Third Part

851 127 1
                                    

🔹🔹🔹

Naruto menunduk sedih. Ini merupakan hari bahagia untuknya. Namun yang ia rasakan adalah sebaliknya.

Hari ini hari dimana ia akan lulus di Tokyo Institute of Technology sebagai college student dengan nilai tertinggi. Suatu kebanggaan tersendiri. Apalagi hari ini ia ditemani oleh kedua orang tuanya.

Namikaze Minato. Seorang deputy leader Partai Demokratik Konstitusional Jepang. Sedangkan Uzumaki Kushina adalah seorang anggota majelis tinggi partai tersebut. Tidak heran jika seluruh penghuni universitas mengenal dua tokoh negara tadi.

"Naruto, kenapa kau terlihat lesu? Apa kau sakit?" tanya Minato hati-hati.

Naruto menatap wajah ayahnya ceria. Dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir. Jadi yang ia lakukan hanyalah tersenyum lebar. Memvisualisasikan seolah ia baik-baik saja.

"Tentu saja aku baik, Tou-san. Aku hanya bersedih, aku bukanlah seorang college student lagi," jawab Naruto.

Minato hanya tertawa, tertawa formalitas karena dengan jelas ia melihat kilatan mata Naruto mengatakan hal lain. Ia rasa putra tunggalnya butuh waktu untuk bercerita.

"Tou-san, aku pergi dulu. Shikaku Jii-san ingin berbincang dengan mu, 'kan?"

Minato mengangguk. Membiarkan Naruto pergi entah kemana.

Sedangkan Naruto, berjalan pelan menuju fakultas hukum, tempat sang pujaan hatinya menimba ilmu. Ia ingin sekali mengungkapkan perasaannya. Namun ia takut Hinata tidak memiliki perasaan yang sama. Jadi lebih baik ia memendamnya saja.

"Uzumaki-senpai, untuk apa Anda berdiri di sini?"

"Oh, itu, bisakah kau mem--berikan ini pada Hyuuga Hinata? I--ini dari orang tuaku," ucap Naruto terbata, "emm-- Hinata pernah menolong mereka," tambahnya cepat sebelum sang kouhai berpikiran macam-macam.

"Aaa, baiklah. Aku akan memberikannya," jawab sang kouhai.

Naruto tersenyum kemudian berucap, "Terima kasih banyak." sambil berojigi dengan kouhainya.

"Sama-sama, Uzumaki-senpai."

Naruto tersenyum kecil. Ia menatap kado berbungkus biru lembut yang berada di tangan kouhainya dengan tatapan berbinar. Ia mengaku payah. Tidak berani memberikan kadonya sendiri. Harus melalui perantara.

"Naruto!"

Naruto menoleh saat telinganya menangkap suara sang ibu. Dan benar saja, di belakangnya sang ayah dan ibu tengah berjalan mendekatinya.

Naruto tersenyum lebar. Kemudian berlari memeluk sang ibu tanpa memperhatikan keadaan sekitar.

"Kaa-san, Tou-san, my hero is you guys," ucap Naruto.

"No dear, you are our hero now," balas Minato.

Kushina mengelus surai pirang Naruto dengan lembut. Mereka bertiga, Naruto, Minato, dan Kushina, saling berpelukan di koridor universitas. Menunjukkan betapa harmonisnya hubungan keluarga mereka.

🔹🔹🔹

🔹🔹🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm Your Secret Protector [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang