Salju itu tampaknya tak menunjukkan tanda akan berhenti, semalaman bahkan ketika mentari akan terbit sebentar lagi melewati laskar dalam keadaan langitnya yang begitu gelap seolah petaka akan datang.
Sosok pemuda yang kini tengah tertidur berbalutkan selimut tebal itu tampaknya mulai mengerjap, kelopak mata indahnya perlahan tebruka, namun sedetik kemudian mata itu membulat sempurna.
Jeon Jungkook tersentak ketika tubuhnya tak mampu ia gerakan, terasa begitu kaku dan sakit. Mata hitam itu menyusuri ruangan yang tampak remang, ruangan yang selalu menjadi teman sepinya.
Pikirannya kembali melayang pada kejadian semalam, ketika salju turun membasahi permukaan dan permintaan yang katanya akan dikabulkan.
Nyatanya, Jungkook masih mampu membuka mata ketika tubuhnya tak mampu bergerak. Air mata itu kembali menetes tanpa suara karena dirinya kembali hidup. Tak ada yang berani menyentuhnya, tak ada yang berani membunuhnya bahkan pria itu. Pria yang berada dalam kegelapan dengan suara husky dan aroma lavendernya.
Jungkook tak mampu mengendalikan emosinya, ketika ia ingin mengakhiri hidup, ketika ia merasa begitu lelah namun tak ada yang bisa dilakukan, bahkan pria itu, pria yang memegang revolver itu tak juga membunuhnya.
Isakan tangis pun terdengar penuh ketakutan, kebingungan, bahkan keputusasaan mengenai apa yang harus ia lakukan, keputusan apa yang harus diambilnya. Kembali menjadi bintang besar dan meminta perlindungan pada media, atau mati ditangan orang lain, siapapun karena ia benar merasa lelah.
"Kena—pa dia tidak melaku—kannya—"
Suara lemah itu sukses menghasilkan langakah kaki yang terburu- buru, hingga pintu ruangan itu pun terbuka menampakkan sosok pria berkulit pucat dengan manik hitam yang sedikit sayu, karena dirinya kembali mndapati Jungkook menangis.
"Jungkook-ah? Hyung disini, eoh?"
Park Yoongi, pria itu bersuara penuh kelembutan, duduk ditepi kasur tepat disamping pemuda yang menangis tanpa mampu menggerakkan tubuhnya. Mata yang seharusnya berbinar itu kembali kelam, dengan pemiliknya yang berusaha menatap Yoongi.
"Hyungie—Kenapa—dia tidak—melakukannya?" Lirih Jungkook penuh keputusasaan, dengan Yoongi yang masih tak mengerti apa yang terjadi. Ia hanya mampu terdiam dan mengusap lembut rambut Jungkook yang kini kembali basah karena keringat, tanda pemuda itu kembali ketakutan.
"Dia berkata—Dia akan melakukannya—Hyungie!"
"Ayo lakukan euthanasia hyungie! Ku mohon!"
"Hyungie!"
Jungkook meracau dengan air matanya yang terus menetes membasahi pipi tirus itu, membasahi dunianya yang semakin gelap dan semakin terasa kelam karena musim dingin menyapa.
Yoongi menggelengkan kepala pelan,menghapus jejak air mata Jungkook perlahan dengan air matanya yang juga menggenang disana. Yoongi hilang akal kali ini, pemuda itu tidak bahagia namun Yoongi juga tidak ingin Jungkook melakukan euthanasia ataupun bunuh diri seperti itu.
Jungkook selalu meminta maaf pada Yoongi setiap kali percobaan bunuh diri nya gagal karena ia kembali hidup dan akan kembali menyulitkan Yoongi. Yoongi hilang akal ia tak lagi mengerti apa yang harus dilakukannya pada Jungkook.
Yoongi tahu, dan Yoongi sadar, Jungkook tidak dalam keadaan baik- baik saja.
"Dia tidak akan membunuh mu—Tak akan ada yang membunuhmu" ucap Yoongi menenangkan, walaupun Yoongi yakin Jungkook tak akan pernah melupakan tulisan pada kaca beberapa tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER FLOWER
RomansUntukku, cahaya putih yang menyebar dilangit musim dingin itu adalah mentari yang bersinar begitu cerah dah indah. Dingin, namun tetap membuatku mekar--walaupun dalam sepi dan menyedihkan dibawah jejak kaki yang kemudian tertimbun lalu mati. Namun...