Kini jam pelajaran sejarah sedang berlangsung. Ada sebagian anak yang memerhatikan guru didepan, dan ada juga yang sibuk sendiri.Seperti Alvaro contohnya. Karena ia duduk paling belakang dan dipojok, ia kini sedang tertidur pulas. Walau ini masih jam pertama, tapi ia sangat malas untuk mendengarkan guru didepan.
Guru-guru pun sudah tidak heran lagi jika nilai Alvaro selalu jelek.
Sampai jam sudah berganti pun ia masih tertidur.
"Woi Al, bangun oy! Kuy mabar." ajak Adit. Merasa ada yang menyenggol lengannya, Alvaro pun terbangun. "Hoamm.. Mana tuh guru? Udah selesai?" tanya Alvaro yang masih setengah sadar.
"Udah keluar lah. 2 jam tidur, niat sekolah gak sih lo?" ucap Vania. Alvaro menoleh dengan tatapan kesal. "Terserah gue dong! Mau gue tidur kek, bukan urusan lo." balas Alvaro.
Vania hanya membalas dengan tatapan malas. "Terserah." ucap Vania kesal. "Cepetan lo pada bayar kas. Males banget kalo bayar kas." ucap Vania.
"Kok jadi lo yang narik in kas? Bukannya si Sinta?" tanya Rey. "Sinta gak masuk. Udah gak usah tanya-tanya, cepet bayar." jawab Vania.
"Sewot aja lo! Ogah ah gue. Males bayarrr..." ucap Alvaro. "Bayar gak lo! Lo pada juga." ucap Vania kepada Adit, Rey dan Farrel.
"Nyicil ya van?" tawar Farrel. "5 ribu doang anjir, masih nyicil aja lo." balas Vania. "Udah cepet. Tinggal lo pada nih yang belum." ucap Vania.
Mereka pun memberikan uang kas kecuali Alvaro. "Lo mana??" tanya Vania. "Kan gue udah bilang tadi, gue males bayar." balas Alvaro santai. Vania menghela napas, "sabar yaallah." ucapnya sambil menepuk pelan dadanya.
"Bayar gak lo?! Kalo gini kapan bayar nya? Hah?!" kesal Vania. "Gue gak mau!" balas Alvaro. "Alvaro!! Lo gak buat gue marah sehari aja bisa gak sih?!!" tanya Vania marah.
"Enggak. Siapa suruh lo marah."
Melihat Vania yang sudah marah besar itu, Rachel dan Fely pun menarik tangan Vania dan menjauh dari Alvaro.
Kini mereka bertiga sudah didepan kelas. "Lo ngapain narik gue? Harus dikasih pelajaran tu anak!" tegas Vania.
"Udah Van, gue bosen nih denger lo berantem mulu sama Alvaro." ucap Fely. "Lo pikir gue gak bosen? Gue juga bosen kali, berurusan sama dia." balas Vania.
"Ck udah-udah. Mending sekarang lo setor uangnya." ucap Rachel. "Hhhh.. Yaudah, ayo lo pada juga ikut." ajak Vania.
Mereka pun pergi ke ruang guru untuk setor uang kas.
Setelah selesai setor, mereka pun keluar dari ruang guru. Saat hendak keluar, mereka bertiga dipanggil oleh salah satu guru.
Merasa dipanggil, mereka bertiga pun menghampiri guru tersebut.
"Sekarang lagi pelajaran saya kan?" tanya Bu Ita. "Iya bu." jawab Rachel. "Bilang ke yang lain kalau saya sekarang tidak bisa mengajar dikelas, karena ada pekerjaan. Jadi saya kasih tugas mengerjakan halaman 45 sampai 55." jelas Bu Ita.
"Eh bu! Gak kebanyakan itu bu??" tanya Fely. Bu Itu tertawa pelan, "nggak kok. Ini dikumpulin pelajaran saya selanjutnya." ucap Bu Ita.
