"Bagus ya, enak banget di gendong sama pangeran" sinis Reina.
"Gue juga ogah kali di gendong sama pangeran lo!" balas Audy.
Ya ini lah Reina yang sesungguhnya, tak banyak yang tahu sifat aslinya yang satu ini. Sangat terobsesi untuk memiliki Prince.
"Gue peringatin lo! Sekali lagi lo berani deketin Prince, gue bakal kasih perhitungan ke lo!" ancam Reina dengan tangan menunjuk-nunjuk wajah Audy.
Entah keberanian dari mana Audy menepis tangan Reina yang berada di depan wajahnya.
"Siapa juga yang deketin pangeran lo itu ha?!" sentaknya tak kalah sengit. Menekankan pada kata 'pangeran'
"Oh jadi lo udah berani sama gue hah?!" Reina mencengram kedua pipi Audy.
Audy merintih kesakitan.
Tiba-tiba pintu UKS terbuka.
"Permisi" ucap sesorang.
Sontak Reina melepaskan cengkramannya pada pipi Audy, dan tersenyum manis pada seseorang yang masuk tadi. Seorang lelaki tampan berkacamata.
Mulai lagi! Batin Audy jengah.
"Eh ada orang, aku kira UKS kosong" ujar Rey, anak kelas sebelah. Anak itu cukup akrab dengan Audy maupun Reina.
"Iya nih Rey, Audy sakit. Kena bola tadi" ujar Reina sambil mengelus kepala Audy.
Ingin sekali Audy menjauhkan tangan Reina, tapi ia tak mau menambah banyak masalah lagi.
"Oh yaudah kalo gitu. Aku cuma mau ngambil perban, dahh Kak Reina, Audy. Cepet sembuh" pamitnya melambaikan tangannya ringan.
"Byee Rey" balas Reina.
Audy langsung menepis tangan Reina yang ada di atas kepalanya.
"G-gausah sentuh!" suara Audy terbata, inilah ia, Audy yang lemah, tidak punya cukup keberanian untuk melawan Reina.
"Cih, gue juga males kali nyentuh lo. Dasar kuman!" bentak Reina lalu pergi meninggalkan Audy.
🌼🌼🌼
Audy berjalan pelan menuju kelasnya, dengan kepala menunduk. Mengabaikan banyak tatapan orang terhadapnya.
Istirahat kedua ini ia memutuskan untuk keluar UKS. Padahal ia ingin keluar dari tadi, tapi Ibu Latifah yang merasa bersalah atas peristiwa yang menimpa Audy memaksanya untuk tetap tinggal di UKS.
"Audy ya ampun!"
Audy mendongakkan kepalanya, ia tersenyum setelah matanya bertemu tatap dengan mata seorang gadis cantik berhijab yang memasang wajah khawatir.
Andina Shafa, teman sekelas sekaligus sahabatnya.
"Audy lo gak papa?" Shafa memeriksa seluruh tubuh Audy.
"Aduh, gak usah lebay deh Shaf, gue oke"
"Gak, gak! Lo pucet, ayo ke kantin" Shafa menarik Audy menuju kantin.
Audy menghentikan langkahnya, Shafa pun ikut berhenti karna merasa tarikkannya berat.
Audy melihat jam nya, mengabaikan Shafa yang menatapnya penuh tanda tanya."Lo ngajak gue ke kantin? Emang lo udah sholat?" Tanya Audy tajam.
Yah beginilah mereka. Walaupun berbeda keyakinan, mereka tetap mengingatkan satu sama lain. Bahkan di kamar Audy tersedia satu stell peralatan sholat, berjaga apabila Shafa menginap di rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE
Teen FictionMencintai seseorang yang sulit kau gapai. Bagaimana rasanya? Ketika hatimu di permainkan, di lambungkan lalu di jatuhkan. Ingin pergi namun enggan, ingin bertahan namun tak sanggup. Dilema setiap saat. Ketika hatimu masih tersegel rapat, ia mencoba...