Second Part

917 139 0
                                    

🔹🔹🔹

Hyuuga Hinata menunggu bus umum di halte tak jauh dari universitas tempatnya belajar. Sayang sekali, cuaca teramat tidak mendukung sebab hujan turun dengan deras. Dan gadis tersebut tidak bisa melakukan apapun kecuali menunggu bus umum datang.

"Kurasa sedikit kehujanan tidak masalah," ucap Hinata teredam suara hujan deras.

Tiba-tiba sebuah payung putih tersodor di hadapannya. Dia menolehkan kepala. Menatap wanita paruh baya yang tersenyum lembut ke arahnya.

"Ambillah, kau lebih membutuhkannya," ucap wanita paruh baya tersebut.

Hinata menggelengkan kepalanya. Dia menolak dengan sopan pemberian wanita paruh baya tadi.

"Tidak perlu, Baa-san. Baa-san juga membutuhkannya."

"Tidak, baa-san akan dijemput oleh anak baa-san. Jadi ambillah, tidak baik menolak pemberian wanita tua."

Akhirnya Hinata menerima payung tersebut. Berterima kasih dengan senyum lebar yang tanpa sadar membuat seseorang yang tengah menatapnya dari balik kaca mobil merona malu.

Bus yang ditunggu Hinata telah tiba. Ia segera kembali berterima kasih pada wanita paruh baya tadi dan berpamitan pergi.

Setelah memastikan keadaan aman. Sebuah mobil mendekati halte bus yang Hinata gunakan untuk menunggu angkutan umum tadi. Sosok bersweater biru gelap keluar dari mobil tersebut.

"Baa-san, terima kasih sudah menolong saya. Sebagai imbalan--"

"Eh, tidak perlu, Nak. Baa-san ikhlas menolong. Lagipula kenapa tidak memberikannya sendiri, hm?"

"E--eto, rahasia Baa-san."

Dan wanita paruh baya tersebut hanya terkekeh geli.

🔹🔹🔹

"Hyuuga, gantikan hukumanku!" perintah seorang gadis bersurai merah muda dengan nada congkaknya.

Ia melemparkan sebuah buku tulis tepat di meja kantin yang Hinata gunakan. Membuat sebagian penghuni kantin menoleh pada kedua sosok tersebut.

"Haruno-san, seharusnya kau mengerjakan hukuman mu sendiri. Lagipula, dimana laptop mu? Kenapa kau mengerjakannya di buku tulis?"

"Kauuu, beraninya melawanku!"

Sakura membentak Hinata dan menggebrak meja di hadapannya. Membuat darah seorang Uzumaki Naruto mendidih karena menahan emosi. Bahkan garpu di tangannya ia cengkram kuat-kuat.

' Plakk '

Naruto hampir saja berdiri jika saja Gaara tidak menahannya. Dia menatap nyalang mata jade Gaara yang dibalas gelengan kepala oleh si empunya.

"Tenanglah, rahasia mu akan terbongkar. Aku yakin Hinata gadis yang jenius dan peka keadaan sekitar," bisik Gaara.

Naruto hanya bisa menghela napas. Berusaha meredakan amarahnya dengan menghabiskan segelas jus jeruk dingin yang ia pesan. Kedua sapphire miliknya berkilat marah, menatap tajam sosok gadis yang tengah memarahi pujaan hatinya.

"Kerjakan sekarang, jika tidak selesai, kau tahu akibatnya," ucap Sakura.

Gadis itu benar-benar berhasil membuat Uzumaki Naruto murka. Dan yang paling Naruto sesali adalah dia tidak berkesempatan menolong pujaan hatinya dari perundungan yang Sakura lakukan.

Hal selanjutnya yang terjadi adalah Hinata yang dengan lesu mulai mengerjakan apa yang Sakura perintahkan. Bahkan sesekali beberapa gadis dan laki-laki dengan sengaja mengolok dan mengganggunya. Membuat seorang Uzumaki Naruto merasa kesal berkali-kali lipat.

"Maafkan aku, Hinata. Aku tidak bisa menolong mu kali ini," bisik Naruto kemudian pergi meninggalkan Hinata karena akan memulai mata kuliahnya.

Setidaknya hari itu Naruto sadar. Menjadi pahlawan di balik bayangan memang sebuah kesulitan. Namun ia tidak bisa langsung berkoar, membentak siapa saja yang berani mengganggu pujaan hatinya. Menurutnya ini bukan saat yang tepat.

Naruto tidak ingin dianggap pahlawan oleh Hinata. Karena itu ia melakukannya diam-diam.

🔹🔹🔹

🔹🔹🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm Your Secret Protector [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang