Vania terbangun dari tidurnya saat mendengar suara alarm yang ia setel semalam. Ia langsung mematikan alarm tersebut dan segera beranjak dari kasurnya.Vania mengambil handuk yang ia gantungkan didekat lemari lalu masuk kedalam kekamar mandi.
Beberapa menit kemudian, ia selesai mandi dan memakai seragam sekolah nya, ia tak lupa untuk melaksanakan kewajibannya sebagai orang muslim.
Ia pun mengambil mukenah dan melaksanakan sholat subuh dengan khusyuk.
Setelah sholat, Vania langsung mengambil tas ranselnya dan tas kresek berisi bahan untuk mading yang ia beli kemarin. Ia lalu segera keluar kamar dan turun ke lantai bawah.
Diruang makan, ia hanya mendapati mamanya yang sedang mengoleskan selai kacang diatas roti gandum.
"Pagi ma.."
Mama Vania menoleh pada Vania, "pagi juga sayang, ayo sini duduk." Vania pun menghampiri mamanya dan duduk di dekat mamanya.
"Ma, nanti Vania pulang nya telatan lagi ya." ucap Vania sambil mengoleskan selai coklat diatas roti tanpa pinggiran itu.
Mama nya mengerutkan dahi. "Emang kenapa?" tanya Mamanya. "Vania mau ngerjain mading kelas dulu, kan mama tau aku ditunjuk." jawab Vania. Mamanya hanya mengangguk.
"Yaudah iya, tapi jangan lupa makan ya nanti, soalnya pasti kamu pulangnya agak maghrib an." ucap mama Vania yang mengingatkan anaknya itu.
Vania mengangguk, "iya ma."
Hening. Mereka berdua sibuk dengan sarapannya masing-masing.
"Vania kangen dulu deh ma... Rame. Sekarang sepi." ucap Vania tiba-tiba. Mama Vania yang melihat anaknya murung itu pun tersenyum sambil mengusap kepala Vania.
"Kan papa lagi ditugasin diluar negri, itu pun juga buat kebutuhannya Vania kan. Dan kakak kamu juga udah nikah, punya kehidupan baru, dan dia juga harus ngurusin suaminya. Masa dia harus tinggal disini terus." ucap mama Vania menasehati Vania.
"Iya sih.." ucap Vania.
"Yaudah, cepet habisin itu susunya. Terus berangkat, nanti terlambat lho."
"Iya ma." balas Vania.
ㅡㅇㅡ
Alvaro pov*
Alvaro kini masih berada dikamarnya. Padahal sekarang sudah jam setengah 7, tetapi Alvaro masih berada di alam mimpinya.
Hingga ia merasakan ada yang menggoyang-goyang kan badannya.
"Hngg..."
"ABANG!!!" teriak gadis kecil yang berada di samping kasur Alvaro. Alvaro yang mendengar adik nya berteriak, lantas ia langsung membuka matanya.
"Aduh! Apaansih?!" kesal Alvaro. "Bangun bang!! Gak sekolah apa?" tanya Elvina atau biasa dipanggil Vina.
"Lo sendiri gak sekolah?" bukannya menjawab, Alvaro malah kembali bertanya.
"Idih, Vina aduin nih. BUNDAAA, ABANG NGOMONGNYA PAKE LO-GUㅡ" teriakan Vina terpotong karena Alvaro segera membekap mulut Vina.
"Eh iya-iya dek, abang kan spontan ngomongnya. Kamu sih." ucap Alvaro. Tangannya yang masih menutup mulut Vina pun melepaskannya.
"Udah sana mandi, bunda tadi ngomel-ngomel." ucap Vina sambil berjalan keluar.
Alvaro berjalan ke arah kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.
Beberapa menit kemudian, Alvaro turun kelantai bawah dan berjalan ke arah adik ketiga nya yang sedang bermain mobil-mobilan.
"Halo adek." Alvaro mengusap kepala adik laki-lakinya itu. Adik nya yang bernama Elvano itu menoleh kearah Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO
Teen Fiction~Alvaro Marcello Anindito, siapa yang tak mengenalnya? Hampir seluruh murid SMA Pelita Bangsa mengenalnya, bahkan guru-guru pun juga mengenalnya. Sikap nakal, usil dan malas itu lah yang menjadi ciri khas dari seorang Alvaro dan ketiga temannya. Wal...