'Dia depresi berat—'
'Aku takut terjadi kerusakan pada otaknya—Ah sungguh aku ingin membawanya kerumah sakit'
'Percaya padaku—Dia sangat ingin hidup—'
'Kau tahu? Saat membicarakan Kim Taehyung dia terlihat hidup—Mungkin pria itu bisa membantunya'
Yoongi menatap kosong kearah jendela besar, menunggu Jungkook yang tengah mempersiapkan diri untuk acara pemotretan setelah pemeriksa dengan Kim Seokjin yang telah pergi kerumah sakit .
Bahkan mengenai keanehan Jimin yang mengajaknya bicara ketika makan siangpun total terabaikan, walaupun dalam hati Yoongi ketakutan karena apapun yang terjadi, Yoongi mencintai Park Jimin—melebihi apapun.
Tanpa Yoongi sadari, Jungkook telah berdiri dihadapannya dengan sweater oversize serta jaket berwarna maroon bahkan tas ransel pada punggungnya. Jungkook menatap Yoongi yang melamun begitu panjang sambil mengigit ibu jari, membuat Jungkok menggenggam pergelangan tangan itu dan membuat Yoongi tersadar.
"Oh—Kau sudah siap? Ayo kita berangkat—" ucap Yoongi yang bangkti namun dihentikan oleh Jungkook yang kini merengkuh tubuh kecilnya—mengetahui jika Yoongi tengah mengkhawatirkan sesuatu.
"Semuanya akan baik- baik saja hyung" ucap Jungkook hingga Yoongi pun tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya sambil membalas pelukan pemuda yang selalu berada didekatnya.
"Ayo kita berangkat—kata Seijin perusahaan besar kembali memilih mu untuk jadi brand ambassadornya" ucap Yoongi yang melepaskan pelukan itu dan melihat Jungkook yang tampak sombong dihadapannya.
"Ah—bagaimana ini aku semakin terkenal"
Yoongi menatap tak percaya pada Jungkook, membuat lengannya kini merangkul pundak sempit itu dan membawanya kearah pintu keluar.
"Karena itu—Kau harus mentraktirku makan malam, bodoh" ucap Yoongi yang semakin mengeratkan rangkulannya, membuat Jungkook tertawa kecil.
"Tapi uangmu lebih banyak hyung—aku tidak mau!"
Jungkook mencoba membela dan melepaskan rangkulan itu, membuat nya segera berlari kearah lift meninggalkan Yoongi dengan tawa kecilnya.
"Ah—Bahagialah terus, Jungkook-ah"
***
Salju tampak berhenti menumpuk diatas jalanan berwarna abu itu, hanya sisa sisa semalam yang membuat jalanan sedikit licin hingga beberapa orang menggunakan sepatu boots untuk menjaganya agar tidak tergelincir.
Hanya saja, pria pucat itu tampaknya melangkah terburu- buru kearah perusahaan megah milik pendampingnya. Ia menekan tombol lift dan mengarah pada lantai teratas sebelum seorang sekertaris melarangnya masuk.
"Mwo? Dia melarangku masuk?" ucap Yoongi dengan matanya yang kini sedikit memerah, menahan tangis karena marah dan karena kecewa untuk kali ini. Namun, ia tetap melangkah masuk dan menemukan manik karamel yang menatapnya disana.
"Bukankah ku katakan untuk bertemu di resto saat makan siang?"
Yoongi terdiam merasa ada yang berbeda dengan pria Park itu—Tak ada raut wajah kehangatan seperti biasanya, membuat suhu tubuhnya kini menurun drastis walaupun kakinya tetap melangkah mendekat,
"Bukankah kau berjanji agar Jungkook tidak berurusan dengan perusahaan Jingoo?" ucap Yoongi yang kini mengepalkan tangannya, memberanikan diri ketika Park Jimin hanya menatapnya bahkan terlihat sedikit kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER FLOWER
RomanceUntukku, cahaya putih yang menyebar dilangit musim dingin itu adalah mentari yang bersinar begitu cerah dah indah. Dingin, namun tetap membuatku mekar--walaupun dalam sepi dan menyedihkan dibawah jejak kaki yang kemudian tertimbun lalu mati. Namun...