PART 19

2.7K 419 10
                                    

Orang berlulalang ditengah angin yang berhembus mendayu begitu lembut, walaupun terasa mencubit tak menghentikan aktivitas dikota besar ketika langit telah menyentuh ujung samudra dan bersiap terbenam untuk menyampaikan malam.

Sosok pria berkulit pucat itu tetap melangkahkan kakinya diatas trotoar yang begitu dingin, dengan jaket tipis yang membungkus tubuh mungilnya, seolah angin musim dingin tak mampu menyakiti tubuhnya karena mereka bersahabat.

Kakinya berhenti melangkah ketika sebuah billboard baru saja menyala disana, begitu besar dan membuat pria pucat itu mendongak, tersenyum begitu hangat ketika Jeon Jungkook ada disana, pada billbiard besar tengah kota.

"Jungkook-ah?"

Ditengah keramaian itu Park Yoongi bergumam, menghalangi laju orang dibalik punggung kecil itu—berhenti untuk sekedar menyampaikan perasaan yang bahkan tak bisa ia sampaikan, pada siapapun, bahkan pendampingnya sekalipun.

"Ah—Jika tidak ada kau, aku sudah bunuh diri sepertinya" ucap Yoongi penuh keputusasaan, mata hitamnya tampak kelam dengan kulit yang terlihat semakin pucat.

Deringai ponsel yang tak kunjung berhenti itu membuat Yoongi mengalah, meraih ponsel hitam pipih hingga senyuman beserta air mata pun kembali muncul membasahi pipinya.

'Jiminie'

Yoongi mengusapkan ibu jari pada nama yang tertera disana, begitu lembut layaknya Yoongi yang tengah menyentuh permen kapas. Walaupun nyatanya nama itu tak selembut yang Yoongi pikirkan—Hanya saja, Yoongi tak ingin memberitahu keburukannya, pada Jimin.

"Maafkan aku membohongimu, eoh?" ucapYoongi yang kembali bergumam dengan suara yang gemetar, mencoba menahan tangis dan mengangkat pandangannya, menatap langit yang benar kehilangan jingga.

Yoongi kembali memasukan ponsel kedalam saku jaket, mengabaikan panggilan itu dengan segala ketakutan dan penyesalannya. Hingga pandangan itu pun melirik pada televisi besar.

'Saham Min Corp terus mengalami penurunan—'

Yoongi tertawa sebelum isakan tangisnya tak mampu ia tahan—Ia menyentuh kaca yang menghalanginya untuk menyentuh televisi besar itu—Ia tak seharusnya meninggalkan Min Corp demi Park Jimin

Ia seharusnya berterima kasih pada keluarga Min karena telah mengangkat derajatnya lebih baik—Ia seharusnya menuruti keluarga Min, untuk tetap melakukan pekerjaan kotornya bahkan setelah menikah.

"Eomma—Aku harus bagaimana—"

***

Mentari menghilang, saat itu pula para penikmat malam mulai memperlihatkan batang hidungnya—Seperti kelelawar yang aktif ketika malam dan tidur ketika siang.

Seperti itu juga pria berambut hitam dengan manik hazel yang tengah melangkah di lobby perusahaan yang sepi karena jam kantor telah usai.

Ia melangkah dengan pakaian mah mahal serta keangkuhan yang terlihat, menaiki lift hingga ia pun sampai pada lantai yang begitu megah, ruangan rapat dimana hanya beberapa orang didalamnya.

Kim Taehyung menyeringai ketika ia menemukan sosok pria berjas yang telah menunggu hingga ketika pria itu melirik Taehyung kembali dalam raut wajah datarnya. Pria berambut coklat gelap itu bangkit dan membungkukan tubuh—Dengan Taehyung yang hanya mengangguk dan duduk dikursi kuasa.

"Aku tak menyangka jika V Corp memberikanku kesempatan untuk bekerja sama" ucap pria berambut coklat gelap yang kembali mendapatkan anggukan angkuh dari Taehyung yang kini bersiap untuk memperhatikan apa yang akan di tawarkan oleh Lee Jingoo, pemilik perusahaan KV Corp.

WINTER FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang