Siapa yang tak mengenal Raisa? Primadona sekolah yang berparas cantik. Gadis bermata coklat dengan senyum yang begitu manis. Ditambah sepasang lesung di kanan kiri pipinya. Akibat terlalu manis, semut pun ikut terpana ketika melihat kecantikannya.
Ia mempunyai seorang sahabat yang tak kalah cantik rupanya. Namanya Dera. Raisa dan Dera adalah sahabat yang selalu bersama. Mereka sudah terkenal dengan dua sahabat paling akrab seantero sekolahnya, dan mereka pernah berkata jika mereka tidak akan berpisah. Namun, takdir berkata lain.
Kali ini, mendung menghiasi angkasa, matahari tak terlihat memancarkan sinarnya, alam semesta seakan ikut menemani Raisa yang sedang tertimpa awan kelabu di hidupnya. Sudah beberapa bulan Raisa tak saling bertegur sapa dengan Dera. Terakhir kali saat Raisa mencoba berbicara dengan Dera yang didapat hanyalah sebuah caci maki dari sahabatnya itu.
“Sebenernya kamu kenapa sih Der?” tanya Raisa yang tak mengerti dengan sifat sahabatnya yang secepat kilat berubah 360⁰.
“Udahlah, nggak usah banyak nanya! Ini juga bukan urusanmu. Jadi nggak usah sok peduli!!” ujar Dera dengan nada tak suka.
“Tapi Der, aku kan sahabatmu, kita udah sahabatan begitu lama, tapi kenapa kamu tiba-tiba berubah kayak gini?” tanya Raisa yang masih tak mengerti apa yang menyebabkan sahabatnya seperti ini.
“Waktu itu aku khilaf.” Jawab Dera dengan nada datar.
“Maksudmu, kamu sahabatan sama aku itu khilaf? Kita udah sahabatan beberapa tahun dan kamu dengan mudahnya bilang itu semua khilaf?” Raisa tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu.
“Ya gitu deh, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini! Soalnya aku udah MUAK liat mukamu!!” bentak Dera.
Bagai disambar petir, kalimat yang diucapkan Dera telah membuat hati Raisa bagai ditusuk ribuan jarum. Sahabat yang telah dianggap saudara oleh Raisa tega mengatakan hal yang dapat menyakiti hatinya. Semenjak itu, Raisa tak lagi dekat dengan Dera.
Entah sejak kapan Dera menjauhi Raisa, dan entah karena apa Raisa tak pernah mengetahuinya. Dera menjauhinya layaknya musuh. Semua sosial media yang berhubungan dengan Raisa telah dihapus dan diblokir oleh Dera.
”Segitu bencinya kah Dera kepadaku?” batin Raisa terus berkata seperti itu. Semakin lama, Raisa semakin tak peduli. Raisa tak percaya pada kata sahabat. Ia tak percaya lagi pada hubungan itu.
Tak terasa, memori itu membuat air mata Raisa menganak sungai untuk kesekian kalinya. Raisa membohongi dirinya sendiri saat ia berkata tak lagi peduli. Nyatanya, kenangan yang terukir indah masih menjadi hal paling istimewa bagi Raisa. Jauh di lubuk hati terdalamnya, Raisa masih menginginkan Dera kembali seperti dahulu. Tak bisa dipungkiri jika Raisa rindu dengan kebersamaan mereka berdua. Namun, Tuhan tau yang terbaik dari segala yang terbaik.
Pada hari Rabu, tepatnya saat jam istirahat, Raisa telah duduk manis di bangku kantin paling pojok. Karena begitu asyiknya melamun, Raisa tak sadar jika teman-temannya sudah berada di sebelahnya.
“Woy... jangan ngelamun terus dong!” Nita memukul pundak Raisa sedikit keras yang menyebabkan Raisa terkejut.
“Ngelamunin apaan sih?” tanya Fian.
“Palingan juga ngelamunin si Dera.” Sahut Vivi.“Gimana nggak kepikiran, dia udah hampir seminggu nggak masuk sekolah. Kalian ada yang tau nggak dia kenapa terus dimana?” ujar Raisa dengan wajah cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN CERPEN
Short StoryHanya sebuah cerita singkat untuk sekedar melepas penat. Cerita yang hanya ditulis untuk menghilangkan rasa bosan karena kehidupan yang terlalu monoton. ~Ketika realita tak seindah ekspetasi belaka~