Sepertinya kala sengaja, menyelundupkan aku pada kesuaran di ujung senja.
Pementasan kita yang tak pernah terbaca sebagai kata dalam buku cerita,
seakan menarik aku menuju sebuah dimensi;
dengan suar-suar ilusi.Jendela-jendela terbuka,
menarik kita untuk lebih lama bercengkrama,
di bawah payung nadir cakrawala,
kita mengecup rasa yang bersemayam di dada.Sebelum hening kembali menyeret,
dengan kesepian-kesepian yang berderet.
Kita abadikan di kala-nya ilusi;
yang menghidupkan kita lebih tinggi.Sebelum cemas meremas,
dan gamang meremang,
kita adalah dua kupu yang bebas,
bercinta di antara waktu jeda menuju renjananya kesunyian.
Yang menjadi keabadian dari kesedihan.Suar ilusi;
detak kala di waktu berbeda,
yang hanya hidup di kepala./bukan bidadari/