Tatapanmu Bagai Candu

13 1 0
                                    

Lihatlah, malam ini aku merasakan sakit hati setelah mengetahui bahwa pria yang ku suka memiliki kekasih. Sebelumnya, perkenalkan namaku adalah Calista Arabella. Orang-orang memanggilku Ara. Aku bersekolah di SMA 1 Laksa dan menduduki kelas 12 IPA 1. Saat ini, aku sedang menyukai seorang pria di sekolahku. Namanya Angga Delano, seorang kapten basket yang begitu ramah. Akibat keramahannya, aku terlalu menaruh harapan kepadanya. Ku kira dia menyukaiku, ternyata aku yang terlalu baper oleh sikapnya dan itu semua membuatku berakhir dengan dengan sakit hati yang kurasakan saat ini.

Kali ini, dewi malam menemaniku yang sedang mencari tahu tentang kapten basket itu. Namun, aku justru menemukan sebuah akun yang ternyata itu adalah akun pacar si Angga. Hatiku terasa sakit saat melihat foto kebersamaan mereka berdua. Rupanya pacar si Angga juga seorang pemain basket. Terlihat dari kebersamaan mereka saat latihan. Jika boleh jujur, aku cemburu melihatnya. Tetapi aku sadar, jika aku bukan siapa-siapanya. Toh kata orang mencintai tak harus memiliki.

Keesokan harinya, aku kembali beraktivitas seperti biasanya. Bangun pukul 4 pagi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Saat di sekolahpun aku bersikap biasa saja seperti tak ada apa-apa jika bertemu Angga. Saat tak sengaja berpapasan, ia selalu menyapaku dan tersenyum begitu manis. Itulah yang membuatku jatuh cinta kepadanya.

"Woyy!! Gimana nih hubungan lo sama si kapten basket?" tanya Lia disertai rasa penasaran.

"Ya tetep aja, nggak ada perubahan sama sekali. Bahkan tadi malam gue nemuin akun sosial media pacar si Angga," jawabku.

"DEMI APA!! Dia punya pacar?" tanya Lisya dengan mimik yang penuh pertanyaan.

"Iya... " aku menjawabnya dengan lesu.

"Kayaknya kemarin waktu gue ngobrol sama Angga, katanya dia udah putus deh sama pacarnya," ujar Lia.

"Gue juga nggak tahu, pokoknya tadi malem gue masih liat foto mereka berdua di instastory pacar Angga, apalagi ternyata mereka sehobi main basket, " jawab gue sedikit jutek.

"Wahh... Awas Ra, ntar lo dikira jadi pelakor loh! Apalagi mereka sehobi, pasti susah seneng bareng dong! " ujar Harry dengan wajah yang begitu menjengkelkan menurutku.

"Iya nih, mereka pasti susah seneng bareng, berarti kalo lo mau sama Angga, main basket aja tuh!" Sahut Zidan.

"Ehh kalo dia emang bener-bener sayang sama kita, seharusnya dia bisa menerima kita apa adanya dong, " Lia mengeluarkan jurus kata bijaknya.

"Tumben lo bijak," ujar Zidan.

"Udahlah Ra, jangan didengerin omongan Harry. Dia emang suka ceplas-ceplos orangnya." Lisya menenangkanku agar tak terbawa emosi ucapan Harry dan Zidan.

Sebenarnya aku juga tak langsung mengambil hati ucapan Harry, aku tahu kalau Harry cuma sekedar bercanda. Toh Lia, Lisya, Harry, dan Zidan udah ku anggap saudara sendiri.

Bel sekolah berbunyi yang pertanda waktunya istirahat. Aku dan teman-temanku beranjak untuk pergi ke kantin. Saat tiba di kantin aku memilih untuk menjadi bagian yang memesankan makanan, sedangkan teman-temanku mencari tempat duduk. Ketika memesan makanan, mataku tak sengaja beradu tatap dengan Angga untuk beberapa detik. Ini bukan pertama kalinya mata kita bertatapan. Namun tatapan itu selalu membuat jantungku berdebar tak karuan. Setelah selesai memesan, aku kesulitan membawa pesananku hingga akhirnya Angga datang untuk menawari bantuan.

"Mau gue tolong? Kayaknya lo kesulitan bawa deh, " tawar Angga.

"Nggak usah deh, makasih sebelumnya," jawab gue berusaha menolak tawarannya.

"Udah, nggak usah nolak. Kapan lagi lo ditolongin orang ganteng kayak gue," ujar Angga yang sekarang sudah membawa pesananku dan berjalan mendahuluiku.

KUMPULAN CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang