Sekarang sudah jam terakhir pelajaran, dan Alvaro dan teman-temannya kini sedang berada di rooftop.Akhirnya mereka dapat pergi ke rooftop tanpa ketahuan guru BP. Setelah berhasil pergi ke rooftop, Rey langsung mengunci pintu rooftop agar tidak ada guru yang masuk.
Dia bisa mendapatkan kunci itu pun karena ia bekerja sama dengan Farrel.
Kini mereka semua sedang bermain UNO bersama. Dan dari tadi Farrel lah yang selalu saja kalah dalam permainan itu.
"Ah! Males main lagi gue. Dari tadi kalah mulu!" kesal Farrel. Yang lain hanya tertawa puas.
"Lemah sih lo." balas Adit. "Heh! Lo tadi juga kalah bambang!" ucap Farrel tidak terima. "Cuma sekali doang gue kalah." balas Adit lagi.
"Udah cepet pilih truth or dare?" tanya Rey. "truth" jawab Farrel. "Dare aja kali." ucap Alvaro.
"Gue dari tadi udah sering pilih Dare bego! Belum juga tantangan yang harus gue lakuin buat besok." kesal Farrel.
"Hahahaa. Santai bro." ucap Rey. "Siapa lawan jenis yang sering terlintas dipikiran lo?" tanya Rey.
"Kagak ada anjir! Lo pikir gue homo apa?!" sewot Farrel sambil menoyor kepala Rey. "Jawab rel." ucap Alvaro sambil terkekeh.
"Dih, orang gak ada njir." balas Farrel.
"Terserah kali, siapa kek?" tanya Adit. Farrel tampak berpikir. "Hmm, Pak joko." jawab Farrel asal.
Mendengar jawaban Farrel, membuat Alvaro dan yang lain tertawa kencang.
"Lah bangke. Lo ngapain mikirin Pak Joko? Suka kangen lo sama kumis nya?" tanya Alvaro sambil tertawa.
"Kagak anjir, ngasal gue." ucap Farrel. "Tapi kadang kumis nya Pak Joko ngangenin tau." lanjut Farrel.
Adit yang ada di samping Farrel pun menoyor pelan kepala Farrel. "Gini nih kalo punya temen gesrek." ucap Adit.
"Udah ah! Lanjut." ucap Farrel.
Saat Farrel sedang mengocok kartu, bel pulang pun berbunyi.
"Terakhir cuy, gue habis ini mau cabut." ucap Adit. "Iya sama, gue juga disuruh jemput kakak gue." balas Farrel.
Rey dan Alvaro pun mengangguk setuju.
Beberapa menit kemudian, mereka menyelesaikan permainan. Dan kali ini Alvaro lah yang kalah.
"Yeaah! Akhirnya lo kalah juga." ucap Farrel semangat. Alvaro menatap malas kearah Farrel, "ck, gue pilih dare." balas Alvaro.
"Wah, gue demen nih kalo dare. Apaan dah?" tanya Rey ke Adit dan Farrel. Mereka bertiga tampak berpikir.
"Lama." ucap Alvaro.
"Aha! Gue tau, lo harus pulang bareng sama Vania." seru Adit semangat. "Gue setuju!" semangat Farrel.
"Idih, ogah gue!" tolak Alvaro. "Weh gak boleh nolak." ucap Rey. "Tau tuh, lo cuma sekali Al, gue berkali-kali." balas Farrel.
"Ck, yaudah-yaudah gue terima tantangan nya." ucap Alvaro sambil mengambil tas nya, "ayo pulang." lanjut Alvaro.
"Widih, ada yang gak sabar nih buat goncengan sama Vania." goda Farrel. Alvaro menoleh. "Lo katanya tadi mau jemput kakak lo, gak pulang lo? Nginep disini?" kesal Alvaro.
"Eh enggak-enggak." balas Farrel. Adit dan Rey yang melihat itu pun tertawa.
ㅡㅇㅡ
Kini mereka ber-4 tengah mengambil motor mereka masing-masing. Setelah itu mereka keluar sekolah bersama. Murid-murid yang masih ada disekolah pun melihat mereka ber-4 dan memujinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO
Teen Fiction~Alvaro Marcello Anindito, siapa yang tak mengenalnya? Hampir seluruh murid SMA Pelita Bangsa mengenalnya, bahkan guru-guru pun juga mengenalnya. Sikap nakal, usil dan malas itu lah yang menjadi ciri khas dari seorang Alvaro dan ketiga temannya. Wal...