"Ohh." Fely mengangguk. "Yaudah bu, kita permisi ya." pamit Vania. Dan Bu Ita membalasnya dengan anggukan sambil tersenyum.
Mereka bertiga pun keluar dari ruang guru. "Malu-maluin lo fel." ucap Rachel. "Ih, kan gue kaget. Gue pikir dikumpulin hari ini." balas Fely. Rachel memutar matanya malas.
ㅡㅇㅡ
Jam istirahat baru saja berbunyi, seluruh murid SMA Pelita Bangsa langsung pergi menuju kantin. Sama halnya dengan Vania dan kedua temannya.
Mereka kini sedang mencari tempat duduk kosong.
"Disana aja, kosong tuh." ucap Vania sambil menunjuk tempat duduk kosong. Rachel dan Fely pun menoleh kearah Vania tunjuk.
"Lo yakin?" tanya Rachel. Vania mengangguk. "Itu kan tempat yang biasa ditempati Alvaro sama temen-temenya." ucap Rachel.
"Eh, Iya ya? Yaudah deh gak jadi, males gue berurusan sama dia." ucap Vania. "Disitu aja, ada yang kosong tuh." ucap Fely.
Mereka pun pergi ke tempat duduk tersebut.
"Mau makan apa?" tanya Rachel. "Gue batagor aja, minumnya air putih." ucap Vania. "Gue soto, minumnya es teh." ucap Fely. "Yaudah mana uangnya" balas Rachel. Vania dan Fely memberikan uang mereka pada Rachel.
Rachel pun pergi untuk membeli makanan.
Tak lama kemudian, Alvaro dan teman-temannya datang kekantin. Saat itu pun, banyak sekali yang berbisik tentang ketampanan keempat orang itu.
Vania yang mendengar bisikan-bisikan itu pun menatap malas. "Alay banget sih." ucap Vania. Fely yang tadi fokus pada ponselnya pun menoleh kearah Vania tatap. Terlihat Alvaro yang sedang diberikan bekal makanan oleh salah satu adek kelas.
Fely menoleh lagi pada Vania. "Kenapa? Lo cemburu?" tanya Fely. "Idih, siapa juga yang cemburu?" sewot Vania. "Lo." balas Fely.
"Gue lempar kecap nih." ucap Vania sambil memegang botol kecap kepada Fely. Fely mencengir, "eh canda-canda." ucap Fely. Vania menatap malas Fely.
"Liat tuh, sok kegantengan banget anjir." ucap Vania. Fely yang melihat itu pun angkat bicara, "emang kenapa sih lo kok benci banget sama dia? Dari kelas 10 lho." tanya Fely.
"Dia itu selalu usilin gue fel, dari kelas 10 bayangin. Gimana gue gak marah coba?" balas Vania. "Yaa tapi lo gak penasaran gitu kenapa kok dia selalu usilin lo? Gimana kalo dia suka lagi sama lo?" tanya Fely.
"Dih amit-amit fel. Gue gak mau kali sama dia." jawab Vania sambil bergidik ngeri. "Hati-hati lo, nanti kemakan omongan sendiri." ucap Fely. "Terserah lo."
Tak lama kemudian, Rachel datang sambil membawa nampan yang berisikan makanan pesanan Fely dan Vania.
"Nih makanannya." ucap Rachel sambil menaruh nampan dimeja. "Makasih Rachel ku." ucap mereka berdua bebarengan.
"Iyaaa." balas Rachel.
Mereka bertiga pun menghabiskan makanannya masing-masing.
ㅡㅇㅡ
Vote & Comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO
Teen Fiction~Alvaro Marcello Anindito, siapa yang tak mengenalnya? Hampir seluruh murid SMA Pelita Bangsa mengenalnya, bahkan guru-guru pun juga mengenalnya. Sikap nakal, usil dan malas itu lah yang menjadi ciri khas dari seorang Alvaro dan ketiga temannya. Wal...