Aku sampai dirumahku, aku segera meminta Mark untuk pulang. Lebih tepatnya mengusirnya, dan juga mengingatkannya untuk pulang kerumahnya bukan kerumah tante Yoona. Dan seperti biasa Mark selalu berdalih bahwa rumah tante Yoona adalah rumahnya juga. Aku mengetuk pintu, terlihat kak Doyoung membuka pintu dan memberikan senyum lebarnya.
"Kak Doyoung!!! Yey akhirnya pulang juga!!!" ujarku antusias. Aku sangat menyayangi kakakku yang satu ini. Dia memang sedikit bandel, tapi dia tak tergantikan.
"Mark mana? Langsung pulang?" tanyanya.
"Ih kok malah nanyain Mark, iya dia aku usir suruh langsung pulang." ketusku.
"Dih kok ngambek. Adiknya oppa gak boleh gitu dong." ujarnya dalam Bahasa Indonesia.
"Gaada orang Indo oppa. Adanya abang! Abang sate!" Kak Doyoung malah tertawa mendengar ejekanku. Kak Doyoung mengacak rambutku. Menuntunku untuk segera ke meja makan. Aku melihat Ayah sedang memasak di dapur, aku sontak langsung berjalan menuju dapur dan mengambil alih.
"Ayah sini aku aja. Ayah duduk aja sama kak Doyoung." ujarku pada Ayah.
"Emang kamu bisa Liz?" tanya ayahku.
"Ya bisa lah ayah, kan aku anak ibu. Ibu kan bisa masak kaya aku, kata ibu ayah jangan di dapur nanti jadi perang dunia." ujarku pada Ayah. Kak Doyoung tertawa terbahak bahak mendengar ucapanku. Ayahku memicing.
"Diam Doyoung! Kau mewarisi bakatku, jangan menertawakan aku!" ketus Ayah pada kak Doyoung.
"Iya aku kan ganteng dan bisa bernyanyi seperti ayah. Dan sama-sama kacau jika di dapur hahahahhaa." Kak Doyoung masih belum berhenti tertawa. Ayah hanya pasrah memberikan celemek yang ada di dadanya dan mengalungkannya ke leherku.
*Ilustrasi Ayah pake celemek*
"Ahhwaeeee! Doyoung-ah!" Ayah ngambek seperti biasa. Aku sungguh rindu teriakan khas ayah jika sedang ngambek. Dan teriakan khas yang Ayah miliki adalah hal yang membuat mendiang Ibu jatuh cinta padanya.
Aku memasak sesuai pengetahuanku dan apa yang pernah Ibu ajarkan padaku. Ta-daaa, jadi! Sop Ayam, Tempe Goreng, Ikan Bakar (karena ayah habis memancing), dan jangan lupa sambal. Aku membawa hasil masakanku ke meja makan, Ayah dan Kakakku ini terlihat antusias.
"Wah, masakan Indonesia! Sudah lama rasanya Ayah tidak mencicipi ini semua." ujar Ayah antusias.
"Wah, adikku sudah besar. Sudah bisa memasak sebanyak ini!" Kak Doyoung memujiku.
"Besok-besok bawain masakan ke markas NCT ya!" titahnya.
"Ngapain?" aku mengangkat sebelah alisku.
"Ya buat dimakan Haera sayang." ujar kak Doyoung sambil mencubit pipiku gemas.
"Aw! Males ah. Emang cowok-cowok disana gak ada yang bisa masak apa?" tanyaku.
"Ada sih si Jaehyun, tapi jarang. Abis kasian dia masak, yang lain rusuh."
"Ya Abang bantuin dong, seenggaknya potongin bawang kan bisa. Malu-maluin nih." ujarku dalam Bahasa Indonesia.
"Kuliahmu bagaimana?" tanya Ayah ke kak Doyoung.
"Lagi lumayan berat yah, banyak tugas." jawab kak Doyoung.
"Jadi kamu besok-besok nginep lagi di markas teman-temanmu?" tanya Ayah lagi.
"Iya." jawab kak Doyoung singkat. Loh Ayah selama ini udah tau kalau kak Doyoung tinggal sama anak-anak NCT? Pantes Ayah biasa-biasa aja. Giliran aku yang mengajukan protes.
"Loh Ayah selama ini tau? Kok gak ngasih tau aku?"
"Loh, orang kamu gak nanya kakakmu kemana ya gak Ayah jawab lah." ujar Ayahku santai.
"Ayah...." aku menghela nafasku. Merengek. Bisa-bisanya hanya aku yang tidak tau.
"Oh ya, Doyoung kalau bisa sering pulang jagain adikmu. Ayah mau ke Indonesia ada urusan bisnis sekalian mengunjungi makam Ibu kalian." ujar Ayahku yang membuat kami kaget.
"Loh Ayah kesana sendiri? Kenapa gak ajak kami berdua?" giliran kak Doyoung mengajukan protes.
"Ayah kan kesana mau berbisnis bukan liburan. Kalau kita sama-sama libur, nanti Ayah ajak ke Indonesia." ujar Ayah sambil tersenyum.
"Ayah kapan berangkat?" tanyaku.
"Besok pagi Ayah berangkat." jawabnya.
"Yah aku sendirian dong dirumah." Aku memanyunkan bibirku. Pertanda sedang badmood. Ayah dan kak Doyoung bergantian mencubit pipiku dan mengacak rambutku.
Malam itu percakapan, makanan, memori, semua penuh dengan Indonesia. Sejak Ibu meninggal, aku dan keluargaku sudah tidak pernah menginjakkan kaki disana. Ingin rasanya aku bertemu ibu, dan bilang kepadanya bahwa kami baik-baik saja seperti sekarang. Rasanya akan lengkap jika ibu berada ditengah-tengah kami sekarang. Bu, Aku, Ayah dan Abang Danu baik-baik saja sekarang, kami rindu ibu. Apakah ibu juga merindukan kami?
***
Bagian 2 selesai.
Vote dan Commentnya jangan lupa ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into you || Jung Jaehyun
Fanfiction"Aku menyayangimu, Liz." -Jung Jaehyun & Mark Lee Bagaimana jika orang yang dirimu kagumi dan dirimu sayangi adalah orang yang ikut andil dalam menyakitimu selama ini? Apakah kamu akan memaafkannya? Ataukah membencinya? Bisakah hatimu sehangat menta...