Setipis tirai kedatangan dan kehilangan, setumpuk harap pernah menjadi debu, di antara kita yang semakin meluruh;
pada kisah membiru.
Merobek hilang dengan muncul kembali di hadapan adalah kegetiran di siurnya melupakan.Tak didengar, satu pintaku untuk tak lagi kau datang. Memintal luka bahkan takkan mengenal selesai; jika memunggungi perasaan saja sukar tergapai.
Barangkali, takdir memang sengaja. Kita dibiarkan digaris kisah yang (tak) selesai. Nafas kesedihan menguar, di punggung-punggung kecemasan yang melangkah menjauh; namun salah terasa mengikuti ketika aku akan membuka hati.
Sialnya ditinggal tanpa ada kata selesai, aku melangkah namun tak berani memulai; seperti ada hutang padahal aku yang ditinggal.
/bukan bidadari/
