingin membukakanya. Tapi sepertinya tidak ... di bukakan.
Frustasinya lisa, sampai berteriak. Menggema ruangan. "Aaaarggggghhhh "Teriaknya bersamaan dengan tinjuan di tembok. Temboknya kuat, tangan lisa memar.
"Nini "
"Jennie "
"Nini buka, mianhae nini. "
"Nini, pliss buka baby "
"Plissss "
Tidak ada harapan untuk lisa, mendapatkan kesempatan sekarang untuk dibukakan pintu tunggu sampai pagi.
Lalu lisa mendudukan dirinya di sebelah pintu kamar, menekuk kaki jenjangnya, menelusupkan wajahnya di kedua lipatan lengannya.
04 : 55
Jennie terbangun dari tidurnya, setelah menangis seharian ini. Habis menangis ia habiskan untuk tidur, mengistirahatkan tubuhnya itu.
Clek
Pintu pun terbuka, sepi. Matanya terus mengedarkan ke kanan ke kiri, tidak ada kekasihnya yang datang tanpa di undang. Jennie tidak ngeh bahwa kekasihnya tersebut sedang tidur dengan posisi duduk, serta lengannya yang memar dan ada sedikit darah goresan.
Berjalan ke arah dapur guna, membuat susu coklat panas. Udara nya cukup dingin. Di tambah jarum jam yang masih menunjukan pukul subuh, masih pagi banget. Awan pun belum berubah warna.
Setelah selesai Jennie berniat kembali lagi ke kamar, tak perduli lalisa kekasihnya. Ia masih kesal, lisa membentaknya.
Saat ingin sampai di depan pintu kamar, Jennie di kagetkan dengan keberadaan kekasihnya yang begitu acak acakan, rambut panjang yang tidak rapih, baju yang terlihat kusut, lengan OMG memar, ada sedikit darah segar. Ugh memilukan.
Seketika hilang kesalnya kepada kekasihnya itu, lisa. Setelah melihat keadaannya yang begitu. Menaruh secangkir susu coklat panas itu, di lantai. Lalu menggoyangkan tubuh lisa, secara perlahan. Masih tidak terbangun.
Mengambil ancang lain, Jennie kembali ke dapur, mengambil air mengunakan wadah. Kembali berjalan, lalu setelah sampai menaruhnya di lantai berbarengan di sebelah susu coklat panas tersebut. Berdiri lagi, masuk ke arah kamar, mengambil kain berukuran kecil, serta mengambil p3k.
Dengan telaten Jennie mengelap luka itu, secara pelan pelan, begitu pelan, melihatnya pun membuatnya ngilu. "Ahhh, perih "itu, iya itu, erangan lalisa kesakitan. Perih lebih tepatnya.
Lalisa: mengangkat wajahnya, yang ia telusupkan di lipatan lengannya. Pandangannya langsung tertuju pada Jennie kekasihnya. Satu senyuman terukir.
Jennie: kaget mendengar erangan lalisa, refleks memberhentikan kegiatannya mengelap luka lengan kekasihnya. Mendongak, langsung bertatapan dengan lisa, bibirnya tebal itu pucat. Satu lengkungan senyuman tercipta di bibir kekasihnya, dan Jennie melihatnya.
Setelah seperti itu, Jennie langsung memasang wajah datar, agar tidak terlihat wajah tadinya yang begitu mengambarkan wajah cemas. Kembali mengelap tanpa memperdulikan kekasihnya tersebut yang terus menatapnya, tanpa berkata.
Cukup lama, karna lisa terus saja mengusik Jennie dengan erangan perihnya itu. Membuat Jennie lebih pela pelan pelan mengobatinya.
Setelah selesai, Jennie langsung membereskan kembali barang barang yang ia gunakan itu. Berjongkok mensejajarkan dirinya dengan lisa. Lalu memberikan secangkir coklat panas itu kepada lisa. Tanpa berucap.
Setelah di terima, Jennie langsung berdiri kembali. Dan lisa langsung menyeruput coklat pemberian Jennienya. Bersiap untuk berjalan, Jennie kembali menengok ke arah lisa, karna kakinya di pegang oleh lisa, memberhentikannya untuk berjalan. "Nini "ucapan itu. Suaranya begitu serak. "Maafin lili, ... maaf "timpal lisa lagi.
Lalu Lisa berdiri, menghadap Jennie. Dan langsung memeluk Jennie begitu erat. "Hiks ... maafin lili, jangan diemin lili plissss ... lili gak kuat, gak suka di diemin nini plissss baby "ucap lisa bersaamaaan tangisnya.
Setelah berbicara itu, Jennie membalas pelukan lisa, sama eratnya, saling menghangatkan.
835 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gummy smile(Jenlisa)
FanfictionMemceritakan kehidupan seorang kekasih yang, sudah memjalin cinta dari sejak SMA, sampai sekarang kuliah semester terakhir. Lalisa manoban "Jarang senyum, mageran orang nya" Jennie ruby jane "ceria, ramah "